D. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1983
Menurut Mazmanian dan Sabatier 1983, ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: a karakteristik dari masalah
tractability of the problems, 2 karakteristik kebijakanundang-undang ability of statute to structure implementation dan 3 variabel lingkungan nonstatutory
variables affecting implementation.
28
Pengertian Perda kabupaten kota adalah Peraturan Perundang - undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten atau Kota dengan
persetujuan bersama Bupati atau Walikota.
I. 5. 3 Peraturan Daerah I. 5. 3. 1 Pengertian Peraturan Daerah
29
Peraturan Daerah Kabupaten Kota, yang berlaku di kabupaten kota tersebut. dibentuk oleh DPRD Kabupaten Kota dengan persetujuan bersama Bupati
Walikota. Peraturan Daerah Kabupaten Kota tidak subkordinat terhadap Peraturan Daerah Provinsi. Materi muatan Peraturan Daerah Kabupaten Kota berisi materi
muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta
28
AG. Subarsono, ibid., hal. 94
29
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang – Undangan Pasal 1 angka 8
Universitas Sumatera Utara
menampung kondisi khusus daerah danatau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang - undangan yang lebih tinggi.
30
A. Implementasi Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di Terminal
Joyoboyo Surabaya Jurnal oleh Iswanti iswanti.shantyyahoo.com 2013
I. 5. 4 Hasil-hasil Riset tentang Implementasi Kawasan Tanpa Rokok
Selain kerangka teori, kita juga dapat melihat hasil-hasil riset yang menunjukkan implementasi tentang Kawasan Tanpa Rokok di beberapa daerah
berikut ini:
Berdasarkan hasil observasi, wawancara maupun dokumentasi yang sudah dilaksanakan terdapat kesesuaian dengan pelaksanaan Perda No.52008 di terminal
Joyoboyo Kota Surabaya bahwa dapat dilihat sudah adanya tanda petunjuk peringatan larangan merokok dan ruangan khusus merokok meskipun kenyataanya
adanya tanda petunjuk peringatan larangan merokok dan ruangan khusus merokok tersebut masih minim. Hal tersebut terjadi karena adanya beberapa kendala dalam
pelaksanaannya.
Kendala-kendala terhadap pemberlakuan Perda No.52008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di terminal Joyoboyo Kota Surabaya
apabila dikaji dengan menggunakan pendapat Soerjono Soekanto. Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum antara lain yaitu: pertama, hukum atau aturan
dalam Perda No.52008 ini sudah benar, sanksinya pun sudah jelas. Namun, sanksi bagi pelanggar Perda No.52008 selama ini belum terlaksana dengan baik. Hal itu
dapat kita lihat banyaknya pelanggar dari Perda No.52008 namun tidak diberikan sanksi sesuai dalam Perda No.52008.
Kedua, penegak hukum yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok adalah Pegawai Negeri Sipil
Daerah PNS Daerah yang ditunjuk oleh Kepala Daerah. Pengawasan terhadap penerapan Perda No.52008 tentang pada Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan
30
http:tehangatsekali.blogspot.com201111tata-perundangan-menurut-uu-no12-tahun.html, diakses 25 Oktober 2014
Universitas Sumatera Utara
Terbatas Merokok di terminal Joyoboyo Kota Surabaya tidak dilakukan sebagaimana mestinya yang tercantum dalam Perda No.52008.
Ketiga, sarana atau fasilitas yang ada di terminal Joyoboyo Kota Surabaya ini sebenarnya sudah ada tetapi masih minim dan kurang terawat. Hal yang
mengejutkan sarana ruangan khusus merokok yang ada di terminal Joyoboyo Kota Surabaya beralih fungsi sebagai tempat parkir sepeda motor dan tempat istirahat atau
tempat tidur.
Keempat kesadaran hukum masyarakat, sarana atau fasilitas di terminal Joyoboyo Kota Surabaya sudah ada serta pihak UPTD terminal Joyoboyo Kota
Surabaya telah berupaya memperingatkan perokok yang sembarangan merokok di area terminal Joyoboyo Kota Surabaya melalui media, siaran-siaran atau warning-
warning. Namun, kesadaran hukum masyarakat di terminal Joyoboyo Kota Surabaya masih rendah.
