1. 2. 2 Identitas Informan Utama berdasarkan Wawancara 1. 3 Identitas Informan Tambahan 2. 1 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan Kunci

Suku Mandailing 4 orang atau sekitar 6,66, serta diikuti oleh suku Batak Karo dan Minangkabau yang masing-masing 2 orang atau sekitar 3,33.

IV. 1. 2. 2 Identitas Informan Utama berdasarkan Wawancara

Berikut adalah identitas informan utama dalam penelitian melalui hasil wawancara dengan masyarakat yang merupakan perokok aktif, yakni: 1. Bapak M. Jati, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan Mangan Satu, Lingkungan VIII, Kelurahan Mabar, Kecamatan Medan Deli. Beliau bekerja sebagai seorang wiraswasta dan merupakan suku Minangkabau. 2. Bapak Parlindungan Lubis, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan Kawah Satu, Lingkungan VII, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli. Beliau bekerja sebagai seorang wiraswasta dan merupakan suku Mandailing. 3. Bapak Supriadi, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan Aluminium Raya, Lingkungan II, Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli. Beliau bekerja sebagai seorang tukang becak dan merupakan suku Jawa. 4. Bapak Septian Dwi Cahyo, yang merupakan masyarakat yang tinggal di Jalan Pasar III, Lingkungan XI, Kelurahan Mabar Hilir, Kecamatan Medan Deli. Beliau bekerja sebagai seorang buruh dan merupakan suku Jawa. Universitas Sumatera Utara

IV. 1. 3 Identitas Informan Tambahan

Informan Tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi tambahan terkait dengan apa yang sedang di teliti. Berikut adalah identitas informan tambahan dalam penelitian ini yakni: 1. Abangda OK. Syahputra Harianda, Manager Divisi Perlindungan Kesehatan LSM Pusaka Indonesia. 2. Bapak Irfan Asardi Siregar, S.Sos, Sekretaris Camat Medan Deli. IV. 2 Penyajian Data tentang Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok

