PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN RINTANGAN DAN RAIHAN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI 01

(1)

commit to user

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN RINTANGAN DAN RAIHAN

TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI 01 BANGSRI KARANGPANDAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

SKRIPSI

Oleh :

IKHSAN NUR ISFIYANTO NIM. K 5606006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

ii

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN RINTANGAN DAN RAIHAN TERHADAP

KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI 01 BANGSRI KARANGPANDAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

Oleh :

IKHSAN NUR ISFIYANTO NIM. K 5606006

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(3)

commit to user

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Drs. H. Muh. Mariyanto, M.Kes. NIP. 19591229 198702 1 001

Pembimbing II

Islahuzzaman Nuryadin, S.Pd., M.Or. NIP. 19780113 200604 1 001


(4)

commit to user

iv

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi :

(Nama Terang) (Tanda Tangan)

Ketua : Drs. H. Agus Margono, M. Kes. ... Sekretaris : Slamet Widodo, S.Pd., M.Or. ... Anggota I : Drs. H. Muh. Mariyanto, M.Kes. ... Anggota II : Islahuzzaman Nuryadin, S.Pd., M.Or. ...

Disahkan oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001


(5)

commit to user

v ABSTRAK

Ikhsan Nur Isfiyanto. PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH DENGAN RINTANGAN DAN RAIHAN TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI 01 BANGSRI KARANGPANDAN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

2010/ 2011, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta, September. 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011. (2) Pendekatan yang lebih baik antara pembelajaran lompat jauh dengan rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011 yang berjumlah 36 orang. Teknik pengumpulan data adalah dengan tes dan pengukuran kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut : (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 01 Bangsri, Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing kelompok adalah thit sebesar 5.49 > nilai ttabel5% sebesar 2.11. (2) Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Peningkatan kelompok 1 (K1) sebesar 12,11%, lebih besar dari pada kelompok 2 (K2) yaitu 5,60%


(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Ikhsan Nur Isfiyanto. EFFECT OF DIFFERENT APPROACH TO LEARNING LONG JUMP ACHIEVING WITH OBSTACLES AND THE ABILITY TO FORCE SQUATTING LONG JUMP ON SON STUDENT AND CLASS IV V SD NEGERI 01 BANGSRI KARANGPANDAN

KARANGANYAR YEAR LESSON 2010/ 2011, Thesis. Surakarta: Faculty of

Teacher Training and Education Sebelas Maret University in Surakarta, September. 2010.

The purpose of this study is to determine: (1) The differences influence learning approach the long jump with obstacles and achievement of the long jump ability in boys squat style class IV and V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Academic Year 2010/2011. (2) A better approach between learning the long jump with obstacles and achievement of the long jump ability in boys squat style class IV and V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Academic Year 2010/2011.

This research uses experimental methods. The subjects in this study were boys grade IV and V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar the school year 2010/2011, amounting to 36 people. Data collection technique is to test and measurement capabilities long jump squat style. The data analysis technique that is used with the t test at significance level of 5%.

Based on the results obtained the following conclusions: (1) There is a significant difference between the approach to learning the long jump with obstacles and achievement of the long jump ability in boys squat style class IV and V Elementary School 01 Bangsri, Karangpandan, Karanganyar Academic Year 2010 / 2011. By calculating the value of the final test results of each group is at 5:49 tcount> ttabel5% value of 2.11. (2) learning approach to the long jump with a barrier having a better effect on the ability of the long jump squat style boys grade IV and V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Academic Year 2010/2011. Increase in group 1 (K1) of 12.11%, higher than in group 2 (K2), ie 5.60%


(7)

commit to user

vii MOTTO

• Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

(Terjemahan Q.S. Al Mujadalah: 11)

• Jadikan pengetahuan sebagai modal, ilmu sebagai senjata, sabar sebagai pakaian, zuhud sebagai kekuatan dan lemah lembut sebagai kebanggaan.

( Al-Hadist )

• Kesuksesan belajar tidak hanya karena tingkat pendidikan yang tinggi, tetapi kedewasaan berfikir adalah tanda kesuksesan dalam belajar.


(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada Ibu dan Bapak Tercinta

Adik Tersayang Adinda Novita Rahmawati KMS Menwa 905 UNS Rekan Prodi Penkepor ’06 Dan Almamater


(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Dengan diucapakan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini. Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. H. Muh. Mariyanto, M.Kes. sebagai pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Islahuzzaman Nuryadin, S.Pd., M.Or. sebagai pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

6. Kepala SD Negeri 01 Bangsri Karangpandan, Karanganyar, yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 01 Bangsri, Karangpandan Tahun Pelajaran 2010/2011, yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.

8. Rekan POK ”06 yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini

Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, September 2010


(10)

commit to user

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGAJUAN ... ii

PERSETUJUAN ... iii

PENGESAHAN ... iv

ABSTRAK ... v

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR . ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II. LANDASAN TEORI ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Lompat Jauh ... 8

a. Pengertian Lompat Jauh... 8

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lompat Jauh ... 9

c. Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 10

d. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok... 10

2. Pendekatan Pembelajaran... 17


(11)

commit to user

xi

b. Mengajar yang Efisien dan Efektif ... 18

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran ... 20

d. Kondisi Belajar Gerak... 22

e. Tahapan Belajar Keterampilan... 23

f. Perlunya Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran Lompat Jauh ... 24

3. Pembelajaran Nomor Lompat Jauh untuk Siswa SD ... 26

4. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Rintangan ... 27

a. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Rintangan ... 27

b. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Rintangan.. 29

5. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Raihan... 30

a. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Raihan ... 30

b. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok Menggunakan Raihan... 31

B. Kerangka Berfikir ... 32

C. Hipotesis... 34

BAB III. METODE PENELITIAN ... 35

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

B. Subyek Penelitian... 35

C. Teknik Pengumpulan Data... 35

D. Rancangan Penelitian ... 36

E. Teknik Analisis Data... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 42

A. Deskripsi Data... 42

B. Uji Prasyarat Analisis Data ... 43


(12)

commit to user

xii

D. Pembahasan Hasil Analisis Data... 49

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN... 51

A. Simpulan ... 51

B. Implikasi... 51

C. Saran... 52

DAFTAR PUSTAKA ... 53


(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Deskripsi Data Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Lompat Jauh Gaya

Jongkok Kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)... 42

Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data... 43

Tabel 3 Tabel Range Katagori Reliabilitas ... 44

Tabel 4 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data... 44

Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas... 45

Tabel 6 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2... 46

Tabel 7 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1... 47

Tabel 8 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2... 47

Tabel 9 Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok... 48

Tabel 10 Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dalam Persen Pada K1 dan K2... 48


(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Awalan Lompat Jauh... 12

Gambar 2 Sikap dan Gerakan pada Waktu Akan Melakukan Tolakan ... 14

Gambar 3 Sikap Melayang di Udara... 15

Gambar 4 Sikap Badan pada Waktu Mendarat... 16

Gambar 5 Pembelajaran Menggunakan Rintangan... 29

Gambar 6 Pembelajaran Lompat Jauh Menggunakan Raihan ... 31

Gambar 7 Rancangan Penelitian ... 36

Gambar 8 Pembagian kelompok secara Ordinal Pairing... 37

Gambar 9 Pemanasan... 87

Gambar 10 Pelaksanaan Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 87

Gambar 11 Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Rintangan... 88

Gambar 12 Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Raihan... 88


(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Petunjuk Pelaksanaan Tes Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 55

Lampiran 2 Program Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok dengan Rintangan dan Raihan... 56

Lampiran 3 Data Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 62

Lampiran 4 Rangking Data Hasil Tes Awal Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 63

Lampiran 5 Pengelompokan Sampel Penelitian Dengan Teknik Ordinal Pairing Berdasarkan Urutan Rangking ... 64

Lampiran 6 Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 65

Lampiran 7 Uji Normalitas Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 69

Lampiran 8 Hasil Perhitungan Data Untuk Uji Homogenitas ... 71

Lampiran 9 Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok... 72

Lampiran 10 Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok ... 73

Lampiran 11 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Kelompok 1... 76

Lampiran 12 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Kelompok ... 77

Lampiran 13 Uji Perbedaan Data Tes Awal Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2... 78

Lampiran 14 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1... 80

Lampiran 15 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2... 82

Lampiran 16 Uji Perbedaan Data Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan Kelompok 2... 84

Lampiran 17 Prosentase Peningkatan Latihan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 ... 86


(16)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan masyarakat Indonesia untuk melakukan olahraga saat ini cukup menggembirakan buktinya dapat dilihat banyaknya masyarakat melakukan olahraga tidak hanya pada pagi dan sore, tetapi siang dan malam hari. Serta

banyaknya pusat kebugaran seperti klub olahraga, fitness center dan lapangan

olahraga terbuka maupun tertutup. Perkembangan ini dilakukan karena kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan aktifitas olahraga, diantaranya dapat meningkatkan taraf kesegaran jasmani, rekreasi, pencapaian prestasi, pembelajaran, maupun mata pencaharian.

Olahraga di sekolah dapat dikaitkan dengan pendidikan jasmani. Banyak nilai-nilai positif yang dapat dikembangkan pada diri siswa melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani. Dalam pelaksanaannya pendidikan jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar. Pendidikan jasmani memberikan dampak positif bagi siswa, yaitu dalam ranah psikomotor, afektir dan kognitif. Berdasarkan alasan tersebut, maka pendidikan jasmani dimasukkan dalam kurikulum pendidikan Nasional.