Kelima, budaya hukum legal cultur banyaknya perokok yang ada di terminal Joyoboyo Kota Surabaya dan tidak adanya sanksi tegas bagi pelanggar Perda
No.52008 hal ini membuat para perokok secara bebas merokok di area terminal Joyoboyo Kota Surabaya. Pemahaman terhadap Perda No.52008 ini dibutuhkan oleh
masyarakat yang ada di terminal Joyoboyo Kota Surabaya agar mematuhi Perda No.52008.
Maka dari penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa implementasi peraturan daerah kota Surabaya nomor 5 tahun 2008 tentang Kawasan
Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok di Terminal Joyoboyo Surabaya yang
dikeluarkan Pemerintah Kota Surabaya belum berjalan efektif. Hal itu bisa kita lihat mengenai banyaknya perokok yang sembarangan merokok di area terminal Joyoboyo
Kota Surabaya. Kendala-kendala dalam memberlakukan Perda No.52008 di terminal Joyoboyo Kota Surabaya yaitu: a Sarana dan fasilitas terhadap pemberlakukan
Perda No.52008 di terminal Joyoboyo Kota Surabaya masih minim. b Tidak ada pengawasan dan peringatan masih kurang. c Kesadaran masyarakat atau pengguna
jasa terminal Joyoboyo Kota Surabaya masih rendah. e Para penegak hukum tidak pernah memberikan sanksi pelanggar Perda No.52008 di terminal Joyoboyo Kota
Surabaya.
Universitas Sumatera Utara
B. Pelaksanaan Pasal 7 Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Dan Kawasan Terbatas Merokok Studi Di
Dinas Kesehatan Kota Surabaya Skripsi oleh Agil Prianggara, Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya 2013
1. Substansi Hukum Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang
Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya adalah dengan cara memberikan Pembinaan dan Pengawasan yang telah
diatur dalam pasal 7. Pembinaan dan Pengawasan kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya meliputi 3 tahap, yaitu:
a. Bimbingan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dalam melakukan bimbingan dengan
menyampaikan implementasi peraturan daerah yang telah dibuat oleh pemerintah secara langsung kepada sarana-sarana kesehatan dan memberikan teguran tertulis dan
sanksi administrasi jika tidak melaksanakan peraturan yang telah dibuat. Dengan mengadakan pertemuan dengan pimpinan sarana kesehatan dan turun langsung
ketempat sarana-sarana kesehatan dengan memberikan stiker larangan merokok, hal ini terbukti dengan dilaksanakannya oleh sarana-sarana kesehatan dengan melakukan
pemasangan stiker larangan merokok di area sarana kesehatan. b. Penyuluhan
Pada tahap penyuluhan Dinas Kesehatan melakukan pertemuan yang dilakukan bersama pimpinan sarana kesehatan dengan memberikan penyuluhan
masalah kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Dan memberikan arahan tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Dinas Kesehatan Kota Surabaya
memberikan tanggung jawab kepada setiap pimpinan sarana kesehatan untuk menjalankan peraturan mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas
merokok. Hal ini terbukti dengan belum terlaksana sepenuhnya mengenai penyuluhan yang dilakukan Kepala Kantor atau pimpinan sarana kesehatan kepada setiap
bawahannya. c. Pemantauan
Dalam tahap ini Dinas Kesehatan turun langsung ke sarana kesehatan dengan melakukan pengawasan sacara langsung terhadap pihak atau indivudu yang
melakukan pelanggaran mengenai kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok. Dinas Kesehatan memberikan teguran tertulis kepada pihak atau yang
melakukan pelanggaran.
2. Struktur Hukum Dinas Kesehatan Kota Surabaya turun langsung ke sarana-sarana kesehatan
dengan memberikan arahan mengenai Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Tebatas Merokok.