IV. 2. 1 Deskripsi Hasil Wawancara dengan Informan Kunci

Penelitian dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Medan selama ± 3 bulan. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan penelitian, ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti, yang pertama penelitian diawali dengan pengumpulan berbagai dokumen tertulis, profil Dinas Kesehatan Kota Medan dan data lain yang berkaitan dengan Dinas Kesehatan Kota Medan. Kedua, peneliti melakukan wawancara kepada informan kunci sebanyak dua orang yaitu dengan Kepala Bidang PKM Pengendalian Masalah Kesehatan Kota Medan, dan pegawai yang menangani tentang penerapan Peraturan Daerah Kota Medan tentang Universitas Sumatera Utara Kawasan Tanpa Rokok. Ketiga, peneliti melakukan dokumentasi foto, melihat kondisi dan keadaan Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan tersebut. Tipe wawancara yang dipilih peneliti yaitu wawancara terstruktur dimana sebelum memulai wawancara terlebih dahulu peneliti menyusun daftar pertanyaan yang hendak diajukan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun jelas berhubungan dengan proses Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Namun di dalam prosesnya sendiri peneliti tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan. Adapun variabel yang digunakan untuk menganalisis proses implementasi kebijakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun sebaliknya, antar bagian dalam organisasi maupun kepada eksternal organisasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran target group sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Menurut informan, proses sosialisasi antar bagian dalam organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Universitas Sumatera Utara Tanpa Rokok di Kota Medan sudah dilakukan dengan baik. Berikut dengan keluarnya Perda Nomor 3 Tahun 2014 maka atas arahan dari Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Bidang PMK Pengendalian Masalah Kesehatan dan pegawai yang menangani tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok sudah melakukan sosialisasi, penyuluhan di masing-masing bidang baik itu dalam rapat para kabid, rapat para kepala seksi, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Melalui kepala bidang masing-masing juga memberitahukan lagi ke anggotanya masing-masing untuk menyikapi Perda Nomor 3 ini. Artinya, sebenarnya Dinas Kesehatan dari satu sisi bukan pelayanan, tetapi karena Dinas Kesehatan yang menginisiasi Perda KTR ini ada baiknya Dinas Kesehatan yang memberi contoh. Hal itu sudah terlaksana dan sudah terimplementasi. Jadi tidak ada lagi merokok khususnya staf dan pegawai di Dinas Kesehatan yang di area Kawasan Tanpa Rokok. Kalaupun staf dan pegawai ingin merokok harus di bawah pohon dan bukan di Kawasan Tanpa Rokok. Untuk sosialisasi kepada Dinas lain dan kecamatan di kota Medan, Dinas Kesehatan juga sudah melakukan ini baik melalui Surat Edaran yang dibuat oleh Sekda untuk penegakan Perda KTR ini dan melalui Ibu Kepala Dinas, ketika ada rapat-rapat koordinasi yang tentunya menyampaikan ini ke Kepala Dinas lain, SKPD lain bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda Nomor 3 tentang KTR ini. Dinas kesehatan juga pernah beberapa kali membuat pertemuan khusus dengan SKPD. SKPD pun diharapkan akan menurunkan informasinya ke bawah, ke anggotanya Universitas Sumatera Utara masing-masing. Dinas Kesehatan juga bekerja sama dengan PT.KA, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan provinsi, dengan Kemenkes. Dinas Kesehatan juga sudah membentuk FGD Focus Group Discussion sesudah maupun sebelum keluarnya Perda ini baik dia per SKPD, per kantor maupun per kawasan. Mereka mengundang tokoh agama, sekolah-sekolah, angkutan-angkutan umum, pemilik-pemilik hotel atau mall dan perwakilan dari ke tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Dimana proses sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok ini dilakukan bersamaan dengan semua perwakilan ke tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Karena jika bicaranya per fokus-fokus seperti kesehatan, agama, sekolah, angkutan umum dan sarana fasilitas yang lain akan butuh waktu. Selain itu jika mereka dikumpulkan bersamaan, mereka bisa saling control satu sama lain dan diharapkan setiap perwakilan dari kawasan tersebut akan menerapkan Perda KTR ini di kawasannya masing-masing. Selain melalui unit organisasi yang sudah terstruktur dan kepada SKPD lain, komunikasi terhadap target group atau kelompok sasaran juga sangat penting dilakukan. Dinas Kesehatan juga selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat dengan berkoordinasi dengan kecamatan. Dimana salah satu kegiatan dari implementasi Perda KTR ini didukung oleh anggaran yang ada di APBD. Di APBD 2015 ada satu mata anggaran yang namanya sosialisasi Perda HIV dan KTR. Dimana Dinas Kesehatan mengundang 100 orang per kecamatan yang dikumpulkan oleh Puskesmas dan Camat setempat yang terdiri dari beberapa orang perwakilan dari tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Selain itu, Puskesmas juga selalu memberikan Universitas Sumatera Utara sosialisasi tentang Kawasan Tanpa Rokok ini kepada masyarakat setiap kali Puskesmas melakukan kegiatan lokakarya mini. Jadi merekalah sebagai perwakilan Dinas Kesehatan untuk menyebarkan lagi ke masyarakat di wilayah kerja masing- masing baik itu ke sekolah, ke kantor lurah, kantor camat, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, tempat-tempat umum dan seluruh tempat yang merupakan Kawasan Tanpa Rokok. Informan menambahkan bahwa sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat kota Medan tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok dilakukan secara berkesinambungan. Dinas Kesehatan mempunyai program penyuluhan atau promosi kesehatan. Dimana penyuluhan atau promosi kesehatan ini tidak hanya berfokus untuk sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok saja tetapi bersamaan dengan program lainnya. Selain itu, tidak ada jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena masih banyak program lain yang harus disampaikan dan semua program tersebut dibuat secara terpadu. Tetapi yang namanya jadwal mini lokakarya Puskesmas dengan kecamatan itu per 3 bulan sekali. Kegiatan tersebut sudah rutin dilakukan, jadi mereka ada 4 kali setahun pertemuan di kecamatan untuk menyampaikan program-program. Adapun bentuk-bentuk sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan kepada masyarakat seperti memberikan penyuluhan, membuat stiker-stiker, brosur, membuat spanduk walaupun masih bertahap dalam setiap tahunnya. membuat billboard papan reklame besar di jalan, memasang rolling banner elektrik di tempat-tempat strategis. Bahkan ada radio spot, dimana pada tahun 2014 lalu Dinas Universitas Sumatera Utara Kesehatan pernah membuat siaran melalui radio, talkshow, serta kegiatan talkshow di televisi seperti di TVRI dan DAI TV. Beberapa waktu lalu pernah juga datang bupati dari Ponorogo untuk memberikan motivasi kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Selain itu juga pernah datang Kepala Dinas Kesehatan Bogor yang sudah berhasil dalam menjalankan Perda KTR tersebut untuk memberikan contoh bagaimana penegakan yang sebagusnya.

