Nilai Estetis Analisis Nilai Edukatif dalam Novel

commit to user lxxxii Usia yang masih terlalu muda dan hidup di dunia bebas. Nayla lebih memikirkan hidup yang enak. Dia melakukan apa saja yang ingin dilakukannya. Saat dia mabok-mabokan di diskotek yang dia lakukan hanya menghindari hidup yang tidak enak. Dia mencoba bertahan hidup dengan menghindari kehidupan yang tidak enak atau menjadi beban pikirannya. Nayla mencoba melepaskan penderitaan dengan meminum minuman beralkohol ”Tapi bagi saya, lupa tetaplah nestapa. Bahkan ketika pengaruh alkohol sudah melewati kapasitas otak juga tubuh saya dan mengocok perut hingga seluruh isinya berpindah ke dalam jamban, karpet di bawah sofa, atau lantai dansa, isi kepala saya tetaplah dipenuhi pertanyaan yang sama. Kenapa saya harus terdampar di tempat sunyi ini ketika anak-anak sebaya yang lain sedang tertidur di balik kehangatan selimut dan bermimpi? Kenapa saya harus mencari rasa aman lewat alkohol ketika anak-anak sebaya yang lain sudah merasa nyaman oleh segelas susu dan sekerat roti?” Nayla, hlm 3 Nayla dipengaruhi penguasaan batin dengan membuang hal yang buruk- buruk dengan membayangkan kehidupan yang lebih baik. Dampak dari cara mendidik yang salah mengakibatkan anak menjadi seorang pemberontak, ingin melarikan diri dari rumah, dan bersikap agresif.

c. Nilai Estetis

Keindahan sebuah novel tercermin dengan adanya diksi-diksi yang indah. Membaca karya sastra merupakan suatu kegiatan yang sarat dengan keindahan. Dengan membaca karya sastra, pembaca akan menemukan gaya bahasa yang indah, keberadaan diksi yang indah pula. Suatu karya sastra yang mempunyai nilai keindahan dapat dijadikan media pembelajaran nilai estetika pada peserta didik. Dengan adanya pendidikan tersebut di harapkan manusia akan dapat memahami dan mencintai keindahan. Keindahan dapat berwujud fisik dan nonfisik. Keindahan fisik merupakan keindahan yang dapat dilihat pancaindra, sedangkan keindahan nonfisik merupakan keindahan yang bersifat abstrak, misalnya percintaan. Novel Nayla mempunyai seperangkat nilai-nilai estetis. Estetika tersebut dapat dilihat melalui beragam cara penyampaian, seperti penggunaan majas atau gaya bahasa. Majas yang ditampilkan salah satunya adalah personifikasi. 67 commit to user lxxxiii Personifikasi merupakan majas yang menganggap benda-benda mati memiliki sifat seperti manusia. Berikut kutipannya. ”Setengah bermimpi Nayla berjalan. Bulan purnama bagai anting-anting yang mengantung di kuping awan. Ia berjalan melewati kucing-kucing dan anjing-anjing yang tak bertuan. Mendadak Nayla tak lebih dari binatang- binatang itu. Tak lebih dari sampah yang belum dibersihkan di jalan.” Nayla, hlm 75-76 Kutipan itu merupakan monolog Nayla yang menggambarkan kesedihan. Dari itu, kelihatan sekali bahwa pengarang bermain-main dengan diksi. Dia langsung menggambarkan kesedihan dan juga penderitaan yang di alami oleh Nayla. ”Ia benci dengan jiwa laki-laki yang mengalir di dalam tubuh perempuannya.” Nayla, hlm 102 Kutipan di atas menggambarkan kebencian Juli terhadap laki-laki. Juli yang seorang perempuan tomboy membenci diri sendiri karena di dalam tubuhnya mengalir jiwa laki-laki yang sangat dibencinya. Dia menatap langit tak berbintang itu dengan mata yang berkaca-kaca juga merupakan konkretisasi majas personifikasi yang dituangkan pengarang dalam novel ini. Kutipan tersebut menggambarkan suasana hati Nayla yang sedih gundah karena setiap kali Nayla melihat bintang maka Nayla seperti kembali teringat masa kecilnya dulu. Selain personifikasi, pengarang juga menggunakan majas simile dalam Nayla ini. Siswantoro 2002: 24 menyatakan bahwa dalam simile yang paling pokok adalah adanya perbandingan antara dua objek atau benda yang berbeda jenis, namun memiliki titik kesamaan. Biasanya simile ditandai oleh kata-kata: seperti, serupa, tampak, bagaikan. Berikut ini peneliti sajikan nukilan yang mengandung majas simile. ”Nayla butuh pilihan. Tapi apa yang bisa ia pilih ketika ia sama sekali tak punya pilihan ? hanya untuk semua inikah ia dilahirkan ? Terlahir, terluka, dan disia-siakan ? sampai matikah ia akan seperti ini ?” Nayla, hlm 76 Kutipan di atas merupakan monolog Nayla yang berisi ungkapan perasaan Nayla selama ini yang terpendam. Sejak kecil Nayla tak pernah merasakan 68 commit to user lxxxiv kebahagian seperti apa yang di alami anak usianya. Nayla hanya mendapat kekerasan fisik maupun mental dari sang ibu yang menyebabkan Nayla mengalami trauma dan frustasi. Di samping gaya bahasa atau majas, pengarang juga menampilkan estetika dari hubungan percintaan antara Nayla dan Juli. Cinta selalu identik dengan keindahan. Cermati gambaran percintaan dan romantisme antara Nayla dan Juli berikut ini. ”Perempuan yang mencuri hatinya pada saat pandangan pertama” Nayla, hlm 62 . . . . ”Kami bercinta dalam waktu yang singkat. Maka, dalam waktu sesingkat itu tak ada satu orang pun yang dapat memuaskan saya seperti Juli, tetapi bukan hanya kepuasan kelamin yang saya cari. Saya butuh kepuasan rohani.” Nayla, hlm 101 . . . . ”Terjatuh dalam pelukan Nayla yang baru ddatang. Nayla yang bahagia. Nayla yang berpeluh dan membawa setangkai bunga.” Nayla, hlm 103 . . . . ”Merintih untuk cinta Juli. Begitu saya memintanya kembali.” Nayla, hlm 105 Monolog di atas menggambarkan kisah cinta antara Nayla dan Juli. Juli mengibaratkan percintaannya dengan Nayla selalu dalam posisi yang berganti. Kadang-kadang Nayla yang mendominasi percintaan di antara mereka, kadang- kadang Juli yang kemudian mendominasi hubungan tersebut. Cinta adalah penonjolan sisi positif dan tidak mempersoalkan sisi negatif dari yang dicintainya itulah gambaran keindahan atau estetika cinta.

d. Nilai Sosial