Pelaksanaan tersebut Dinas Kesehatan bergabung dengan IAKMI Ikatan Ahli
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan Masyarakat Indonesia, LPA Jatim Lembaga Perlindungan Anak, dan Stiekes Yarsi Kota Surabaya. dalam memberikan arahan kepada setiap sarana-sarana
kesehatan, Dinas Kesehatan masih mengalami berbagai kendala. Peraturan tersebut kurang berjalan dengan baik, karena masih ada sarana-sarana kesehatan yang belum
menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Surbaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok.
Berkurangnya Tim Pemantau yang dibentuk oleh Kepala Daerah dari SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menjalankan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor
5 tahun 2008.
3. Budaya Hukum Sarana–sarana kesehatan di Kota Surabaya masih belum sepenuhnya
menerapkan dan mensosialisasikan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok yang
diberikan oleh Dinas kesehatan kota Surabaya. Seperti penerapan pemasangan tanda larangan merokok yang seharusnya dipasang di pintu masuk setiap sarana kesehatan
sebagai pentujuk bahwa area tersebut tidak diperbolehkannya ada kegiatan merokok. Dan belum sepenuhnya sarana-sarana kesehatan memahami isi dari Peraturan Daerah
Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok.
Maka dari penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa bimbingan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surabaya terhadap sarana – sarana
kesehatan sudah berjalan dengan baik dalam pelaksanaanya sesuai dengan Perda Kota Surabaya tersebut. Penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya
masih belum sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok karena masih
terdapat hambatan – hambatan eksternal dalam pelaksanaannya.
C. Kawasan Tanpa Rokok sebagai Alternatif Pengendalian Tembakau Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan Kampus Bebas Rokok terhadap Perilaku
dan Status Merokok di Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Jurnal oleh Yayi Suryo Prabandari, Nawi Ng, Retna Siwi Padmawati Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat, FK UGM, Yogyakarta 2009
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan kawasan tanpa rokok di FK UGM dapat memberikan dampak yang positif berupa turunnya proporsi
mahasiswa yang merokok, meskipun penurunan tersebut kemungkinan tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
merupakan dampak langsung dari penerapan kampus bebas rokok tetapi gabungan antara penerapan kampus bebas rokok dan pemberlakuan larangan merokok bagi
mahasiswa sebagai bagian dari perilaku profesional.
Tabel I. 3 Status Merokok Mahasiswa FK UGM Tahun 2003 dan 2007
Laki-laki Perempuan
2003 n=311 2007 n=189 2003 n=423
2007 n=274
Tidak merokok 50,20
69,30 90,10
92,30 Perokok
eksperimen 36
21,20 9,20
7,30 Mantan perokok 2,90
1,10 Perokok
10,90 8,50
0,70 0,40
Tabel I. 4 Perilaku Merokok Mahasiswa FK UGM Semenjak Diberlakukan
Kampus Bebas Rokok
Laki-laki Perempuan
Tidak pernah merokok 66,2
85,8 Tidak merokok sejak menjadi mahasiswa FK
UGM 11,9
6,3 Berhenti merokok setelah diberlakukan kampus
bebas rokok 6,0
3,7 Mengurangi jumlah rokok setelah diberlakukan
kampus bebas rokok 6,6
2,1 Kebiasaan merokok tidak berubah tetap
merokok 9,3
2,1
Maka berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FK UGM mendukung penerapan kampus bebas rokok yang terbukti sebagai salah
satu metode yang efektif untuk pengendalian rokok. Penerapan kampus bebas rokok berdampak terhadap pengurangan jumlah mahasiswa perokok dan dapat menurunkan
jumlah perokok teratur dan eksperimen, baik pada mahasiswa laki-laki maupun perempuan.
