commit to user
xxxvi
could only develop outside patriarchal power statement
feminisme radikal menyatakan bahwa perempuan hanya dapat berkembang apabila lepas dari
kekangan budaya
4 Feminisme Marxis
Tujuan utama Feminisme Marxis adalah mendeskripsikan basis material kedudukan perempuan dan hubungan antara model-model produksi dan status
perempuan serta menerapkan teori-teori perempuan dan kelas pada peran keluarga. Feminis Marxis melihat bahwa ketidakadilan yang dialami kaum
perempuan disebabkan adanya relasi kelas pemilik modal dan kelas bukan pemilik modal yang menyebabkan perempuan menjadi bagian dari penindasan. Di
samping itu, feminisme sosialis juga mengemukakan bahwa kondisi perempuan ditentukan oleh struktur produksi, reproduksi, seksualitas, dan sosiologi masa
kanak-kanaknya. Kalau perempuan ingin memperoleh kebebasan, maka statusnya harus diubah. Perempuan harus mengubah sikapnya untuk lebih percaya diri dan
melepaskan pemikiran yang patriarkhi.
4. Tinjauan tentang Pendekatan Struktural
A. Pengertian Pendekatan Struktural
Ali Imron 2006: 20 menyatakan bahwa sesuai dengan teori Abrams, pendekatan struktural disebut juga pendekatan objektif. Teori struktural
memandang karya sastra sebagai sebuah struktur yang otonom, berdiri sendiri, dan terlepas dari unsur yang berada di luar dirinya. Telaah ini terlepas dari unsur
sosial, budaya, pengarang, dan pembacanya. Hal yang berada di luar pengarang seperti biografi pengarang, psikologi, sosiologi, dan sejarah tidak diikutkan dalam
analisis. Peaget dan Hawkes dalam Ali Imron, 2006: 16 menyatakan bahwa
strukturalisme mengandung tiga gagasan pokok, sebagai berikut. a.
Keseluruhan unsur-unsurnya menyesuaikan diri dengan seperangkat kaidah intrinsik yang menentukan, baik keseluruhan struktur maupun bagian-
bagiannya; 22
commit to user
xxxvii b.
Transformasi struktur itu menyanggupi prosedur transformasi yang memungkinkan pembentukan bahan-bahan baru; dan
c. Keteraturan yang mandiri atas struktur itu yang tidak memerlukan hal yang di
luar dirinya. Artinya, struktur itu otonom terhadap sistem rujukan lain. Sementara itu, Aristoteles dalam A. Teeuw, 2003: 100 mengenalkan
strukturalisme dalam konsep: “
wholeness, unity, complexity,
dan
coherence” .
Dia memandang bahwa keseluruhan makna bergantung pada keseluruhan unsur
tersebut
. Wholenes
s berarti keseluruhan;
unity
berarti semua unsur harus ada;
complexity
berarti luasnya ruang lingkup harus memungkinkan perkembangan peristiwa yang masuk akal; dan
coherence
berarti sastrawan bertugas untuk menyebutkan hal-hal yang mungkin atau hal yang harus terjadi sesuai dengan
konsistensi logika cerita. Lebih lanjut A. Teeuw 2003: 112 menyatakan bahwa tujuan analisis
dalam pendekatan struktural adalah memaparkan secermat, seteliti, dan sedalam mungkin keterkaitan dan keterjalinan semua anasir dan aspek karya sastra yang
bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Analisis itu bukan penjumlahan dari unsur, tetapi yang paling penting justru sumbangan yang diberikan oleh
semua gejala pada keseluruhan makna dalam keterkaitan dan keterjalinannya. Pendekatan strukturalisme memberikan peluang untuk telaah karya sastra dengan
lebih rinci, namun di sisi lain justru menyebabkan masalah estetika atau makna sastra terkorbankan. Pengkajian karya sastra dengan pendekatan struktural pada
umumnya hanya sampai pada analisis unsur-unsur pembentuknya. Hubungan antarunsur sebagai kebulatan dalam membentuk makna masih jarang dilakukan.
Padahal unsur-unsur dalam karya sastra tidak dapat berdiri sendiri dalam keseluruhan makna. Oleh sebab itu, untuk sampai pada pengungkapan makna,
penganalisis perlu memahami unsur-unsur yang berada di luar karya sastra. Terlepas dari berbagai kelemahan pendekatan struktural di atas,
pendekatan tersebut ternyata sangat populer. Hal itulah yang menyebabkannya sering digunakan dalam analisis karya sastra, khususnya dalam pembelajaran
sastra di sekolah. Pendekatan itu dipandang lebih mudah untuk dilaksanakan karena memfokuskan analisis pada unsur-unsur dan hubungan antarunsur yang
23
commit to user
xxxviii membangun karya itu sendiri. Adapun aspek yang dikaji dalam pendekatan
struktural adalah unsur-unsur intrinsik karya sastra yang berupa: tema, nada, suasana, alur, latar, penokohan, stilistik, dan hubungan antaraspek yang
membuatnya menjadi karya sastra Ali Imron, 2006: 20-21. Dalam penelitian ini, peneliti hanya akan menguraikan Tema, Tokoh utama, Alur, Latar dan Sudut