commit to user
xci Kutipan di atas menggambarkan bahwa sebelum bertemu dengan Juli dia
tidak pernah mencintai laki-laki. Hal tersebut menunjukkan alur maju dan mundur karena Nayla mengingat kembali masa lalunya kemudian kembali ke masa kini.
D. Latar
1. Latar Tempat
Latar tempat menggambarkan tempat terjadinya cerita. Secara keseluruhan, latar tempat atau
setting
dalam novel Nayla berada di Jakarta antara
lain, rumah ayah, rumah perawatan anak nakal dan narkotika, diskotik, kamar kos, hotel, polsek, terminal dan sebagainya.
“Dan tiba-tiba saja, taksi berbelok kiri secara mendadak. Berhenti di depan Polsek Jakarta Barat.” Nayla, hlm 71
a Rumah Ayah
Tempat ini merupakan tempat yang ingin di datangi Nayla. Sejak kecil Nayla berumur 2 tahun Nayla tak pernah bertemu ayahnya karena perceraian
kedua orang tuanya. Namun, diam-diam Nayla menyelidiki dan mencari siapa ayahnya.
“Berjalan beriringan mencari satu alamat. Mengetuk di depan satu pintu rumah. Mencari ayah.” Nayla, hlm 10
Pada suatu saat ia bertemu dengan ayahnya, Nayla merasa sangat bahagia. Namun, pertemuan Nayla dengan ayah hanya sebentar. Ayahnya meninggal
dunia.
b Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika
Tempat ini merupakan tempat untuk merawat anak-anak yang nakal dan terlibat dalam kasus narkotika. Nayla dituduh pengguna narkoba kemudian Nayla
dijebloskan ke rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika. “Nayla tak mempercayai apa yang dilihatnya ketika gerombolan anak
perempuan memakai kaos seragam berlabel Rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika meyeruak masuk dalam ruangan.” Nayla, hlm 12
76
commit to user
xcii Nayla dikirim ke rumah Perawatan Anak Nakal dan Narkotika oleh ibu
tirinya dan meminta izin dengan ibu kandungnya. Hal ini membuat Nayla sangat kecewa dengan sikap ibu tiri dan ibu kandungnya. Hal ini dapat terlihat pada data
berikut ini: “Saya benci ibu tiri saya yang sudah menjebloskan saya di sana hanya
karena saya tak mau melanjutkan sekolah. Saya benci usaha kerasnya meminta ibu menandatangani surat persetujuan.” Nayla, hlm 22
c Diskotik
Tempat ini merupakan tempat
dimana Nayla bekerja sebagai juru lampu dan di tempat ini Nayla bertemu dengan Juli. Ia mulai belajar hidup mandiri.
“Saya mempunyai teman yang bekerja jadi sopir antar jemput karyawan untuk sebuah diskotik dan menawari saya pekerjaan. Diskotik itu
kebetulan butuh juru lampu.” Nayla, hlm 54 …..
“Pengunjung bersorak-sorak riuh dan meniru gerakan mereka. Juli bergoyang sambil berjalan mendekati Nayla.” Nayla,hlm 61
Di tempat itu diskotek ia mulai mengenal rokok dan minuman.
Hidupnya semakin bebas, mulai dari cara berpakaian, berdandan, dan bergaul.
d Kamar Kos
Tempat ini merupakan rumah yang disewa Nayla semenjak ia memutuskan untuk meninggalkan rumah dan memenuhi sendiri keperluan sehari-
hari. Nayla menyewa sebuah tempat yang kecil dan kumuh namun bisa membuat Nayla merasa nyaman.
“Tidak dimana keberadaan keluarga. Tidak betapa kumuhnya kamar kos yang ditinggalinya. Tidak juga kamar mandi yang dipenuhi kecoa.”
Nayla, hlm 63 …..
“Mungkin terlalu banyak hal yang mengganggu pikiran Juli ketika ia melihat kondisi kos Nayla sehingga malam itu nafunya surut.”