D. Pengaruh Faktor Pengelola terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok pada Hotel Berbintang di Kabupaten
Universitas Sumatera Utara
Bandung Tesis oleh Ni Luh Putu Devhy, Program Pasca Sarjana Universitas Udayana 2014
Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan
Gambaran sikap pengelola hotel terhadap Perda KTR berdasarkan masing- masing poin penilaian dan pengaruhnya terhadap kepatuhan dapat dilihat pada Tabel
I. 5
Tabel I. 5 Pengaruh Sikap Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan Perda
KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014
Variabel Kategori
Kepatuhan PR
95CI Nilai p
Patuh, f Tidak, f
Sikap Baik
13 19,7 53 80,3
2,5 0,8 – 8,2 0,159
Kurang 3 7,9
35 92,1 1
Tabel I. 5 menunjukkan hasil analisis pengaruh sikap pengelola tentang Perda KTR terhadap kepatuhan. Terlihat ada perbedaan kepatuhan berdasarkan kategori
sikap pengelola. Pada pengelola dengan sikap yang baik memiliki kepatuhan sebesar 19,7 sedangkan pada pengelola dengan sikap kurang hanya 7,9. Perbedaan ini
menghasilkan prevalens ratio PR sebesar 2,5 yang menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel yang memiliki sikap baik 2,5 kali dibandingkan pengelola
yang memiliki sikap kurang. Walaupun demikian secara statistik pengaruh tersebut tidak bermakna dengan 95CI dari PR: 0,8 – 8,2 dan nilai p = 0,159.
Tabel I. 6 Pengaruh Dukungan Pengelola Terhadap Kepatuhan Pelaksanaan
Perda KTR Pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung Tahun 2014
Variabel Kategori
Kepatuhan PR
95CI Nilai p
Patuh, f Tidak, f
Dukungan Baik 14 22,6
4877,4 4,7
1,1 – 19,8
0,014 Kurang
2 4,8 40
95,2 1
Tabel I. 6 menunjukkan hasil analisis pengaruh dukungan pengelola pada pelaksanaan Perda KTR terhadap kepatuhan. Terlihat ada perbedaan kepatuhan
berdasarkan kategori dukungan pengelola. Pada pengelola dengan dukungan yang baik memiliki kepatuhan sebesar 22,6 sedangkan pada pengelola dengan sikap
kurang hanya 4,8. Perbedaan ini menghasilkan prevalens ratio PR sebesar 4,7 yang menunjukkan bahwa peluang patuh pada pengelola hotel yang memiliki
dukungan baik 4,7 kali dibandingkan pengelola yang memiliki dukungan kurang. Berdasarkan hasil uji statistik, pengaruh dukungan terhadap kepatuhan dinyatakan
bermakna dengan 95CI dari PR: 1,1 – 19,8 dan nilai p = 0,014.
Universitas Sumatera Utara
Maka berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan hotel berbintang terhadap Perda KTR masih rendah 15,4. Faktor yang
meningkatkan kepatuhan adalah pengetahuan yang baik, sikap yang baik, dukungan yang nyata terhadap Perda KTR dan adanya himbauan organisasi. Perilaku merokok
pengelola berpengaruh secara bermakna menghambat kepatuhan.
E. Perilaku Supir Angkutan Pasca penetapan PERDA Kawasan Tanpa Rokok di Kota Makassar Jurnal oleh Intan Fatmasari, Indar, Darmansyah, Bagian
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM Universitas Hasanuddin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya responden sudah mengetahui mengenai kawasan tanpa rokok dan angkutan umum sebagai salah satu
kawasan tanpa rokok. Sedangkan, sebagian besar responden telah mengetahui bahwa tempat-tempat umum, fasilitas umum, dan fasilitas kesehatan juga merupakan
kawasan tanpa rokok. Tetapi, hanya sebagian kecil yang mengetahui tujuan dari adanya peraturan kawasan tanpa rokok. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah
memiliki informasi yang memadai tentang kawasan tanpa rokok dan dinilai memiliki pengetahuan yang baik, meskipun hanya sebagian kecil yang mengetahui tentang
tujuan dari adanya kawasan tanpa rokok.
Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden bersikap positif dengan adanya kebijakan tentang KTR, tetapi tidak setuju dengan adanya sanksi karena
mereka menganggap hal itu akan memberatkan, ditambah lagi ketika penumpang sepi dan setiap hari mereka harus menyetor sejumlah uang kepada pemilik angkutan.
Sehingga, untuk penerapan KTR di angkutan umum akan sulit untuk terealisasi.