B. Sumber Daya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya yang dibutuhkan dalam proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tentang Kawasan Tanpa Rokok terdiri dari sumber daya manusia, finansial dan fasilitas.

a. Sumber Daya Manusia

Berdasarkan keterangan informan, sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah cukup mampu untuk melaksanakan kebijakan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada. Namun, hal yang harus diketahui bahwa dalam mengimplementasikan Perda Kawasan Tanpa Rokok tersebut tidak dilaksanakan sendiri oleh Dinas Kesehatan. Dalam Perda KTR tersebut dikatakan bahwa dalam implementasinya dilaksanakan oleh SKPD terkait dengan ke tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut dan Dinas Kesehatan sebagai koordinatornya. Universitas Sumatera Utara Maka ketika ingin melihat implementasi Perda KTR ini, dibentuk dulu SK Tim Pemantau KTR tersebut. Dimana SK Tim Pemantau ini tidak di internal Dinas Kesehatan, namun berada di tingkat pemerintah kota. Artinya di SK kan oleh Walikota Medan. Jadi Dinas Kesehatan hanya sebatas mengingatkan kepada SKPD bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok, agar merokok di tempatnya dan tidak merokok di area pelayanan. Namun, sampai saat ini SK tersebut masih dalam tahap penyempurnaan dan pengesahan di Pemko Medan dan belum sampai kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. 53

b. Sumber Daya Finansial

Tetapi dalam tingkat internal, Dinas Kesehatan juga selalu mengingatkan tentang Perda KTR tersebut baik di apel pagi, dipertemuan rutin, serta di kesempatan-kesempatan lain. Informan menyatakan bahwa dana yang digunakan dalam proses Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tentang Kawasan Tanpa Rokok berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kota Medan, tepatnya sudah tercantum di dalam APBD. Baik itu pada APBD tahun 2015 yakni ketika Perda ini masih dalam tahap sosialisasi dan pada tahun 2016 ini juga sedang dianggarkan untuk tahap implementasinya. Namun selain dana APBD, dalam proses implementasi Perda KTR ini juga dibantu dana DBHCHT Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dari pusat yang digunakan untuk sebagian sosialisasi. 53 Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Medan, Pada tanggal 26 Januari 2016. Universitas Sumatera Utara Namun karena Perda ini baru keluar dalam dua tahun ini. Jadi dana yang keluar untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini juga masih bertahap. Selain APBD dan dana DBHCHT, dalam penegakan Perda ini nantinya juga akan dibantu oleh dana dari pajak rokok karena memang prioritas dana yang dikeluarkan oleh pemerintah dari dana DBHCHT dan pajak rokok ini untuk kabupatenkota yang mempunyai Perda KTR. Dana untuk sosialisasi Perda tentang Pencegahan dan Penanggulangan HIVAIDS dan Kawasan Tanpa Rokok itu digabungkan. Dimana dana sosialisasinya di tahun 2015 lalu sekitar Rp.281.400.000. Di tahun 2016, Dinas Kesehatan Kota Medan juga sudah usulkan dana untuk implementasi Perda KTR ini yakni sekitar Rp.475.650.000. Dimana dana itu nantinya akan digunakan untuk pembuatan media promosi, baliho, poster, perjalanan dinas, dana untuk menggerakkan Tim Pemantau dan kebutuhan-kebutuhan lain untuk penerapan Perda KTR tersebut.

