Kesimpulan Saran Anatomi Hidung

Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa gambaran kasus penderita rinosinusitis kronik yang terdapat di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut. 1. Penderita rinosinusitis kronik sebanyak 105 orang. 2. Distribusi penyakit rinosinusitis kronik berdasarkan usia yang paling banyak terdapat pada kelompok usia 31-45. 3. Distribusi penyakit rinosinositis kronik berdasarkan jenis kelamin lebih banyak diderita oleh perempuan. 4. Penyakit rinosinusitis kronik lebih banyak didapati pada seseorang yang bekerja sebagai wiraswasta. 5. Keluhan utama yang paling sering menjadi penyebab penderita rinosinusitis kronik berobat ke dokter adalah akibat sumbatan hidung. 6. Sinus yang paling sering terkena pada penderita rinosinusitis kronik adalah sinus maksilaris. 7. Jenis sinus terlibat yang paling sering pada penderita rinosinusitis kronik adalah singel rinosinusitis. 8. Faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi terjadinya rinosinusitis kronik yang paling banyak adalah alergi. 9. Jenis terapi yang paling sering diberikan pada penderita rinosinusitis kronik adalah terapi medikamentosa. Universitas Sumatera Utara

6.2. Saran

1. Perlu adanya edukasi kepada penderita tentang bahaya yang dapat terjadi akibat penyakit rinosinusitis kronik, sehingga penderita dapat terhindar dari komplikasi lebih lanjut dan memperbaiki kualitas hidupnya. 2. Bagi petugas kesehatan sebaiknya melengkapi data rekam medis pasien, agar lebih mudah dalam mengetahui data-data yang dibutuhkan. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Hidung

Bentuk luar hidung sangat bervariasi dalam hal ukuran dan bentuk, terutama karena perbedaan tulang-tulang rawan hidung. Punggung hidung meluas dari akar hidung di wajah ke puncaknya ujung hidung. Pada permukaan inferior terdapat dua lubang, yakni naris anterior yang terpisah satu dari yang lain oleh septum nasi. Septum nasi ini yang untuk sebagian berupa tulang dan untuk sebagian berupa tulang rawan, membagi kavum nasi menjadi dua rongga kanan dan kiri Moore, 2002. Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi dan tepat di belakang nares anterior disebut vestibulum. Vestibulum dilapisi oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambut-rambut yang disebut vibrise Soetjipto, 2011. Setiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding lateral, medial, inferior, dan superior. Dinding lateral terdapat 4 buah konka. Konka inferior adalah yang terbesar dan letaknya paling bawah, konka media yang lebih kecil, konka superior yang lebih kecil lagi, dan konka suprema adalah yang terkecil Soetjipto, 2011. Konka nasalis superior, konka nasalis media, dan konka nasalis inferior membagi kavum nasi menjadi empat lorong : meatus nasalis superior, meatus nasalis medius, meatus nasalis inferior, dan hiatus semilunaris Moore, 2002. Meatus nasalis superior adalah sebuah lorong yang sempit antara konka nasalis superior dan konka nasalis media dan merupakan tempat bermuaranya sinus etmoidalis superior melalui satu atau lebih lubang Moore, 2002. Meatus nasalis medius berukuran lebih panjang dan lebih luas daripada meatus nasalis superior. Bagian anterosuperior meatus nasalis ini berhubungan dengan sebuah lubang yang berukuran seperti corong, yakni infundibulum yang merupakan jalan pengantar kedalam sinus frontalis. Hubungan masing-masing Universitas Sumatera Utara sinus frontalis ke infundibulum terjadi melalui duktus frontonasalis. Sinus maksilaris juga bermuara ke dalam meatus nasalis medius Moore, 2002. Meatus nasalis inferior adalah sebuah lorong horizontal yang terletak inferolateral terhadap konka nasalis inferior. Duktus nasolakrimalis bermuara dibagian anterior meatus nasalis inferior Moore, 2002. Hiatus semilunaris adalah sebuah alur yang berbentuk setengah lingkaran dan merupakan muara sinus frontalis. Bulla etmoidalis adalah sebuah tonjolan yang membuat di sebelah superior hiatus semilunaris, dan baru terlihat setelah konka nasalis media disingkirkan. Bulla etmoidalis ini dibentuk oleh cellulae ethmoidales tengah yang membentuk sinus etmoidalis Moore, 2002. Dinding medial hidung adalah septum nasi. Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian atas dibentuk oleh lamina perpendikularis os etmoidalis dan bagian posterior dibentuk oleh os vomer. Bagian tulang rawan yaitu kartilago septum lamina kuadrangularis dan kolumela. Pada bagian tulang rawan septum dilapisi perikondrium, bagian tulang dilapisi periosteum, sedangkan bagian luar dilapisi mukosa hidung Snell, 2006; Soetjipto, 2011. Dinding inferior merupakan dasar rongga hidung yang dibentuk oleh os maksilaris dan os palatum permukaan atas palatum durum. Dinding superior atau atap hidung yang sempit dibentuk oleh lamina kribosa, yang memisahkan rongga tengkorak dari rongga hidung. Lamina kribosa merupakan lempeng tulang berasal dari os etmoidalis, tulang ini berlubang-lubang tempat masuknya serabut saraf olfaktorius. Di bagian posterior, atap rongga hidung dibentuk os sfenoidalis Snell, 2006; Soetjipto, 2011. Bagian atas rongga hidung mendapat perdarahan dari arteri etmoidalis anterior dan posterior. Bagian bawah hidung diperdarahi oleh cabang arteri maksilaris interna, yaitu ujung arteri palatina mayor, dan arteri sfenopalatina. Bagian depan hidung mendapat perdarahan dari cabang-cabang arteri fasialis. Bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang arteri sfenopalatina, arteri etmoidalis anterior, arteri labialis anterior, dan arteri palatina mayor, yang disebut pleksus Kiesselbach littleā€™s area. Pleksus Kiesselbach letaknya superfisial dan mudah cedera oleh trauma, sehingga sering menjadi Universitas Sumatera Utara sumber epistaksis. Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama dan berjalan berdampingan dengan arterinya. Vena-vena ini membentuk suatu pleksus kavernosus yang rapat di bawah membrana mukosa. Drainase vena terutama melalui vena oftalmika, fasialis anterior, dan sfenopalatina Soetjipto, 2011; Snell, 2006. Kompleks ostiomeatal KOM adalah celah pada dinding lateral hidung yang dibatasi oleh konka media dan lamina papirasea. Struktur anatomi yang membentuk Kompleks ostiomeatal adalah prosesus unsinatus, infundibulum etmoidalis, hiatus semilunaris, bula etmoidalis, agger nasi, dan resesus frontalis. Kompleks ostiomeatal adalah unit fungsional yang merupakan tempat ventilasi dan drainase dari sinus-sinus yang terletak di anterior yaitu sinus maksilaris, etmoidalis anterior, dan frontalis. Bila terjadi obstruksi pada KOM, maka akan terjadi perubahan patologis yang signifikan pada sinus yang terkait Soetjipto, 2011.

2.2. Anatomi Sinus Paranasal