Nayla, hlm 64
e Hotel
Tempat ini merupakan tempat dimana Nayla dan Juli merayakan hari jadi mereka setelah satu minggu keintiman mereka terjalin.
77
commit to user
xciii “Lantas mereka berjalan bergandengan menuju lobby. Tamu-tamu dan
karyawan hotel yang berpapasan dengan mereka langsung melirik dan berbisik.” Nayla, hlm 65
…… “Maka ketika Nayla menuntunnya menuju pintu keluar hotel, Juli
menghentikannya. Juli menarik Nayla masuk ke dalam lift yang kebetulan sudah terbuka.” Nayla, hlm 66
f Polsek
Tempat ini adalah tempat dimana Nayla bersama teman-teman ditangkap saat berencana merampok taksi. Usaha mereka gagal karena sopir taksi curiga
dengan sikap mereka dan menghentikan taksinya di polsek. “Dan tiba-tiba saja, taksi berbelok kiri secara mendadak. Berhenti di
depan Polsek Jakarta Barat.” Nayla, hlm 71 …..
“Polisi dan sopir taksi diam saja. Polisi menghalau Luna dari balik pintu dan memeriksa taksi. Di bawah karpet taksi ia menemukan belati.”
Nayla,hlm 72
g Terminal
Kehidupan Nayla setelah melarikan diri dari pusat rehabilitasi menjadi tak menentu bahkan ia sempat tidur di terminal karena tak punya tempat untuk
ditinggalinya. “Betul saja, begitu Nayla berdiri Pak Tua merebahkan tubuhnya di atas
bangku terminal itu.” Nayla, hlm 75 …….
“Tak bisa selamanya ia begini. Ia butuh pekerjaan. Butuh tempat tinggal.” Nayla, hlm 76
2. Latar waktu
Latar waktu menceritakan tentang terjadinya peristiwa-peristiwa yang dialami tokoh-tokohnya. Latar waktu yang diungkapkan pengarang tidak terlalu
mendetail. Pengarang hanya menyebutkan pagi, siang, sore, dan malam hari, serta penggunaan nama hari dalam menjelaskan waktu kejadian. Hal ini dapat dilihat
dalam kutipan berikut: “Subuh dini hari, masing-masing pintu kamar diketuk oleh Pembina
dengan cara yang tak manusiawi.” Nayla, hlm 14 78
commit to user
xciv ….
“Maka pagi itu, Nayla hanya pasrah mengikuti peraturan.” Nayla, hlm 15 …..
“Dan malam itu, Nayla bermaksud menyerahkan tiap inci tubuhnya kepada Juli.” Nayla, hlm 61
…. Hari itu bukan hari minggu. Bukan pula hari sabtu. Dua hari di mana
Nayla dan ibu melakukan rituall keluarga.” Nayla, hlm 93 …..
“Hari itu hari rabu. Tapi Nayla sedang berjalan disebuah pertokoan menemani ibu.” Nayla, hlm 93
3. Latar Sosial
Latar sosial dalam novel
Nayla
adalah masyarakat Jakarta ,
khususnya remaja yang ada di sana.
Dalam novel ini digambarkan kehidupan Nayla yang
masih remaja namun sudah mendapat pengalaman yang pahit ketika maih kanak- kanak
. Masa kanak-kanaknya dilalui dengan berbagai peristiwa tidak
menyenangkan. Fenomena yang diangkat masih mengusung masalah kehidupan masyarakat kota metropolitan, dunia yang akrab dan sangat dikenalnya. Latar
sosial ditunjukkan secara konkret melalui deskripsi bahasa yang dipergunakannya, tempat
nongkrong
, atau makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh tokoh. Penggunaan berbagai atribut kehidupan masyarakat kota modern dalam
novelnya ini - email, internet, sms, diskotek, minuman keras - menandai kelas sosial tokoh-tokoh yang diceritakannya. Kehidupan metropolitan yang ditengarai
dengan adanya mal, butik, kafe malam ataupun tempat gaul yang lain yang memicu munculnya kehidupan hedonis yang tinggi dan pergaulan malam yang
bebas.
E. Sudut Pandang atau Point Of View