c. Fasilitas

Menurut keterangan informan, untuk saat ini sarana dan prasarana itu belum memadai dan masih hanya sebatas alat bantu alat tulis saja seperti stiker, brosur, spanduk, billboard dan rolling banner elektrik serta pendistribusian buku Perda dan Perwal tentang Kawasan Tanpa Rokok. Jika daerah lain seperti Bogor yang sudah mempunyai mobil seperti tempat sidang itu, Kota Medan belum mampu menyiapkan hal tersebut. Sampai saat ini hal tersebut masih sebatas pemikiran dan wacana saja. Untuk Tim Pemantau Kawasan Tanpa Rokok juga baru tahun ini 2016 akan mereka anggarkan. Serta sosialisasi juga masih harus ditingkatkan terlebih dahulu. Universitas Sumatera Utara Pegawai yang menangani tentang Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota Medan menambahkan bahwa, sekarang di Puskesmas mereka juga sudah menyediakan klinik UBM Upaya Berhenti Merokok, membuat blangko dan pelaporannya, melakukan pelatihan kepada pihak Puskesmas bagaimana menganalisanya, bagaimana melakukan totok anti rokok dan konseling untuk masyarakat yang ingin berhenti merokok.

C. Disposisi

Disposisi implementor adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti pemahaman, komitmen, persepsi, respon dan tindakan yang akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Pemahaman serta dukungan terhadap kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini sangat ditunjukan oleh para pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan. Menurut informan kunci, respon atau sikap implementor terhadap hadirnya kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok adalah baik dan sangat mendukung. Informan sangat mengapresiasi sekali dan sangat senang dengan keluarnya Perda Kawasan Tanpa Rokok ini. Karena memang setiap warga Negara mempunyai hak asasi untuk hidup dengan kualitas udara yang baik dan mendapatkan udara yang bersih dan sehat. Universitas Sumatera Utara Informan menambahkan bahwa Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok ini baik. Karena Perda ini tidak melarang orang untuk merokok, tetapi kita menjaga orang yang tidak merokok itu agar tidak menghirup udara yang tidak sehat dan kesehatannya tetap terjaga. Perda ini hanya mengatur secara sosial dimana orang boleh merokok dan dimana yang tidak boleh merokok. Adapun tindakan-tindakan yang informan lakukan untuk mendukung implementasi Perda KTR ini adalah sebagai Kepala Bidang melakukan sosialisasi kepada bidang lain dan pegawai di internal bidangnya sendiri dan melakukan peneguran-peneguran kepada pegawainya, melakukan pengusulan anggaran, kemudian menjalin kerja sama dengan yayasan yang bisa membantu dalam penerapan Perda ini, yakni dengan LSM Pusaka Indonesia. Serta kerja sama dengan Pemko Medan untuk mengapresiasi tempat-tempat kawasan yang sudah memberlakukan KTR.

D. Struktur Birokrasi

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal penting, pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelaksana sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standar operating procedures atau SOP yang dicantumkan dalam guideline programkebijakan. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Universitas Sumatera Utara Menurut informan dari hasil lapangan di Dinas Kesehatan Kota Medan, struktur birokrasi untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini tidak hanya dari Dinas Kesehatan semata, tetapi ada juga dari SKPD yang ada di Kota Medan. Hal itu disebut sebagai Tim Pemantau KTR. Namun, berdasarkan keterangan informan SK Tim Pemantau tersebut baru diterima dari Pemko. Sehingga penganggaran dana untuk Tim Pemantau juga baru akan dimulai tahun 2016 ini. 54 54 Hasil Wawancara dengan Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kota Medan, Pada tanggal 5 Maret 2016. Tetapi untuk internal Dinas Kesehatan sendiri, Perda KTR ini sudah diterapkan. Sesudah Perda ini keluar maka berdasarkan arahan Ibu Kepala Dinas agar masing-masing Kepala Bidang itu melakukan pembinaan internal. Tidak terlepas dari bidang PMK Pengendalian Masalah Kesehatan juga karena bidang PMK yang telah menginisiasi Perda KTR tersebut. Standar Operasional Prosedur SOP dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok tersebut sebenarnya di mulai dari pada menginisiasi Perda ini sendiri. Dimulai dengan persuasif ke pengambil-pengambil keputusan, ke dewan. Kemudian setelah Perda dan Perwal KTR ini disahkan maka untuk 1 satu tahun pertama implementasi Perda dan Perwal KTR di Kota Medan, sasaran utamanya adalah tersosialisasikannya Perda KTR yang bersifat preventif. SOP nya sudah bagus, dan itu merupakan landasan dasar Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok ini. Universitas Sumatera Utara

IV. 2. 2 Deskripsi dengan Informan Utama