Ditinjau dari pendidikan jasmani dan kesehatan, aktifitas gerak siswa merupakan sarana pendidikan, sehingga pendidikan jasmani dan kesehatan diharapkan dapat merangsang perkembangan dan pertumbuhan jasmani siswa. Salah satu masalah yang mengakibatkan proses pembelajaran kurang berkembang adalah kurangnya pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Pemanfaatan dan pengembangan sarana dan prasarana serta metode pembelajaran masih belum baik juga berpengaruh dalam tujuan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Kondisi tersebut perlu di antisipasi


(17)

commit to user

dengan penelitian keolahragaan yang mengarah pada peningkatan ilmu dan sumber daya manusia pada siswa.

Salah satu cabang olahraga yang diajarkan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani (Penjas) adalah atletik. Atletik merupakan cabang olahraga yang diajarkan di sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan, bahkan Perguruan Tinggi. Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang Suherman (1999/2000:1) bahwa :

Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jasmani (Penjas) yang wajib diberikan kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Bahkan di beberapa Perguruan Tinggi, atletik sebagai salah satu mata kuliah Dasar Umum (MKDU). Sedangkan bagi Mahasiswa Pendidikan Olahraga dan Kesehatan meripakan mata kuliah yang harus diambil.

Cabang olahraga atletik terdiri dari nomor jalan, lari, lempar dan lompat. Lompat jauh adalah salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik. Sesuai dengan istilah kata lompat jauh merupakan bentuk gerakan melompat dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara dengan cara melakukan tolakan satu kaki untuk mencapai jarak pendaratan yang sejauh-jauhnya. Sehingga sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak lompatan sejauh mungkin ke sebuah bak lompat yang berisi pasir atau bahan sejenis.

Gaya dalam lompat jauh terdapat tiga macam, yaitu gaya jongkok, gaya menggantung dan gaya berjalan di udara. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, nomor lompat jauh gaya jongkok merupakan materi pembelajaran yang perlu diajarkan untuk Sekolah Dasar (SD). Tujuan materi pembelajaran tersebut untuk menumbuhkan dan membina nilai-nilai kerjasama, kejujuran, menghargai, semangat dan percaya diri. Untuk mencapai tujuan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok maka perlu pendekatan pembelajaran yang tepat sesuai keadaan sarana dan prasarana di sekolah. Sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam tujuan pembelajaran lompat jauh dapat tercapai.


(18)

commit to user

3

Pembelajaran lompat jauh sebenarnya tidak memerlukan peralatan yang mahal. Dengan peralatan yang sederhanapun pembelajaran itu dapat berlangsung. Adanya bak lompat di Sekolah Dasar (SD), sudah cukup mendukung proses kegiatan belajar mengajar khususnya di SD Negeri 01 Bangsri. Akan tetapi kondisi sekolah yang berada jauh di dalam desa menyebabkan penggunaan bak lompat tersebut tidak digunakan secara baik dan maksimal. Bak lompat yang ada di SD Negeri 01 Bangsri dibiarkan begitu saja dan tidak dirawat dengan baik. Sehingga bak lompat tersebut tidak digunakan lagi sebagai sarana pembelajaran lompat jauh serta materi lompat jauh yang seharusnya diberikan kepada siswa kenyataannya tidak diberikan. Hal ini menjadi masalah yang penting dalam proses belajar mengajar.

Selain dilihat dari sarana dan prasarana belajar, hasil belajar lompat jauh yang baik juga dipengaruhi oleh Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga pendidik atau guru Penjas. Guru penjas dituntut untuk bersikap professional dalam tanggung jawab sebagai tenaga pendidik. Tuntutan tersebut mengharuskan seorang guru untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas guna mengatasi masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran. Begitu pula masalah yang ada dalam proses pembelajaran lompat jauh khususnya gaya jongkok yang ada di SD Negeri 01 Bangsri. Guru Penjas SD Negeri 01 Bangsri belum bisa mengatasi masalah dalam pelaksanaan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan pengetahuan guru Penjas SD Negeri 01 Bangsri.

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, maka perlu diberikan metode atau pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok yang tepat dengan berorientasi pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efisien dan menyenangkan guna meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Pendekatan pembelajaran tersebut penting untuk diberikan karena kecenderungan anak siswa SD lebih menyukai kegiatan belajar Penjas dengan suasana bermain. Untuk memberikan suasana permainan dalam pembelajaran lompat jauh gaya jongkok maka perlu menggunakan alat bantu sederhana berupa rintangan dan raihan sehingga proses pembelajaran lebih bervariasi.


(19)

commit to user

Pembelajaran dengan alat bantu rintangan kotak dalam pelaksanaanya siswa melompati rintangan terlebih dahulu sebelum mendarat di bak lompat. Dengan melewati rintangan yang sudah diatur jarak dan ketinggiannya siswa dapat merasakan sikap jongkok saat melayang di udara sehingga membiasakan siswa untuk melakukan teknik gerakan dengan baik. Dengan teknik gerakan yang baik maka akan dicapai jarak lompatan yang maksimal. Sehingga jarak lompatan yang dicapai menjadi lebih jauh. Pembelajaran dengan alat bantu raihan dalam pelaksanaannya meraih sasaran di atas dan mendarat di bak lompat. Dengan bola yang digantung di atas, maka dalam diri siswa akan terkondisi untuk meraih sasaran di atas. Adanya sasaran di atas dapat memberikan rasa senang pada siswa untuk meraihnya. Sehingga siswa termotivasi untuk menjangkau sasaran di atas. Untuk mengetahui pengaruh pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik secara teori maupun secara praktek melalui penelitian dengan judul “Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Rintangan dan Raihan Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masal dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Penggunaan bak lompat di SD Negeri Bangsri 01 tidak digunakan secara baik

dan maksimal dalam proses belajar mengajar.

2. Kecenderungan anak siswa SD Negeri Bangsri 01 lebih menyukai kegiatan

belajar Penjas dengan suasana bermain. Sehingga dalam pelajaran lompat jauh para siswa tidak bersemangat dan terkesan mengabaikan arahan dari guru Penjas.


(20)

commit to user

5

3. Perlunya variasi dalam memberikan materi pelajaran lompat jauh. Sehingga

indikasi dalam tujuan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok di SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011 dapat tercapai.

4. Belum pernah dilakukan metode pendekatan pembelajaran dengan alat rintangan

dan raihan pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011.

5. Perlu adanya pendekatan pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan

kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011. 6. Belum diketahui tingkat efektifitas pengaruh penggunaan alat bantu rintangan

dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011.

C.Pembatasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, masalah penelitian dibatasi sebagai berikut :

1. Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan untuk meningkatkan

kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

2. Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan raihan untuk meningkatkan

kemampuan lompat jauh gaya jongkok

3. Membandingkan pengaruh pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan

rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.


(21)

commit to user D.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi maslah dan pembatasan masalah dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan

rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011?

2. Manakah yang lebih baik antara pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan

rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan dan

raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

2. Pendekatan pembelajaran yang lebih baik antara lompat jauh dengan rintangan

dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.


(22)

commit to user

7

F. Manfaat Penelitian

Masalah dalam penelitian ini sangat penting untuk diteliti dengan harapan :

1. Dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi guru Penjas dalam memberikan

materi pendekatan pembelajaran yang baik dan efisien untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

2. Dapat membantu siswa SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan Karanganyar


(23)

commit to user

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

1.Lompat Jauh

a. Pengertian Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan salah satu nomor dalam cabang olahraga atletik. Sesuai definisi kata, lompat jauh adalah upaya melompat untuk mencapai jarak lompatan ke depan yang sejauh-jauhnya pada bak pasir atau tempat yang di-design sebagai pendaratan. Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya perlu dikuasai unsur teknik dan fisik yang mendukung. Menurut Aip Syarifudin (1992:90) mengemukakan bahwa, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas dan kedepan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.”

Berdasarkan gayanya, lompat jauh dibedakan menjadi tiga macam yaitu gaya jongkok (sit down in the air), gaya menggantung (schnepper), gaya jongkok (sit down in the air). Tamsir Riyadi (1985:95) mengemukakan pendapat bahwa, "Dalam lompat jauh terdapat tiga macam gaya, yaitu gaya jongkok, gaya tegak (schnepper) dan gaya berjalan di udara. Perlu diketahui bahwa yang menyebabkan adanya perbedaan dari ketiga gaya tersebut sebenarnya hanya terletak pada saat melayang di udara saja.” Jadi yang menyebabkan adanya perbedaan dari ketiga gaya dalam lompat jauh hanya terdapat pada saat melayang. Pada saat melayang ini, keseimbangan perlu diperhatikan agar dapat memaksimalkan jauhnya lompatan dan mempersiapkan pendaratan dengan benar. Dari pendapat yang telah dikemukakan diatas tersebut jelaslah bahwa gaya dalam lompat jauh dilakukan pada waktu seorang atlet lompat jauh berada pada saat melayang di udara.


(24)

commit to user

9

Maka dari itu dapat diketahui bahwa ada berbagai teknik atau banyak gaya yang dilakukan dalam lompat jauh sebagai usaha untuk mencapai hasil lompatan yang maksimal. Dalam olahraga atletik nomor lompat jauh terdapat empat unsur yang sangat periling, yaitu : awalan, atau kecepatan awalan lari, tolakan, melayang dan mendarat. Semua gerakan-gerakan itu merupakan satu kesatuan urutan gerak lompat yang tidak terputus dalam pelaksanaannya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Lompat Jauh

Prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik melompat untuk pencapaian maksimal hasil lompatan. Jonath U, Haag E dan Krempel R (1987:196) persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu " Faktor kondisi fisik yaitu kecepatan, tenaga loncat kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama. Faktor teknik yang meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan pendaratan".

Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik dapat mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh. Adapun komponen kondisi fisik menurut M. Sajoto (1995:8) sebagaiberikut:

1. Kekuatan (strength) 2. Daya tahan (endurance)

3. Daya ledak otot (muscular power) 4. Kecepatan (speed)

5. Daya lentur (fleklsibility 6. Kelincahan (agility) 7. Koordinasi (coordination)

8. Keseimbangan (balance)

9. Ketepatan (accuracy) 10.Reaksi (reaction)

Kesatuan yang utuh dari komponen kondisi fisik harus dimiliki oleh seorang atlet lompat jauh. Tamsir Riyadi (1985: 95) menyatakan bahwa, "unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan


(25)

commit to user

keseimbangan". Sedangkan ditinjau dari teknik gerakan melompat, dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis. Soegito (1992:55) menyatakan bahwa, "Faktor-faktor yang sangat menentukan untuk mencapai prestasi lompat jauh adalah awalan, tumpuan, lompatan, saat melayang dan pendaratan".

c. Lompat Jauh Gaya Jongkok

Sikap tubuh atau gerakan tubuh yang dilakukan pada saat pelompat melayang di udara merupakan kata lain dari gaya lompat jauh. Dalam hal ini, Soegito, Bambang Wijanarko dan Ismaryati (1993:147) mengemukakan pendapat bahwa :

Sikap pada saat melayang adalah sikap setelah gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi ke atas. Pada saat itu, keseimbangan harus dijaga jangan sampai terjatuh, bahkan kalau mungkin harus diusahakan membuat sikap atau gerakan untuk menambah jarak jangkauan lompatan. Usaha ini disebut gaya.

Pada tahap melayang ini seorang pelompat perlu menjaga keseimbangan tubuh dengan baik dan kalau bisa membuat gerakan guna mempcroleh lompatan yang maksimal.

Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan terutama bagi anak-anak sekolah. Aip Syarifuddin (1992: 93) menyatakan bahwa :

Lompat jauh gaya jongkok tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara dibandingkan dengan gaya yang lainnya. Konsentrasi atlet yang perlu diperhatikan pada gaya jongkok terletak pada membungkukkan badan dan menekuk kedua lutut dan menjulurkan kedna kaki ke depan dan kedua lengan tetap ke depan untuk, mendarat.

d. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok

Teknik merupakan pelaksanaan atau kegiatan secara efektif dan rasional yang memungkinkan tercapainya hasil-hasil yang baik dalam suatu pertandingan atau perlombaan. Teknik lompat jauh merupakan faktor yang sangat penting dan harus dikuasai seorang atlet pelompat. Teknik lompat jauh terdiri beberapa bagian


(26)

commit to user

11

yang dalam pelaksanaannya harus dirangkaikan secara baik dan harmonis. Untuk lebih jelasnya teknik dalam lompat jauh dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Awalan

Dari keempat faktor yang menentukan lompatan, awalan merupakan tahap pertama lompat jauh. Tujuan awalan adalah untuk mendapatkan kecepatan maksimal pada saat akan melompat dan membawa pelompat pada posisi yang optimal untuk tolakan. Awalan yang benar merupakan prasyarat yang harus dipenuhi, untuk menghasilkan jarak lompatan yang sejauh-jauhnya. Lari merupakan unsur yang utama dalam awalan lompat jauh.

Seorang atlet harus berlari secepat-cepatnya sebelum salah satu kaki menumpu pada balok tumpuan untuk mendapatkan dorongan ke depan pada waktu melompat. Ketika mendekati papan tolakan, pelompat harus berlari semakin cepat sehingga mencapai kecepatan penuh pada saat sebelum salah satu kaki menumpu. Jes Jerver (1999:34) mengemukakan "maksud berlari sebelum melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum tanpa menimbulkan

hambatan sewaktu take off ". Jarak awalan tidak perlu lerlalu jauh, tetapi

sebagaimana pelari mendapatkan kecepatan tertinggi sebelum salah satu kaki menolak.

Tidak ada aturan khusus dalam menentukan jarak awalan lompat jauh, hal tersebut bersifat khusus tergantung dari masing-masing pelompat. Sebelum menolak pada balok tumpuan, kecepatan awalan harus sudah dalam keaadaan meksimal. Tiga atau empat langkah terakhir sebelum bertumpu tersebut dimaksudkan untuk mengontrol saat menolak dibalok tumpuan. Menurut Soegito (1992:36-38) memberikan petunjuk pelaksanaan awalan sebagai berikut:

1) Berdirilah di belakang tanda titik awalan anda. Berkonsentrasilah

sejenak.

2) Berlarilah dengan cepat dengan irama yang tetap menuju balok


(27)

commit to user

3) Setelah ± 4 langkah dari balok tumpuan, berkonsentrasilah pada

tumpuan tanpa mengurangi kecepatan.

4) Pada saat melakukan tumpuan badan agak condong ke belakang.

Awalan lompat jauh harus dilakukan dengan harmonis, lancar dan dengan kecepatan yang tinggi, tanpa ada gangguan langkah yang diperkecil atau diperlebar untuk memperoleh ketepatan bertumpu pada balok tumpuan. Aip Syarifuddin (1992:91) menyatakan, "untuk menjaga kemungkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan anlara awalan dan tolakan, biasanya pelompat

membuat dua buah tanda (cherkmark) antara permulaan akan memulai melakukan

awalan dengan papan tolakan”.

Lintasan papan tolak

Tanda Pertama Tanda kedua

Bak Pasir Gambar 1. Awalan Lompat Jauh

(Aip Syarifudin, 1992: 91)

2) Tumpuan

Tumpuan merupakan langkah terakir dalam awalan lompat jauh, merubah gerak horisontal ke gerak vertikal yang dilakukan secara cepat. Tumpuan dilakukan dengan cara yaitu, tanpa mengurangi kecepatan pelompat sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir, sehingga seluruh tubuh terangkat ke atas melayang di udara. Tolakan dilakukan dengan menjejakkan salah satu kaki untuk menumpu tanpa langkah melebihi papan tumpu untuk mendapatkan tolakan ke depan atas yang besar. Ketepatan dibutuhkan pada saat


(28)

commit to user

13

tumpuan. Jika langkah pelompat melebihi papan tumpu, maka pelomtat tersebut dinyatakan diskualifikasi. Sedangkan penempatan kaki tumpu berada jauh sebelum balok turnpuan akan sangat merugikan terhadap pencapaian jarak lompatan. Jes Jerver (1999:35) menyatakan, "maksud dari take off adalah merubah gerakan lari menjadi suatu lompatan, dengan melakukan lompatan tegak lurus, sambil mempertahankan kecepatan horisontal semaksimal mungkin".

Lompatan dilakukan dengan menolakkan kaki tumpu dan mendorong badan ke depan membuat sudut lebih kurang 45° dan sambil mempertahankan kecepatan saat badan dalam posisi horizontal. Untuk mendapatkan daya dorong ke depan dan ke atas yang maksimal sebaiknya menggunakan kaki tumpu yang paling kuat. Tumpuan kaki yang kuat memberi peluang yang besar untuk memperoleh lompatan yang tinggi dan jauh ke depan, sehingga lompatan lebih maksimal. Di samping itu juga, ketepatan. melakukan tumpuan akan menunjang keberhasilan lompatan. Untuk mencapai lompatan yang maksimal, maka harus dilakukan dengan kaki yang kuat dan tepat pada balok tumpuan. Menurut Tamsir Riyadi (1985:96) teknik menumpu pada lompat jauh sebagai berikut:

1)Tolakan dilakukan dengan kaki yang terkuat.

2)Sesaat akan bertumpu sikap badan agak condong ke belakang (jangan

berlebihan) untuk membantu timbulnya lambungan yang lebih baik sekitar45°.

3)Bertumpu sebaiknya tepat pada papan tumpuan.

4)Saat bertumpu kedua lengan ikut serta diayunkan ke depan atas.

Pandangan ke depan atas (jangan melihat ke bawah).

5)Pada kaki ayun (kanan) diangkat ke depan setinggi pinggul dalam posisi lutut ditekuk.

Berikut ini disajikan ilustrasi gerakan teknik pelaksanaan menumpu sebagai berikut:


(29)

commit to user

Gambar 2. Sikap dan Gerakan pada Waktu akan Melakukan Tolakan (Aip.Syarifuddin, 1992:92)

3) Melayang di Udara

Melayang di udara merupakan gerakan ketika seluruh anggota badan tidak menyentuh pada permukaan tanah. Hal yang membedakan gaya dalam lompat jauh merupakan posisi atau sikap badan ketika melayang di udara. Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan. Aip Syarifuddin (1992: 75) mengemukakan tentang cara atau sikap badan di sebagai berikut :

1)Sesaat setelah menumpu, kaki tumpu segera diluruskan selurus-lurusnya.

2)Mengangkat pinggul ke muka atas

3)Diusahakan selama mungkin di udara dengan cara menjaga keseimbangan

den persiapan pendaratan.

4)Pada saat melayang di udara, kedua kaki sedikit ditekuk sehingga posisi

badan berada dalam sikap jongkok.

5)Sikap tubuh saat melayang ditentukan oleh gaya dalam lompat jauh yaitu:

gaya jongkok, gaya menggantung atau melenting dan gaya berjalan di udara.

Ketika lepas dari papan tolak, badan pelompat dipengaruhi oleh suatu kekuatan yang disebut "daya penarik bumi". Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat badan (T.B./center of gravity). Titik berat


(30)

commit to user

15

badan ini letaknya kira-kira pada pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak ke belakang.

