Universitas Sumatera Utara
sumber epistaksis. Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena-vena ini membentuk suatu pleksus
kavernosus yang rapat di bawah membrana mukosa. Drainase vena terutama melalui vena oftalmika, fasialis anterior, dan sfenopalatina Soetjipto, 2011; Snell,
2006. Kompleks ostiomeatal KOM adalah celah pada dinding lateral hidung
yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi yang membentuk Kompleks ostiomeatal adalah prosesus unsinatus, infundibulum
etmoidalis, hiatus semilunaris, bula etmoidalis, agger nasi, dan resesus frontalis. Kompleks ostiomeatal adalah unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi
dan drainase dari sinus-sinus yang terletak di anterior yaitu sinus maksilaris, etmoidalis anterior, dan frontalis. Bila terjadi obstruksi pada KOM, maka akan
terjadi perubahan patologis yang signifikan pada sinus yang terkait Soetjipto, 2011.
2.2. Anatomi Sinus Paranasal
2.2.1. Sinus Maksilaris
Pada waktu lahir sinus maksilaris berupa celah kecil di sebelah medial orbita. Pada awalnya dasarnya lebih tinggi daripada dasar rongga hidung,
kemudian terus mengalami penurunan, sehingga pada usia delapan tahun menjadi sama tinggi. Perkembangannya berjalan kearah bawah dan amembentuk sempurna
setelah erupsi gigi permanen. Ukuran rata-rata pada bayi yang baru lahir 7-8 x 4-6 mm dan pada usia 15 tahun 31-32 x 18-20 x 19-20 mm dan isinya kira-kira 15 ml.
Ballenger, 2004 Sinus maksilaris merupakan sinus paranasal yang terbesar. Sinus
maksilaris terletak di dalam korpus maksilaris dan sinus ini berbentuk piramid. Dinding anterior sinus yaitu permukaan fasial os maksilaris yang disebut fosa
kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal maksilaris, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dinding superior adalah dasar
orbita, dan dinding inferior yaitu prosesus alveolaris dan palatum Soetjipto, 2011.
Universitas Sumatera Utara
Sinus maksilaris bermuara ke dalam meatus nasi medius melalui hiatus semilunaris. Karena sinus etmoidalis anterior dan sinus frontalis bermuara ke
infundibulum, kemudian ke hiatus semilunaris, kemungkinan penyebaran infeksi dari sinus-sinus ini ke sinus maksilaris adalah besar Snell, 2006.
Membrana mukosa sinus maksilaris dipersarafi oleh nervus alveolaris superior dan nervus infraorbitalis Snell, 2006.
Gambar 2.1. Anatomi Sinus Paranasal Hwang PH, 2009.
2.2.2. Sinus Frontalis
Bentuk dan ukuran sinus frontalis sangat bervariasi, dan seringkali juga sangat berbeda bentuk dan ukurannya dari sinus pasangannya. Ukuran rata-rata
sinus frontalis yaitu tinggi 3 cm, lebar 2-2,5 cm, dalam 1,5-2 cm dan isi rata-rata 6-7 ml. Dinding depan sinus frontalis hampir selalu diploik, terutama pada bagian
luar atau sudut infero-lateral dan pada sulkus superior tempat pertemuan dinding anterior dan posterior Benninger et al, 2003.
Dinding medial sinus merupakan septum sinus tulang interfrontalis yang biasanya berada dekat garis tengah, tetapi biasanya berdeviasi pada penjalarannya
Universitas Sumatera Utara
ke posterior, sehingga sinus yang satu bisa lebih besar daripada yang lain. Sinus frontalis bermuara ke dalam meatus medius melalui duktus nasofrontalis. Kadang-
kadang kedua sinus frontalis tidak terbentuk atau yang lebih lazim tidak terbentuk salah satu sinus Hilger, 2013.
2.2.3. Sinus Sfenoidalis