Universitas Sumatera Utara
kronik, gagal jantung kongestif, dan nyeri punggung. Dampak penyakit rinosinusitis kronik terhadap kualitas hidup pasien sebanding dengan keparahan
penyakit kronik lainnya. Oleh karena itu, sama halnya dengan penyakit kronik yang lain, penyakit rinosinusitis kronik sebaiknya ditangani secara proaktif
Desrosiers, 2011.
2.5. Etiologi dan Faktor Predisposisi
2.5.1. Virus
Rhinosinusitis akibat virus disebut common cold. Virus yang menginfeksi antara lain : rhinovirus 50, coronavirus 20, influenza, parainfluenza,
respiratory syncytial virus, adenovirus dan enterovirus Mangunkusumo, 2011.
2.5.2. Bakteri
Bakteri patogen yang sering menyebabkan rinosinusitis bakteri akut adalah S. pneumoniae dan H. influenza. Patogen ini menjadi penyebab utama terjadinya
rinosinusitis sejak kali pertama dilakukan penelitian. Sedangkan patogen yang sering pada rinosinusitis bakteri kronik adalah Staphylococcus aureus, bakteri
anaerob dan bakteri gram negatif Mangunkusumo, 2011
2.5.3. Jamur
Aspergilosis adalah salah satu jamur yang paling sering dijumpai pada infeksi virus paranasal dengan ciri khas sekret mukopurulen yang berwarna hijau
kecoklatan. Mukormikosis pula merupakan infeksi oppurtunistik ganas yang dapat berkembang menjadi patogenik pada orang yang menderita asidosis diabetik dan
imunosupresi. Pada penderita ini dijumpai sekret warna pekat, gelap, berdarah dan gambaran konka yang berwarna hitam atau merah bata. Candida bersama
histoplasmosis, koksidoimilosis,
sporotrikosis, serokosporamikosis,
dan blastomikosis adalah kasus yang jarang mengenai hidung Boies, 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.5.4. Alergi
Rinitis adalah suatu reaksi alergi yang diperantarai oleh imunoglobulin. Reaksi ini melibatkan suatu antibodi, biasanya IgE, yang mana bagian Fc antibodi
melekat pada suatu sel yang mengandung mediator atau prekursornya sel mast, basofil, eosinofil, makrofag. Bagian Fab dari antibodi ini berinteraksi dengan
alergen spesifik dan akibatnya terjadi aktivasi beberapa enzim membran. Hasil pembelahan enzimatik menyebabkan pelepasan mediator seperti histamin,
prostaglandin dan leukotrien. Mediator ini menyebabkan suatu reaksi tipe segera yang timbul, misalnya edema. Selain itu, juga akan terjadi reaksi lambat yang
selanjutnya cenderung terjadi akibat pelepasan mediator dari sel mast dan demikian pula eosinofil, makrofag dan trombosit Boies, 2013.
2.5.5. Kelainan Anatomi dan Struktur Hidung