Upaya melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan kedua tangan ke arah lompatan merupakan salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih jauh, karena kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante) yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga akan membantu pendaratan. Pada lompat jauh gaya jongkok, sikap melayang di udara seperti dalam posisi duduk atau jongkok di udara. Seperti yang dikemukakan Aip Syarifuddin (1992: 93) tentang lompat jauh gaya jongkok adalah sebagai berikut :

Pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan), keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan kedua lutut ditekuk kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki dengan bagian tumit terlebih dahulu, kedua tangan ke depan.

Berikut gambar gerakan melayang di udara lompat jauh gaya jongkok :

Gambar 3. Sikap melayang di udara dengan gaya jongkok (Soegito dkk, 1993: 62)


(31)

commit to user

4) Pendaratan

Dari rangkaian gerakan lompat jauh, pendaratan merupakan tahap terakhir. Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh seorang pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh tanah, pelompat memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Gerakan tersebut harus dilakukan dalam satu rangkaian gerakan yang utuh dan harmonis.

Pendaratan yang baik dan benar adalah kunci keberhasilan dalam lompat jauh. Menurut Soegito (1992:41) teknik pendaratan sebagai berikut:

1)Pada saat badan akan jatuh di tanah lakukan pendaratan sebagai berikut:

a) Luruskan kedua kaki ke depan.

b) Rapatkan kedua kaki.

c) Bungkukkan badan ke depan.

d) Ayunkan kedua tangan ke depan.

e) Berat badan dibawa ke depan. 2)Pada saat jatuh di tanah atau mendarat.

a) Usahakan jatuh pada ujung kaki rapat/sejajar. b) Segera lipat kedua lutut.

c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah

belakang.

Berikut ini disajikan ilustrasi gambar teknik gerakan mendarat lompat jauh gaya jongkok, sebagai berikut :

Gambar 4. Sikap Badan Pada Waktu Mendarat (Aip Syarifuddin, 1992: 95)


(32)

commit to user

17

2.Pendekatan Pembelajaran

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran

Pengertian pendekatan secara umum dapat diartikan atau disamakan dengan proses, metode atau cara untuk mencapai sesuatu. Perlu memahami arti dari masing masing kalimat pendekatan pembelajaran. Menurut definisi kata, pendekatan dapat diartikan sebagai suatu proses, perbuatan, atau cara untuk mendekati sesuatu. Sedangkan pembelajaran mengandung pengertian, bagaimana para guru mengajarkan sesuatu kepada peserta didik, tetapi di samping itu juga terjadi peristiwa bagaimana peserta didik mempelajarinya.

Berdasarkan dua pengertian tentang pendekatan dan pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendekatan pembelajaran merupakan cara kerja yang mempunyai sistem untuk memudahkan pelaksanaan proses pembelajaran dan membelajarkan siswa guna membantu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini sesuai pendapat Wahjoedi (1999: 121) bahwa, "pendekatan pembelajaran adalah cara mengelola kegiatan belajar dan perilaku siswa agar ia dapat aktif melakukan tugas belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar secara optimal". Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dengan cara mempergunakan teknik yang didasari oleh pengertian yang mendalam guna mencapai tujuan instruksional dalam mencapai tertentu.

Dari pendapat ahli yang dikemukakan di atas, dalam proses pembelajaran terjadi dua proses yang berjalan bersama-sama yaitu: (1) ada satu pihak yang memberi, dalam hal ini guru, (2) pihak lain yang menerima yaitu, perserta didik atau siswa. Seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, baik pengelolaan dalam persiapan, proses hingga evaluasi pengajaran. Sementara siswa merupakan subyek dalam pembelajaran yang dapat dijadikan tolok ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran. Karena siswa merupakan pelaku utama dalam melaksanakan segala kegiatan dalam proses pembelajaran. Kedua pihak tersebut saling berkaitan dan berinteraksi dalam proses pembelajaran. Sehingga komponen tersebut tidak


(33)

commit to user

dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar, yaitu guru menyampaikan materi pelajaran dan siswa menerimanya. Maka dari itu pembelajaran dapat terjadi apabila terjadi interaksi antara guru dan siswa.

Sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat karena adanya kebutuhan akan sistem dan pendekatan tersebut untuk meyakinkan yaitu adanya alasan untuk belajar dan siswa belum mengetahui apa yang akan diajarkan. Dalam tujuan pembelajaran dapat dicapai sehingga perlu dibuat program pembelajaran yang baik dan benar. Program pembelajaran merupakan rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok secara rinci yang memuat alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dari setiap pokok mata pelajaran.

b. Mengajar yang Efisien dan Efektif

Efektivitas pengajaran sangat erat hubungannya dengan efisiensi pengajaran. Metode pembelajaran yang efisien didorong oleh kenyataan yang terdapat di sekolah-sekolah terutama kelangkaan fasilitas, sarana dan prasarana serta sumber daya lainnya. Penggunaan ruang kelas yang besar serta jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas merupakan bentuk efisiensi, karena dengan hal tersebut akan menghemat waktu, energi dan biaya. Rusli Lutan (1988; 26) menyatakan kebutuhan akan metode yang efisien dalam pengajaran dilandasi oleh beberapa alasan di antaranya:

1)Efisiensi akan menghemat waktu, energi atau biaya.

2)Metode yang efisien akan memungkinkan para siswa untuk menguasai

tingkat keterampilan yang lebih tinggi.

3)Pengalaman yang sukses merupakan umpan balik (feedback) dan

membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Semakin berhasil siswa dalam kegaiatan belajar, semakin disukainya kegiatan tersebut.

Efektivitas pengajaran berkaitan erat dengan kualitas instruksional. Pembelajaran yang berkualitas memberikan dampak efektif pada proses pembelajaran. Kualitas instruksional itu sendiri erat kaitannya dengan penguasaan


(34)

commit to user

19

pengetahuan dan keterampilan menerapkan teori-teori belajar mengajar keterampilan (skill) suatu cabang olahraga. Rusli Lutan (1988: 26) menyatakan ada dua kriteria yang dapat dipakai untuk menilai efektivitas pengajaran yaitu:

1)Kriteria korelatif yakni suatu pengajaran dikatakan efektif dalam kaitannya dengan tujuan yang diharapkan. Semakin mendekali tujuan yang ingin dicapai, semakin efektif pengajaran itu.

2)Kriteria yang kedua konsepsi normatif yakni suatu pengajaran dikatakan

efektif atau tidak, dinilai berdasarkan suatu model mengajar yang baik yang diperoleh dari teori.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa, efektivitas pengajaran adalah keberhasilan dalam proses pembiasaan atau sosialisasi siswa dan pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung pencapaian keterampilan yang lebih baik dalam kerangka program pembinaan.

Rusli Lutan (1988: 381) mengemukakan pendapatnya bahwa, "efektivitas pengajaran meliputi empat unsur yaitu: (1) pemanfaat waktu aktif berlatih, (2) lingkungan yang efektif, (3) karakteristik guru dan siswa, (4) pengelolaan umpan balik". Maka dari itu sebagai tenaga guru dan siswa diharapkan memiliki dorongan dari dirinya sendiri dalam pengelolaan pembelajaran yang efektif.

Dari empat hal tersebut dapat menunjukkan bahwa efektifitas belajar dipengaruhi dari dalam maupun luar. Elemen yang dominan pengaruhnya pada efektivitas mengajar adalah pemanfaatan waktu aktif berlatih. Jumlah waktu yang dihabiskan siswa untuk aktif belajar, merupakan indikator utama dan efektivitas pengajaran. Konsep jumlah waktu aktif berlatih erat dengan kemampuan managemen guru dalam mengelola proses belajar dan kesediaan serta ketekunan siswa untuk melaksanakan tugas-tugas gerak yang diajarkan.

Guru merupakan sosok penting dalam proses pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar akan berlangsung baik ketika seorang guru memerankan dirinya sebagai fasilitator. Selain itu seorang guru bertugas mengelola proses pengajaran berupa aktivitas merencanakan dan mengorganisasikan semua aspek kegiatan, tidak saja susurian pengalaman atau tugas-tugas ajar, tetapi juga penciptaan kondisi


(35)

commit to user

lingkungan belajar yang efektif. Menurut Husdarta dan Yudha M. Saputra (2000: 4) tugas utama guru adalah "untuk menciptakan iklim atau atmosfir supaya proses belajar terjadi di kelas atau lapangan. Ciri utama terjadinya proses belajar adalah siswa dapat secara aktif ikut terlibat di dalam proses pembelajaran. Para guru harus selalu berupaya agar para siswa dimotivasi untuk lebih berperan". Dari pernyataan tersebut menegaskan bahwa seorang guru sangat penting dalam menciptakan atmosfir atau iklim dalam kegiatan belajar mengajar.

Kondisi eksternal yang berpengaruh dalam pengaturan pengajaran keterampilan adalah pengaturan lingkungan. Pengaturan lingkungan yang kondusif akan berdampak baik dalam keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar. Seorang guru harus mampu menerapkan cara mengajar yang efektif. Untuk itu seorang guru harus memiliki beberapa kemampuan dalam menyampaikan tugas ajar, agar tujuan mengajar dapat berhasil.

