Universitas Sumatera Utara
2.8. Diagnosis
Rinosinusitis kronik ditegakkan jika pasien memiliki dua atau lebih gejala mayor atau satu gejala mayor dan dua atau lebih gejala minor yang menetap lebih
dari 12 minggu, rinosinusitis kronik harus dipertimbangkan dalam diferensial diagnosis jika pasien memiliki satu faktor mayor atau dua lebih faktor minor
selama lebih dari 12 minggu Benninger et al, 2003. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan nasoendoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang
lebih tepat dan dini. Tanda khas adalah adanya pus di meatus medius atau di daerah meatus superior. Mangunkusumo, 2011.
2.8.1. Anamnesa
Riwayat gejala yang diderita lebih dari 12 minggu, dan sesuai dengan dua gejala mayor atau satu gejala mayor ditambah dua gejala minor dari kumpulan
gejala dan tanda menurut Rhinosinusitis Task Force 2006. Yang termasuk gejala mayor adalah: nyeri atau rasa tertekan pada daerah wajah, hidung tersumbat,
ingus purulen, gangguan penghidu. Gejala-gejala minor antara lain: sakit kepala, demam, halitosis, nyeri gigi dan batuk Busquets et al, 2006.
Sakit kepala merupakan salah satu tanda yang paling umum dan paling penting pada sinusitis. Sakit kepala yang timbul merupakan akibat adanya
kongesti dan edema di ostium sinus dan sekitarnya. Sakit kepala yang bersumber dari sinus akan meningkat jika membungkukkan badan dan jika badan tiba-tiba
digerakkan. Sakit kepala ini akan menetap saat menutup mata, saat istirahat atau saat berada di kamar gelap. Hal ini berbeda dengan sakit kepala yang disebabkan
oleh mata Fokkens et al, 2012; Ballenger, 2004. Nyeri yang sesuai dengan daerah sinus yang terkena dapat ada atau
mungkin tidak. Pada peradangan aktif sinus maksilaris atau frontalis, nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena. Pada sinus yang letaknya lebih
dalam, nyeri terasa jauh di dalam kepala dan tak jelas lokasinya. Pada
Universitas Sumatera Utara
kenyataannya peradangan pada satu atau semua sinus sering kali menyebabkan nyeri di daerah frontalis Ballenger, 2004.
Gangguan penghidu hiposmia terjadi akibat sumbatan pada fisura olfaktorius di daerah konka media. Pada kasus-kasus kronik, hal ini dapat terjadi
akibat degenerasi filamen terminal nervus olfaktorius, meskipun pada kebanyakan kasus, indera penghidu dapat kembali normal setelah proses infeksi hilang
Fokkens et al, 2012; Ballenger, 2004.
2.8.2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi yang diperhatikan adanya pembengkakan pada muka. Pembengkakan di pipi sampai kelopak mata bawah yang berwarna kemerahan
mungkin menunjukkan sinusitis maksilaris. Pembengkakan di kelopak mata atas mungkin
menunjukkan sinusitis
frontalis. Sinusitis
etmoidalis jarang
menyebabkan pembengkakan di luar, kecuali bila telah terbentuk abses Soetjipto, 2011.
Rinoskopi anterior adalah alat dasar untuk pemeriksaan fisik yang paling spesifik yang berkaitan dengan keadaan patologis pada daerah sinunasal.
Rinoskopi adalah pemeriksaan yang tepat untuk mengevaluasi pasien sebelum dan sesudah pemakaian dekongestan topikal. Sebelum dekongesti, pemeriksa
mengevaluasi permukaaan anterior nasal. Biasanya hanya setelah dekongesti, middle turbinate dapat divisualisasi secara jelas Benninger et al, 2003.
Rinoskopi posterior bila diperlukan untuk melihat patologi di belakang rongga hidung sekaligus untuk melihat keadaan nasofaring Soepardi, 2011; Shah, 2008.
2.8.3. Pemeriksaan Penunjang