commit to user
xxxi Hal yang ditampilkan adalah tokoh dan cerita di luar realitas kehidupan. Hal ini
menyebabkan munculnya tokoh-tokoh eksistensialistis absurd seperti karya- karya Iwan Simatupang, tokoh-tokoh sufi seperti dalam karya Danarto, tokoh-
tokoh aneh dalam karya Budi Darma.
3. Tinjauan tentang Feminisme
A. Pengertian Feminisme
Definisi feminisme sebenarnya bermacam-macam. Kebermacamannya itu tergantung pada ideologi politik, agama, ras, dan budaya tiap-tiap perempuan.
Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan 1999: 4 menjelaskan bahwa feminisme tidak mengambil dasar konseptual dan teoretisnya dari suatu rumusan teori yang
tunggal. Tidak ada definisi abstrak yang khusus tentang feminisme yang dapat diterapkan bagi semua perempuan pada segenap waktu. Dengan demikian,
definisinya dapat berubah-ubah karena feminisme berdasarkan atas realitas kultural dan kenyataan sejarah yang konkret maupun atas tingkatan-tingkatan
persepsi, kesadaran, dan tindakan. Para ahli secara konsisten mencoba mendefinisikan feminisme. Feminisme
adalah ideologi pembebasan perempuan. Hal itu diyakini karena dalam semua pendekatannya perempuan mengalami ketidakadilan karena jenis kelaminnya
Humm dalam Retty Isnendes dan Rachmat Djoko Pradopo, 2005: 502. Caren J. Deming dalam Mary Elen Brown, 1990 : 40 mengatakan hal senada:
feminism refers to analysis of womans subordination for the purpose of figuring out how to
change it
feminisme mengacu pada analisis tentang subordinasi perempuan dalam usaha dan perjuangan untuk mengubahnya. Samhuri dalam Rasiah dan
Siti Chamamah Soeratno, 2006: 127 menyatakan bahwa feminisme merupakan basis dari teori dari gerakan pembebasan perempuan dan ide feminis memandang
perempuan sampai detik ini selalu dalam posisi ditindas, subordinat secara tersistem, dan terpenjara oleh ideologi.
Samhuri dalam Rasiah dan Siti Chamamah Soeratno, 2006: 127 menyatakan bahwa feminisme dikatakan sebagai sebuah ide yang di antaranya
berupaya melakukan pembongkaran terhadap ideologi penindasan atas nama
17
commit to user
xxxii gender dan pencarian akar ketertindasan perempuan dalam upaya penciptaan
pembebasan perempuan sejati. Mansour Fakih dalam Rasiah dan Siti Chamamah Soeratno, 2006: 127 menengarai bahwa feminisme adalah gerakan yang
berangkat dari kesadaran asumsi bahwa kaum perempuan pada dasarnya tertindas, tereksploitasi, dan mengalami diskriminasi sehingga harus ada usaha untuk
menghentikan diskriminasi tersebut. Feminisme menentang keras sistem kelas yang ada dalam masyarakat
dengan menuntut tempat atau kedudukan yang sama bagi ide-ide atau pemikiran- pemikiran perempuan, sebagaimana yang dikemukakan oleh Louise Morley dan
Val Walsh 1995: 118: “
feminisms have challenged the class system of the intellect by exposing the gendered basis of knowledge and by providing
intellectual space for womens ideas”
feminisme menentang sistem kelas intelek dengan mengekspos basis gender dan dengan menyediakan ruang bagi ide-ide
maupun pemikiran kaum perempuan. Kaum feminis menentang perbedaan kedudukan yang mendasarkan pada gender dan anggapan bahwa perempuan
memunyai tingkat intelektualitas yang rendah daripada laki-laki. Pandangan tersebut dilatarbelakangi pemikiran bahwa sebenarnya meraka juga memunyai
sumbangan pemikiran yang positif bagi pembangunan. Oleh karena itu, penampungan ide-ide perempuan sangat diperlukan agar akses mereka terhadap
pembangunan semakin terbuka. Hal yang menarik dari feminisme adalah bahwa ia ternyata dapat
membebaskan kaum laki-laki dari keterbatasan peran publik yang dijalaninya selama ini. Setidaknya hal itulah yang dinyatakan oleh Kamla Bhasin dan Nighat
Said Khan 1999: 58 bahwa feminisme akan membebaskan kaum laki-laki dari keterbatasan peran di sektor publik. Dalam arti dengan hadirnya feminisme, laki-
laki pun akan dapat berperan di sektor domestik. Di sisi lain, meskipun banyak pihak yang belum bisa menerima kehadiran
ideologi ini, sebenarnya itu bukanlah kemutlakan yang harus diterima sebagai satu-satunya kebenaran. Feminisme justru akan memperkaya ilmu pengetahuan,
khususnya ilmu-ilmu humaniora. Louise Morley 1995: 120 membenarkan hal itu:
political movement such as feminism could contribute to growth of scientific
18
commit to user
xxxiii
knowledge
pergerakan politik seperti feminisme dapat berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Lebih lanjut dikatakan Kamla Bhasin dan Nighat Said Khan 1999: 42 bahwa feminisme tidak menentang perempuan memunyai anak dan berkeluarga.
Feminisme tidak menganggap keibuan sebagai satu-satunya kodrat setiap perempuan. Feminisme juga tidak menyamaratakan definisi keperempuanan
identik dengan ibu rumah tangga. Intinya adalah bahwa setiap perempuan harus dapat memilih hal yang diinginkannya. Perempuan bebas memilih sebagaimana
halnya dengan laki-laki. Dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan, feminisme merupakan suatu
pemikiran dan gerakan yang berangkat dari kesadaran perempuan untuk memperjuangkan kaumnya dari belenggu gender yang bersumber dari budaya
patriarkhi untuk mendapatkan persamaan hak dalam segala bidang. Dalam hal ini peneliti menyetujui bahwa feminisme lebih cenderung kepada gerakan
pembebasan kaum perempuan. Bebas secara pemikiran, kreativitas, dan peran dalam pembangunan masyarakat. Feminisme tidak menuntut perlakuan yang
istimewa terhadap perempuan. Dia hanya menuntut kcsetaraan maupun kesempatan yang sama laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang demi
kemajuan bersama.
B. Aliran Feminisme