Dari pemaparan teori di atas dapat kita petik bahwa dalam mencapai pengajaran yang efektif dan efisien, seorang guru harus menerapkan strategi mengajar yang tepat. Pengajaran yang efektif dan efisien akan diperoleh hasil belajaran yang optmal, sehingga tujuan pengajaran yang dirumuskan dapat tercapai dengan baik.

c. Prinsip-prinsip Pembelajaran

Teori-teori ilmu olah raga merupakan dasar yang fundamental sebagai penunjang dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani. Guru merupakan sarana menyambung ilmu-ilmu tersebut dengan sistem atau metode pembelajaran agar disiplin ilmu tersebut tersampaikan dengan baik. Akan tetapi penguatan dalam praktik di lapangan adalah salah satu cara agar keseimbangan interaksi antara teori dan praktek dalam pembelajaran akan membawa keberhasilan dalam penampilan olahraga. Prinsip-prinsip pengaturan pelaksanaan gerakan dalam proses pembelajaran hendaknya harus diperhatikan oleh seorang guru agar tercapai tujuan pembelajaran pendidikan jasmani yang benar sehingga menghasilkan peningkatan


(36)

commit to user

21

kualitas. Menurut Sugiyanto (1996: 55-57) bahwa, "ada beberapa prinsip dalam pengaturan melakukan gerakan antara lain, prinsip pengaturan giliran praktek, beban belajar meningkat, kondisi belajar bervariasi dan pemberian motivasi dan dorongan semangat".

Aktifitas bergerak merupakan ciri khas dari pembelajaran jasmani. Ketika seorang siswa mengikuti pelajaran Penjas, di sana pasti terdapat aktifitas gerak. Belajar gerak merupakan salah satu sarana untuk memperoleh ketrampilan gerak yang diperlukan dalam kegiatan pendidikan jasmani. Sugiyanto (1996: 25) menerangkan : "belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muscular yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh".

Dari pendapat di atas menerangkan bahwa gerak merupakan proses pembelajaran pendidikan jasmani mempelajari pola-pola keterampilan tubuh. Sehingga ada syarat-syarat dalam belajar gerak yang harus dipenuhi. Soemanto Y. (1990: 6) menerangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam belajar gerak adalah sebagai berikut:

1)Mengetahui tujuan. Jadi harus mengenal dan yakin akan kegunaan tujuan itu bagi dirinya.

2)Mempunyai tanggapan yang jelas terhadap kecakapan itu.

3)Pelaksanaan yang tepat pada taraf permulaan. Pada taraf permulaan yang

penting adalah teknik gerakan yang benar, selanjutnya baru menuju prestasi. 4)Latihan untuk meningkatkan prestasi.

Manusia adalah individu yang sangat unik. Perbedaan sifat, kualitas maupun perilaku merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari tiap-tiap karakter manusia. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa setiap individu memiliki potensi yang berbeda untuk berhasil dalam mempelajari keterampilan gerak. Namun sebenarnya pencapaian keterampilan gerak bukan hanya dipengaruhi oleh faktor fisik atau sifat bawaan melainkan juga, dipengaruhi oleh faktor lingkungan baik secara kualitatif maupun kuantitatif atau menunjang proses belajar gerak, yang pada gilirannya akan menentukan tingkat prestasi.


(37)

commit to user

Untuk meningkatkan prestasi atau hasil belajar yang optimal, maka perlu dipelajari tentang unsur-unsur yang berkaitan dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani. Unsur-unsur tersebut meliputi: kurikulum pendidikan jasmani, prinsip-prinsip pembelajaran dan jenis-jenis latihan. Apabila unsur-unsur tersebut dapat terpenuhi dalam proses pembelajaran, maka diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Menurut Drowatzky yang dikutip Sugiyanto (1996:27) belajar gerak adalah: "belajar yang mewujudkan mulai respon-respon muscular diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh". Pendapat lain dikemukakan Rusli Lutan (1988: 102), "belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku terampil".

Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar motorik merupakan perubahan perilaku motorik berupa keterampilan sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Hal ini perlu dipertegas untuk membedakan perubahan yang terjadi karena faktor kematangan dan pertumbuhan. Faktor-faktor tersebut juga menyebabkan perubahan perilaku (seperti anak yang lebih tua lebih terampil melakukan suatu keterampilan yang baru dari pada anak lebih muda), meskipun dapat disimpulkan perubahan itu karena belajar.

d. Kondisi Belajar Gerak

Perubahan perilaku merupakan akibat dari belajar. Belajar gerak dapat mempengaruhi dari tingkat keterampilan gerak. Belajar gerak dapat berlangsung secara kondusif ketika seorang guru memerankan perannya dengan baik sesuai kaidah atau norma sebagai pengajar yang baik. Menurut Sugiyanto, (1996: 49) “kondisi belajar merupakan suatu keadaan yang diperlukan agar proses belajar bisa berlangsung sesuai dengan hendak dicapai”.

Sugiyanto (1996: 49-51) mengelompokkan kondisi belajar gerak menjadi dua kelompok, yaitu :


(38)

commit to user

23

1)Kondisi internal ialah kondisi yang seharusnya ada pada diri pelajar meliputi 2 macam yaitu:

a) Pelajar harus mengingat-ingat bagian-bagian gerakan keterampilan. b) Pelajar harus mengingat-ingat urutan-urutan rangkaian gerakan.

2)Kondisi eksternal adalah stimulus dari luar dari pelajar atau perlakukan yang dikenakan pada diri pelajar agar proses belajar bisa terjadi, meliputi 4 macam yaitu :

a) Sajian instruksi verbal b) Sajian instruksi visual

c) Kegiatan praktek

d) Penyampaian umpan balik

Berdasarkan teori di atas maka seorang guru harus memiliki kemampuan dalam memberikan contoh tentang belajar gerak yang disampaikan. Dengan contoh yang benar, maka siswa dapat mengingat bagian-bagian dan urutan gerak. Melalui instruksi verbal dan non verbal diharapkan para siswa dapat mengerti dan dapat melakukan gerakan yang diajarkan. Hal yang diperhatikan adalah keseimbangan antara instriksi dan kegiatan praktek. Managemen waktu yang tepat mempengaruhi kondisi dalam belajar gerak. Bukan hanya bagaimana memberikan waktu yang cukup, tetapi bagaimana mengatur waktu yang tersedia agar mencapai hasil yang memadai, baik hasil jangka pendek maupun jangka panjang. Waktu yang tersedia untuk sekali latihan perlu pendistribusian untuk praktek dan istirahat. Mengenai banyaknya ulangan, secara umum dapat dikatakan bahwa semakin banyak mengulang-ulang maka gerakan akan semakin bisa dikuasai. Serta evaluasi dalam proses pembelajaran memberikan sumbangan terhadap pembenahan gerakan.

e. Tahapan Belajar Keterampilan

Proses belajar gerak keterampilan membahas tentang apa yang terjadi pada diri pelajar, apa yang diperbuat oleh pelajar serta tingkat penguasaan yang dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Di sini waktu berperan dalam proses atau tahapan belajar keterampilan. Sugiyanto (1996: 45-47) mengemukakan bahwa proses belajar keterampilan dibagi dalam 3 fase:


(39)

commit to user 1)Fase Kognitif

Merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Pada fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berfikir tentang gerakan yang dipelajari. 2)Fase Asosiatif

Fase asosiatif desebut juga fase menengah. Pada fase asosiatif ini menerangkan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan.

3)Fase Otonom

Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerak dimana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara otomatis.

Proses belajar yang berulang-ulang serta pendalaman materi dapat mempercepat tahapan belajar keterampilan. Dari ketiga fase atau tahapan belajar di atas dapat tercapai dengan cepat atau lambat, tergantung ketekunan pelajar serta dukungan dari guru pendidik.

f. Perlunya Penggunaan Alat Bantu dalam Pembelajaran Lompat Jauh

Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran, kondisi lingkungan pembelajaran perlu di perhatikan guna memperlancar proses pembelajaran. Hal ini dapat ditindak lanjuti dengan mengembangkan atau memodifikasi lingkungan pembelajaran yang akan memberikan pengaruh lebih baik terhadap hasil belajar. Yoyo Bahagia, Ucup Yusup dan Adang Suherman (2000: 47) mengemukakan bahwa "Modifikasi pembelajaran dapat dikaitkan dengan kondisi lingkungan pembelajarannya. Modifikasi lingkungan pembelajaran ini dapat dibagi kedalam klasifikasi yaitu : (1) peralatan, (2) penataan ruang gerak dalam berlatih dan (3) organisasi atau formasi berlatih".

Seorang guru harus mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran yang tepat sehubungan dengan tujuan yang telah ditetapkan agar indicator pembelajaran sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Demikian halnya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok seorang guru harus mampu mencari solusi yang tepat, dimana cara yang digunakan dalam belajar lompat jauh akan memperoleh


(40)

commit to user

25

hasil yang maksimal dan optimal. Pembelajaran yang diklasifikasikan dalam penataan ruang gerak dalam berlatih lompat jauh dapat dilakukan dengan melewati rintangan dan melompat dengan raihan sebagai salah satu bentuk pengembangan pembelajarannya. Pelaksanaan pembelajaran tersebut pola gerakannya sama dengan gerakan lompat jauh gaya jongkok, Adang Suherman, Yudha M. Saputra dan Yudha Hendrayana (2001:126) mengemukakan bahwa "latihan yang dapat menggunakan pembelajaran mengenakan gerakan dasar melompat antara lompat satu kaki (engklek) dua kaki bersamaan, lompat langkah rintangan balok atas gawang dan sebagainya". Jadi modifikasi alat pembelajaran sangat penting melihat fasilitas pembelajaran yang terbatas.

