terbiasa merokok dimana saja di tempat-tempat yang mereka suka tanpa mempedulikan kawasan yang ada.
Selain itu, dukungan untuk Perda KTR ini jika dilihat dari beberapa sudut pandang bahwa: pertama, pedagang-pedagang rokok belum mendukung adanya Perda
KTR ini karena belum memahami esensi dari Perda ini sendiri. Kedua, anggota DPRD mendukung adanya Perda KTR ini, namun mendukungnya masih secara
normatif saja, karena pada kenyataannya mereka masih merokok di tempat yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok seperti di ruang rapat. Ketiga, ormas atau
LSM sudah mendukung adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan perlindungan anak serta ormas-ormas keagamaan.
V. 2 Analisis Hubungan Variabel
Setelah menganalisis setiap variabel implementasi kebijakan yang digunakan, perlu juga dilakukan analisis hubungan setiap variabel. Hal ini perlu untuk melihat
hubungan antara variabel yang satu dengan yang lain, karena kegagalan atau keberhasilan suatu variabel bisa dipengaruhi oleh variabel lain. Dengan melihat
analisis setiap variabel yang telah disebutkan diatas, maka peneliti melihat adanya hubungan antara beberapa variabel.
Dengan melihat fakta di lapangan, bahwa masalah proses implementasi kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan
Tanpa Rokok disebabkan oleh kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa kurangnya sosialisasi disebabkan oleh kurangnya anggaran dan fasilitas yang disediakan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini. Dimana
sosialisasi merupakan salah satu indikator dalam variabel komunikasi, sedangkan anggaran dan fasilitas merupakan indikator dari sumber daya yang memiliki
hubungan yang erat diantara keduanya. Selain alasan kurangnya anggaran dan fasilitas, peneliti juga melihat bahwa
kurangnya sosialisasi juga disebabkan oleh kurangnya komitmen dari Dinas Kesehatan kota Medan untuk menerapkan Perda KTR ini. Karena jika melihat
program kerja yang ada, program kerja dari Dinas Kesehatan untuk Perda KTR ini masih belum dioptimalkan karena masih di dukung oleh LSM Pusaka Indonesia.
Serta yang mempunyai program kerja yang lebih banyak itu LSM Pusaka Indonesia dibandingkan Dinas Kesehatan kota Medan yang mempunyai tanggung jawab untuk
mengimplementasikan Perda KTR ini. Namun, hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya anggaran yang ada untuk mendukung para pelaksana kebijakan untuk
melaksanakan Perda KTR ini. Sehingga dengan kurangnya anggaran akan mempengaruhi motivasi pelaksana kebijakan dalam melaksanakan tugasnya. Dimana
komitmen merupakan salah satu indikator dari disposisi. Peneliti juga melihat bahwa sosialisasi tidak terlaksana karena Dinas
Kesehatan Kota Medan belum melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur kerja yang ada sehingga proses implementasi belum berjalan sesuai yang diharapkan. Hal
ini dipengaruhi oleh komitmen kerja yang masih kurang dari Dinas Kesehatan Kota Medan. Selain itu, struktur organisasi untuk melaksanakan kebijakan ini, dalam hal
Universitas Sumatera Utara
ini Tim Pemantau KTR yang terdiri dari SKPD terkait belum di jalankan dan baru akan berjalan di 2016 karena SK Tim Pemantau sendiri baru disahkan oleh walikota.
Sehingga Perda KTR ini belum bisa dilaksanakan secara maksimal. Dimana prosedur kerja dan struktur organisasi merupakan indikator dari struktur birokrasi.
Selain itu peneliti juga melihat bahwa masyarakat sebagai penerima kebijakan yang dibuat, belum mendukung Perda KTR ini dengan tindakan nyata. Karena
masyarakat sudah terbiasa untuk merokok dan dengan jumlah yang cukup banyak juga per harinya. Sehingga tanpa sadar masyarakat masih terbiasa merokok dimana
saja di tempat-tempat yang mereka suka tanpa mempedulikan kawasan yang ada. Hal ini juga sejalan dengan pedagang rokok yang belum mendukung adanya Perda KTR
ini. Selain itu, anggota DPRD sebagai pembuat kebijakan juga masih mendukung secara normatif saja dan belum mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Namun,
ormas atau LSM sudah mendukung adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan perlindungan anak serta ormas-ormas
keagamaan. Dimana dukungan atau tidak mendukungnya masyarakat, pedagang, anggota DPRD dan ormas atau LSM merupakan indikator dari kondisi sosial,
ekonomi dan politik yang sangat mempengaruhi juga dalam keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan.
Jadi dari pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa variabel komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi dalam pelaksanaan kebijakan sangat
berpengaruh besar terhadap keberhasilan proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Serta semua variabel
Universitas Sumatera Utara
ini sangat berhubungan satu sama lain. Sehingga jika suatu variabel tidak terpenuhi dengan baik, maka dapat dipastikan kebijakan akan gagal dilaksanakan. Namun
selain karena faktor internal birokrasi, keberhasilan atau kegagalan suatu kebijakan tidak lepas pula dari faktor non-birokrasi seperti kondisi sosial, ekonomi dan politik.
Karena lingkungan ini sangat berpengaruh terhadap jalan atau tidaknya suatu kebijakan.
Untuk memperjelas pemahaman, peneliti membuatnya dalam sebuah bagan seperti berikut:
Komunikasi
Sumberdaya Implementasi
Disposisi
Struktur Birokrasi
NON-BIROKRASI Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik
Bagan V. 1: Variabel-variabel yang Mempengaruhi Proses Implementasi Perda KTR
BIROKRASI
Universitas Sumatera Utara
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini peneliti akan menyampaikan kesimpulan penelitian serta rekomendasi atau saran-saran atas proses implementasi Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok, sehingga saran-saran tersebut dapat digunakan menjadi solusi atas tindakan-tindakan implementasi di masa
yang akan datang.
VI. 1 Kesimpulan