Tingkat kemampuan profesional guru pada akhirnya akan dapat dilihat dari keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran salah satu indikator untuk dapat melihat keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembelajaran adalah bagaimana mereka (para guru) memiliki dan menentukan strategis pendekatan pembelajaran yang tepat. Pembelajaran yang paling tepat adalah pendekatan pembelajaran yang situasional yang artinya pendekatan pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran itu sendiri baik metode, bahan, alat maupun suasana lingkungan. Dengan melihat hal diatas dalam kegiatan belajar mengajar atletik perlu adanya lapangan, atau bangsal serta alat-alat untuk pendidikan atletik, alat-alat atletik dapat dibuat dan dimodifikasikan sesuai lingkungan sekolah yang ada. Mengingat perlunya alat-alat pendidikan atletik setiap guru diharapkan memiliki keterampilan menghasilkan dan dapat mempergunakan alat-alat pembantu pengajaran untuk memungkinkan tercapainya tujuan dengan sebaik-baiknya. Alat-alat pendidikan atletik yang dapat digunakan dalam pembelajaran lompat jauh antara lain :

1. Menggunakantali

2. Menggunakan balok

3. Menggunakan kotak/box

4. Menggunakan simpai/ ban sepeda bekas


(41)

commit to user

Kegiatan pembelajaran seyogyanya tidak monoton bahkan harus dinamis, dan disajikan dalam bentuk bervariasi. Pembelajaran lompat jauh hendaknya dapat meningkatkan motivasi siswa, dimungkinkan akan mempunyai hasil yang lebih baik terhadap hasil belajar. Sugiyanto dan Agus Kristiyanto (1998:3) menyatakan bahwa, "menguat atau melemahnya hubungan stimulus dengan respon merupakan akibat dari respon yang dilakukan. Hubungan stimulus respon semakin menguat bila munculnya respon disertai oleh keadaan menyenangkan atau memuaskan”.

3.Pembelajaran Nomor Lompat Jauh untuk Siswa SD

Anak-anak pada usia 6-12 tahun merupakan masa partumbuhan secara fisik dan kemampuan gerak. Pembentukan gerak dasar pada usia tersebut harus diberikan secara dini untuk mempersiapkan pola gerak yang benar agar kedepan dapat mengatasi tantangan gerak dalam cabang olahraga maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lompat jauh terdapat komponen-komponen gerak dasar yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti jalan, lari dan lompat. Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:84) mengemukakan bahwa, “Untuk mengajar pada siswa SD, tujuan yang diharapkan adalah memberikan pengenalan gerkan dasar. Anak-anak SD diharapkan mempunyai keterampilan dasar yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut.” Maka dari itu nomor lompat jauh termasuk pelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum Sekolah Dasar (SD).

Dalam melaksanakan gerakan lompat jauh, tiap-tiap siswa tidak memerlukan waktu yang lama dalam satu kali pelaksanaan. Dengan satu bak pasir, para siswa bergantian untuk mencoba melakukan gerakan tersebut. Sementara anak-anak yang lain menunggu gilirannya. Sehingga muncul suasana yang menjenuhkan dalam proses pembelajaran tersebut. Maka dari itu perlu metode pembelajaran yang tepat agar suasana pembelajaran menyenangkan tanpa menghilangkan tujuan pembelajaran. Seperti yang dikemukakan Toho Cholik dan Rusli Lutan (2001:85), bahwa :


(42)

commit to user

27

Dalam pelaksanaannya, melompat ke depan (jauh) dapat dilakukan tidak harus langsung ke teknik baku melompat jauh seperti dalam atletik. Nuansa yang dikehendaki dalam materi ini ialah bagaimanakah mengajar keterampilan melompat secara bertahap mulai dari gerakan-gerakan yang sederhana dalam situasi yang menyenangkan.

Tahapan pembelajaran dari hal yang sederhana sampai gerakan yang sulit diperlukan dalam proses pembelajaran lompat jauh. Serta situasi yang menyenangkan juga tidak kalah penting dalam mendukung proses tersebut.

4.Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok

Menggunakan Rintangan

a. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok

Menggunakan Rintangan

Pelaksanaan pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan rintangan, merupakan bentuk belajar yang dilakukan menggunakan alat bantu dengan melompati rintangan berupa kotak kardus. Media alat bantu rintangan dengan kardus dapat memacu siswa untuk berani melakukan lompatan yang lama antara rintangan yang dijajarkan. Media kardus dipilih sebagai rintangan karena memiliki sifat struktur yang sederhana, rendah, lunak, dan tidak membahayakan jika siswa tidak mampu melewati rintangan. Dari inilah kotak kardus dipilih sebagai media alat bantu rintangan.

Secara umum, teknis pelaksanaan pembelajaran lompat jauh menggunakan rintangan adalah siswa melompati kardus menggunakan satu kaki secara berulang-ulang sehingga dapat merangsang daya ledak otot tungkai. Dengan rangsangan terhadap daya ledak otot tungkai, maka siswa dapat melakukan tolakan guna menghasilkan lompatan yang jauh. Suharno HP (1993:59) mengemukakan bahwa, “daya ledak adalah kemampuan sebuah otot atau segerombolan otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam suatu gerakan yang utuh”. Dengan media rintangan kotak kardus maka diharapkan hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dapat meningkat.


(43)

commit to user

Kotak kardus diletakkan dengan jarak 3-5 langkah di lintasan awalan sebelum bak pasir. Dengan tumpuan satu kaki, siswa melewati rintangan yang telah disusun di lintasan awalan. Dari tumpuan tersebut maka dapat membantu siswa untuk membiasakan bertumpu dengan satu kaki sebelum melayang di udara. Secara tidak langsung siswa melakukan latihan tumpuan dan tolakan dari rintangan kardus. Sehingga media ini meguntungkan bagi siswa untuk mengawali gerak dasar lompat jauh.

Media rintangan berupa kotak kardus merupakan alat bantu untuk

membentuk sudut tolakan yang optimal yaitu ± 450. Untuk mendapatkan sudut

tersebut guru memasang tanda sebelum kotak kardus yang telah diukur jarak dan

ketinggiannya hingga membentuk sudut ± 450. Kotak kardus digunakan sebagai

target yang membentuk pola lompatan. Dengan sudut tolakan dan pola lompatan yang baik, maka memungkinkan pencapaian jarak lompatan yang maksimal. Dalam hal ini A. Hamid Syah Noer (2000:73) berpendapat bahwa, “sudut lompatan yang baik adalah ± 450“.

Ditinjau dari pelaksanaannya, pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan kotak kardus merupakan metode belajar secara keseluruhan. Dimana siswa dituntut untuk melompati kotak kardus secara berulang meskipun baru pertama kali mengenal atau belum menguasai teknik tersebut. Seperti dikemukakan Sugiyanto (1996: 67), “metode keseluruhan merupakan cara mempraktekkan seluruh rangkaian gerakan yang dipelajari”. Apabila keterampilan olahraga yang diajarkan itu sifatnya sederhana dan mudah dimengerti maka keterampilan tersebut sebaiknya diajarkan secara keseluruhan, dan setiap teknik bagian hanya dilatih secara khusus apabila siswa atau objek selalu membuat kesalahan pada teknik bagian tersebut.

Untuk lebih jelasnya model pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan rintangan dapat dilihat pada gambar berikut :


(44)

commit to user

29

Gambar 5. Pembelajaran Menggunakan Rintangan (Mochamad Djumidar A. Widya, 2004: 69)

b. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya

Jongkok Menggunakan Rintangan

Ditinjau dari modifikasi pembelajaran lompat jauh, pendekatan pembelajaran menggunakan rintangan merupakan media yang praktis untuk siswa SD. Akan tetapi setiap media tentu memiliki kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari pembelajaran dengan menggunakan rintangan adalah:

1)Media kardus merupakan alat yang memiliki sifat struktur yang sederhana,

rendah, lunak, dan tidak membahayakan jika siswa tidak mampu melewati rintangan sederhana.

2)Dapat merangsang daya ledak otot tungkai.

3)Membentuk pola sudut lompatan yang yang optomal yaitu ± 450. Sehingga hasil lompatan hasil lompatan lebih jauh.

4)Secara tidak langsung siswa melakukan tumpuan dalam melompati rintangan. Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan rintangan juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan dari pembelejaran menggunakan rintangan berupa:

1)Beban tubuh siswa akan terasa lebih berat karena siswa melompat dan

mendarat hanya menggunakan satu kaki.

2)Gerakan pendaratan sedikit terabaikan karena dalam melompati rintangan


(45)

commit to user

5.Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok

Menggunakan Raihan

a. Pelaksanaan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya Jongkok

Menggunakan Raihan

Pembelajaran lompat jauh menggunakan raihan merupakan merupakan salah satu stategi untuk mengembangkan gerak keterampilan yaitu penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok terutama saat melayang di udara yang tidak mudah untuk dilakukan. Dengan bola yang digantung di atas, para siswa meraih sasaran dengan memukul sasaran di atas. Dengan meraih sasaran di atas (bola digantung), diharapkan siswa akan mampu melakukan gerak menggatung saat melayang di udara. Hal ini sesuai pendapat Yoyo Bahagia dkk. (1999/2000:370) bahwa, "Ubahlah kondisi latihan untuk meraih keberhasilan dan tingkatkan kondisi latihan secara bertahap. Manakala pembelajaran berorientasi pada proses, berikanlah pengetahuan hasil tentang proses".

Dari pendapat di atas menunjukkan bahwa bola yang digantung di atas menunjukkan sasaran dimana siswa berusaha meraih sasaran dengan memukul bola. Sehingga akan terjadi proses melayang di udara dengan durasi yang lama. Posisi tubuh saat melayang di udara sangat mempengaruhi lamanya melayang di udara. Maka dari itu, media bola yang digantung memotivasi siswa untuk meraih sasaran dan menghasilkan jarak lompatan yang baik.

Secara teknis pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan sasaran bola yang digunakan memiliki kriteria jarak dan ketinggian yang bervariasi. Hal tersebut dikarenakan kemampuan tiap-tiap siswa berbeda. Pelaksanaan pembelajaran yaitu, siswa melakukan awalan dari jarak dekat kemudian melompat dan meraih bola dengan melayang seperti gerakan jongkok. Jika siswa mudah melakukannya, ketinggian bola ditingkatkan dan jarak awalan ditambah. Menurut Carry A. Carr (1997: 141) bahwa, "Pembelajaran lompat jauh dengan bola digantung yaitu, bola


(46)

commit to user

31

digantung dengan tali pada ketinggian yang bervariasi. Peserta menggunakan run-up untuk meraih bola. Jika mereka meraih bola dengan baik, mereka berpindah ke bola yarig lebih tinggi". Pada prinsipnya bola yang digantung dengan ketinggian yang bervariasi tersebut dimaksudkan untuk merangsang lompatan siswa setinggi mungkin untuk membuat posisi melayang di udara.

Berikut ilistrasi gambar pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan menggunakan raihan oleh (Gunter Bernhard, 1993: 86) sebagai berikut :

Gambar 6. Pembelajaran Lompat Jauh Menggunakan Raihan (Gunter Bernhard, 1993: 86)

b. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh Gaya

Jongkok Menggunakan Raihan

Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan raihan merupakan modifikasi kondisi penampilan (skill). Adanya raihan berupa bola untuk merangsang siswa agar lompatan setinggi mungkin dan membuat pola gerakan gaya jongkok pada saat melayang di udara. Secara umum pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan raihan dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran lompat jauh gaya jongkokmenggunakan raihan antara lain:


(47)

commit to user

2)Dengan sasaran bola yang digantung, siswa terpacu untuk melompat guna

meraih sasaran yang ada di atas.

3)Siswa termotivasi dengan sasaran di atas sehingga menimbulkan rasa senang serta saling berkompetisi dengan rekannya.

Pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan raihan tentu juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pembelajaran lompat jauh gaya gaya jongkok menggunakan raihanyaitu:

1)Siswa hanya berkonsentrasi untuk meraih sasaran, sehingga siswa cenderung melompat ke atas.

2)Pola dan sudut lompatan yang optimal terabaikan karena siswa lebih

termotivasi untuk meraih sasaran.

B.Kerangka Berfikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut :

1. Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Rintangan dan

Raihan Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok.

Pembelajaran lompat jauh dengan rintangan kardus memiliki karakteristik dapat membentuk daya ledak otot tungkai. Sehingga secara fisik dapat membantu siswa dalam melaksanakan lompatan dengan jarak lompatan yang jauh. Daya ledak otot sangat berperan penting dalam gerak lompat ke depan. Dengan melompat melewati rintangan, secara tidak langsung membiasakan kaki untuk menumpu serta melakukan tolakan. Kemudian dengan rintangan juga dapat menjaga kestabilan sudut lompatan yang optimal. Sudut yang optimal sangat berpengaruh penting dalam pembentukan pola gerak lompatan. Sehingga pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan menggunakan rintangan ini dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

Pembelajaran lompat jauh dengan raihan memberikan rangsangan untuk melayang di udara dengan durasi yang lama. Sasaran raihan di atas merupakan alat


(48)

commit to user

33

bantu yang memotivasi kepada siswa untuk berkompetisi sehingga para siswa akan berlomba mencapai target raihan. Sehingga pendekatan pembelajaran dengan menggunakan raihan dapat meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

2. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan

Rintangan dan Raihan Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok.

Pembelajaran lompat jauh dengan rintangan kardus memiliki orientasi tujuan belajar yaitu meningkatkan kemampuan secara fisik terhadap daya ledak otot tungkai saat menumpu pada tolakan lompatan ke depan. Serta memiliki tujuan untuk membentuk sudut tolakan yang optimal saat melayang di udara sehingga pola gerakan melompat dapat mencapai jarak lompatan yang jauh. Sedangkan pembelajaran lompat jauh dengan raihan memberikan rangsangan untuk melayang di udara dengan durasi yang lama. Dari kedua media alat bantu tersebut memiliki peran yang baik dalam meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Akan tetapi pada siswa SD memiliki kecenderungan melakukan kesalahan dalam teknik sudut tolakan yang tepat. Perbaikan sudut tolakan akan lebih berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh yang dicapai siswa. Penekanan pembelajaran yang tepat untuk siswa SD yaitu pada pola lompatan dan sudut lompatan yang optimal. Ciri pada alat yang menggunakan rintangan lebih sesuai dengan penempatan sudut tolakan dan pola gerakan saat melayang di udara. Dengan demikian pembelajaran menggunakan rintangan diduga lebih efektif terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok pada siswa SD.


(49)

commit to user

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1.Ada perbedaan pengaruh pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan

rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Kecamatan, Karangpandan Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.

2.Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan memiliki pengaruh

yang lebih baik terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011.


(50)

commit to user

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Tempat dan Waktu Penelitian

1.Tempat Penelitian

Tempat pengambilan data hasil belajar lompat jauh gaya jongkok dan pelaksanaan perlakuan penelitian adalah SD Negeri Bangsri 01 Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar.

2.Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu atau 16 kali pertemuan dengan frekuensi belajar 3 kali dalam seminggu yaitu pada bulan Juni - Agustus 2010. Waktu pengambilan data dan poses pemberian perlakuan diberikan pada pagi hari pada hari senin, rabu dan jum’at, pukul 06.15 – 07.30 WIB.

B.Subyek Penelitian

Semua siswa putra kelas IV dan V SD Negeri 01 Bangsri, Karangpandan, Karanganyar tahun pelajaran 2010/ 2011 yang berjumlah 36 siswa adalah subyek yang dijadikan sampel penelitian untuk mengetahui dan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian ini.

C.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan tes dan pengukuran. Sesuai dengan variabel yang diteliti, data yang terkumpul adalah data kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Maka tes yang digunakan adalah tes lompat jauh menurut Johnson & Nelson yang dikutip Mulyono B. (2007: 69).


(51)

commit to user

D.Rancangan Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah :”Pretest – Posttest Design”. Gambaran rancangan penelitian sebagai berikut :

KE 1 Treatment A Post-test

S Pre-test OP

KE 2 Treatment B Post-test

Gambar 7. Rancangan Penelitian

Keterangan :

S = Subyek Pre-test = Tes awal OP = Ordinal Pairing

K1 = Kelompok eksperimen 1 K2 = Kelompok eksperimen 2

Treatment A = Metode pendekatan pembelajaran dengan rintangan Treatment B = Metode pendekatan pembelajaran dengan raihan Post-test = Tes akhir


(52)

commit to user

37

Untuk menyeimbangkan kelompok dilakukan secara ordinal pairing berdasarkan hasil tes lompat jauh. Prosedur pemasangan adalah :

K1 K2

1 2

4 3

5 6

8 7

9 dst.

Gambar 8. Pembagian Kelompok Secara Ordinal Pairing

2. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dua variabel bebas (independen) dan satu variabel terikat (dependen) yaitu :

1) Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengeruhi variabel lain. Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu :

a.Pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan rintangan b.Pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan raihan 2) Variabel terikat (dependen) yaitu variabel yang dipengaruhi variabel lain.

Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

E.Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dikumpulkan, disusun dan dianalisis secara statistik dengan langkah-langkah sebagai berikut :


(53)

commit to user

1.Mencari Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B. (2007: 44-47) dengan rumus sebagai berikut :

MSA - MSW R =

MSA

Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas

MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok MSW = jumlah rata-rata antar kelompok

1.Uji Prasyarat Analisis Data

Uji pra syarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji pra syarat tersebut sebagai berikut :

a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)

Uji normalotas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak. Adapun langkah-langkah uji normalitas metode Lilliefors menurut Sudjana (2005: 446) sebagai berikut :

1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan bakuZ1,Z2,Z3,………..Zn, dengan menggunakan rumus :

Zi = Xi – X / SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku.

2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor tertinggi.


(54)

commit to user

39

3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung paluang F(Zi) = P(Z ≤ Zi).

4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu : S(Zi) = i/n

5) Mencari selisih antara F(Zi) - S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya. 6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.

Rumusnya : Lo = │ F(Zi) - S(Zi) │ maksimum. Kriteria :

Lo ≤ Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas (Metode Bartlet)

Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah uji homogenitas dengan metode Bartlet menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut:

1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom-kolom kelompok sampel : dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.

2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel. ((n – 1 ) Sdi2………..1)

Rumusnya : SD2 =

(n – 1) B = Log Sdi2(n – 1)

3) Menghitung X2

Rumusnya X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………..(2) Dengan (Ln 10) = 3,3026

Hasilnya (X2 hitung) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).

4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.

Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2 tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.


(1)

perpustakaan.uns.ac.id 1) Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada K1 digilib.uns.ac.id Tabel 7. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K1

Tes N Mean to t t5%

Awal 2.54 Akhir

18

2.89

13.86 2.11

Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K1 dapat diketahui bahwa pada tes

awal rata-rata sebesar 2.54 dan tes akhir sebesar 2.89. Dengan derajat kebebasan 17 (N – 1 = 18 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2.11,

sedangkan nilai to sebesar 13.86. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis

nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes akhir pada K1 ada perbedaan

yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat perlakuan K1 memiliki peningkatan

kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang signifikan.

2) Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada K2

Tabel 8. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Awal dan Tes Akhir K2

Tes N Mean to t t5%

Awal 2.53

Akhir

18

2.68

12.23 2.11

Dari rangkuman hasil t-test di atas, pada K2 dapat diketahui bahwa pada tes

awal rata-rata sebesar 18.24 dan tes akhir sebesar 19.83. Dengan derajat kebebasan 17 (N – 1 = 18 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai t tabel sebesar 2.11,

sedangkan nilai to sebesar 12.23. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis

nol ditolak. Dengan demikian antara tes awal dan tes akhir pada K2 ada perbedaan

yang signifikan. Berarti bahwa setelah mendapat perlakuan K2 memiliki peningkatan


(2)

perpustakaan.uns.ac.id 3) Hasil Uji Perbedaan Peningkatan Kemampuan Kelompok 1 dan 2 digilib.uns.ac.id Untuk mengetahui ada perbedaan hasil latihan antara K1dan K2 setelah

diberi perlakuan, dapat dilihat pada hasil t-test untuk tes akhir dari kedua kelompok dalam tabel 9 berikut ini :

Tabel 9. Rangkuman Hasil t-test Untuk Tes Akhir Antar Kelompok

Kelompok N Mean to t t5%

K1 2.89

K2

18

2.68

5.49 2.11

Berdasarkan rangkuman di atas, pada tes akhir pada K1 diketahui rata-rata

sebesar 2.89 dan untuk K2 diketahui rata-rata sebesar 2.68. Dengan derajat kebebasan

17 (N – 1 = 18 - 1) pada taraf signifikansi 5%, ternyata nilai to sebesar 5.49,

sedangkan nilai t tabel sebesar 2.11. Berarti to lebih besar dari t tabel maka hipotesis

nol ditolak. Dengan demikian pada tes akhir kemampuan lompat jauh gaya jongkok antara K1 dan K2 terdapat perbedaan yang signifikan.

4) Perbedaan Prosentase Peningkatan

Untuk mengetahui kelompok yang memiliki prosentase peningkatan yang lebih baik, diadakan perhitungan perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok dalam persen pada kelompok 1 dan 2 adalah :

Tabel 10. Rangkuman Hasil Perhitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dalam Persen Pada K1 dan K2

Kelompok N

Mean Pretest

Mean Posttest

Mean Different

Prosentase Peningkatan

K1 18 2.54 2.89 0.35 12.11%


(3)

perpustakaan.uns.ac.id Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki digilib.uns.ac.id peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebesar 12.11%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok sebesar 5.60%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang lebih besar dari pada kelompok 2.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Perbedaan Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan

Rintangan dan Raihan Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok. Berdasarkan uji perbedaan yang dilakukan pada tes akhir antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Hasil

penghitungan data tes akhir kedua kelompok diperoleh thitung sebesar 5,49, nilai thitung

tersebut lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), dengan db = 18 – 1 = 17 pada taraf

signifikansi 0,05 (5%) ttabel sebesar 2,11. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara pendekatan pembelajaran lompat jauhdengan rintangan dan raihan terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan kardus memiliki karakteristik menjaga kestabilan sudut lompatan yang optimal. Sudut yang optimal sangat berpengaruh penting dalam pembentukan pola gerak lompatan. Selain itu gerakan lompat jauh menggunakan rintangan mempengaruhi siswa untuk membiasakan gerakan melayang dalam posisi jongkok. Sedangkan pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan raihan memberikan rangsangan untuk melayang di udara dengan durasi yang lama. Sasaran raihan di atas merupakan alat bantu yang membuat rasa senang pada siswa sehingga memotivasi siswa untuk berkompetisi. Berdasarkan karakteristik alat bantu dengan rintangan dan raihan sebagai sarana pendekatan pembelajaran lompat jauh tersebut tentunya menimbulkan pengaruh terhadap peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id 2. Pendekatan Pembelajaran Lompat Jauh dengan Rintangan Memiliki digilib.uns.ac.id Pengaruh yang Lebih Baik Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok.

Berdasarkan prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok antara kelompok 1 (K1) dan kelompok 2 (K2) menunjukkan bahwa

kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan yang lebih besar daripada kelompok 2 (K2).

kelompok 1 (K1) memiliki peningkatan lompat jauh gaya jongkok sebesar 12,11%,

kelompok 2 (K2) memiliki peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok

sebesar 5,60%. Prosentase peningkatan kemampuan lompat jauh gaya jongkok kelompok 1 (K1) lebih besar daripada kelompok 2 (K2) berarti pendekatan

pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan rintangan memiliki pengaruh yang lebih baik daripada pendekatan pembelajaran dengan raihan.

Hal ini karena, pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok dengan rintangan memiliki orientasi yaitu membiasakan siswa untuk membentuk teknik gerakan melompat ke depan. Serta memiliki tujuan untuk membentuk sudut tolakan yang optimal saat melayang di udara sehingga pola gerakan melompat dapat mencapai jarak lompatan yang jauh. Selain itu pendekatan pembelajaran menggunakan rintangan mempengaruhi siswa untuk membiasakan melayang di udara dalam posisi jongkok. Dimana posisi jongkok saat melayang di udara mirip teknik yang sebenarnya dalam pelaksanaan gerakan lompat jauh gaya jongkok. Dari kebiasaan gerak tersebut maka timbul pengaruh yang lebih baik pada teknik lompat jauh gaya jongkok. Penekanan pembelajaran yang tepat untuk siswa SD yaitu pada teknik pola gerak lompatan dan sudut lompatan yang optimal. Ciri pada alat yang menggunakan rintangan lebih sesuai dengan pola gerakan saat melayang di udara dan penempatan sudut tolakan.

Sementara pendekatan pembelajaran lompat jauh gaya jongkok menggunakan raihan memiliki karakteristik dalam memotivasi siswa untuk meraih sasaran yang ada di atas. Dengan sasaran di atas, para siswa lebih senang dan berkompetisi sesama siswa untuk meraih sasaran. Akan tetapi pola teknik gerakan siswa terabaikan karena hanya berkonsentrasi untuk melompat ke atas. Sehingga pola gerakan menjadi tidak terkontrol.


(5)

perpustakaan.uns.ac.id BAB V digilib.uns.ac.id SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima, sehingga dapat diperoleh simpulan sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan dan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Kecamatan Karangpandan Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Dengan nilai perhitungan hasil tes akhir masing-masing kelompok adalah thitung sebesar 5,49 dengan ttabel taraf

signifikansi 5% sebesar 2,11. Ternyata thitung lebih besar dari angka batas

penolakan hipotesis nol.

2. Pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok siswa putra kelas IV dan V SD Negeri Bangsri 01 Karangpandan, Karanganyar Tahun Pelajaran 2010/ 2011. Peningkatan kelompok 1 (K1) sebesar 12,11%, lebih besar dari pada kelompok 2 (K2) yaitu 5,60%.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pendekatan pembelajaran lompat jauh dengan rintangan memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada pendekatan pembelajaran lompat dengan raihan terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok

Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini bahwa, setiap pendekatan pembelajaran dengan rintangan memilki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Usaha untuk meningkatkan


(6)

perpustakaan.uns.ac.id kemampuan lompat jauh gaya jongkok, maka perlu diterapkan pendekatan yang baik digilib.uns.ac.id dan tepat. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih pendekatan lompat jauh yang tepat, khususnya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh gaya jongkok.

C. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah diambil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada guru Penjaskes di SD Negeri 01 Bangsri Karangpandan, disarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh, pengajar dan pembina dapat memberikan pembelajaran lompat jauh dengan menerapkan metode pembelajaran menggunakan rintangan dan metode pembelajaran menggunakan raihan.

2. Dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan lompat jauh, harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat sesuai dengan perkembangan siswa.

3. Mengingat metode pembelajaran menggunakan rintangan merupakan bentuk pembelajaran yang efektif khususnya bagi anak-anak usia SD, maka disarankan agar metode pembelajaran ini disosialisasikan agar dapat dipahami dan diterapkan oleh guru-guru SD pada umumnya


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN PENDEKATAN PERMAINAN LOMPAT KANGURU PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PEDAGANGAN 01 KABUPATEN TEGAL TAHUN 2013

1 43 133

PERBEDAAN PENGARUH MODIFIKASI LATIHAN LOMPAT DENGAN RINTANGAN PANJANG DAN TINGGI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH TANPA AWALAN PADA SISWA PUTRA KELAS IV DAN V SD NEGERI MIPITAN JEBRES SURAKARTA TAHU

0 4 62

PERBEDAAN PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN MOTOR ABILITY TERHADAP LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA SMP NEGERI 3 KARTASURA TAHUN 20010 2011

1 6 58

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENJASORKES KOMPETENSI DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK Kompetensi Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Strategi Pendekatan Pemainan Pada Siswa SMP Negeri 1 Punung Kabupaten Pacitan.

0 1 18

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN PENJASORKES KOMPETENSI DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK Kompetensi Dasar Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Strategi Pendekatan Pemainan Pada Siswa SMP Negeri 1 Punung Kabupaten Pacitan.

0 0 21

Motivasi Siswa Melakukan Lompat Jauh Gaya Jongkok Dengan Menggunakan Rintangan Tali Dalam Pembelajaran Lompat Jauh Pada Siswa Kelas V SDN Pakintelan 03 Kecamatan Gunungpati Kota Semarang Tahun 2011.

0 0 1

Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Lompat Jauh Dengan Pendekatan Tidak Langsung dan Langsung Terhadap Hasil Belajar Lompat Jauh Gaya Jongkok Pada Siswa Putra Kelas X SMA Negeri 7 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016.

0 0 16

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN BERMAIN LOMPAT DAN LONCAT PADA SISWA KELAS V SD NEGERI SIGENUK KECAMATAN PITURUH KABUPATEN PURWOREJO.

1 6 128

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN LOMPAT RINTANGAN

0 0 11

MENINGKATKAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI LOMPAT RINTANGAN DI 07 PAKIT MULAU

0 0 13