Peran pemerintah terhadap regulasi dapat dibedakan menjadi tiga, salah satunya adalah peran sebagai regulator dimana pemerintah melakukan pengawasan
agar regulasi yang diterapkan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan.19 Tetapi, hasil penelitian didapatkan bahwa sebanyak 186 orang 71,5 yang masih merokok di
angkutan umum. Selain itu, masih saja responden yang mengaku merokok pada saat mengemudi sebanyak 188 orang 72,3, tetapi tidak merokok pada saat dihadapan
penumpang ketika sedang bekerja sebanyak 167 orang 64,2. Sedangkan, responden yang mengaku menaati kebijakan kawasan tanpa rokok sebanyak 174
orang 66,9 dan sebagian besar responden akan menerima rokok ketika ada yang menawarkannya sebanyak 186 orang 71,5. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku
merokok responden masih kurang dan pengawasan terhadap adanya regulasi ini masih sangat rendah.
Sebagian besar supir angkutan umum memiliki kemampuan ekonomi rendah, sehingga dapat mempengaruhi perilaku merokoknya. Selain itu, pekerjaan dan
Universitas Sumatera Utara
pengaruh orang lain yang merokok juga menjadi pemicu orang untuk merokok. Penelitian ini sejalan dengan Wahidien menyatakan bahwa pengaruh orang lain atau
teman yang punya kebiasaan merokok mempunyai pengaruh yang besar dalam inisiasi merokok.
Maka dari hasil penelitian tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada umumnya supir angkutan dan penumpang sudah mengetahui tentang kawasan tanpa
rokok. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan responden untuk tidak merokok di angkutan umum. Salah satunya dikarenakan pengetahuan tentang kebijakan
kawasan tanpa rokok masih rendah. Sikap responden terhadap penerapan kawasan tanpa rokok pada umumnya setuju dengan adanya peraturan tersebut. Tetapi,
sebagian besar tidak setuju dengan adanya sanksi yang tegas jika ada yang merokok di angkutan umum. Tindakan responden terhadap penerapan kawasan tanpa rokok
pada umumnya masih kurang. Hal ini disebabkan masih tingginya prevalensi yang merokok di angkutan umum dan merokok di hadapan penumpang lain.
F. Studi Efektivitas Penerapan Kebijakan PERDA Kota tentang Kawasan Tanpa Rokok KTR dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera
Barat Tahun 2013 Jurnal oleh Nizwardi Azkha, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Padang 2013
Efektifitas Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dalam Penurunan Perokok Aktif
Tabel I. 7 Distribusi Responden Berdasarkan Efektifitas KTR KTR Efektif
Frekuensi Persentase
Ya 51
51 Tidak
49 49
Jumlah 100
100 Pada Tabel I. 7 di atas dapat dilihat 51 menyatakan bahwa KTR cukup
efektif menurunkan perokok aktif. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
Universitas Sumatera Utara
Di Kota Padang Panjang penerapan KTR ini sudah dapat melarang adanya iklan rokok di sepanjang kota, bahkan juga sudah menunjuk institusi kesehatan dan
pendidikan sebagai pelopor dari KTR, walaupun warga masih ada yang merokok, tapi penerapan KTR ini sudah dapat menurunkan perokok aktif.
Kota Payakumbuh masih terbatas pada institusi kesehatan dan rumah sakit dengan melakukan inspeksi mendadak oleh tim yang telah ditunjuk Kepala Daerah.
Lain halnya di Kota Padang, sejak keluarnya Peraturan Walikota Perwako KTR No.142011 namun belum nampak penerapannya terutama pelarangan pemasangan
iklan belum terlaksana begitu juga lokasi KTR baru terlaksana pada kantor BUMN, seperti bank dan plaza. Iklan-iklan rokok masih tetap mendominasi iklan di sepanjang
jalan, dan di perkantoran maupun institusi pendidikan masih ada yang merokok, padahal itu merupakan tempat umum dengan mengedarkan surat edaran yang
dikeluarkan oleh walikota.
Maka dari penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektifitas KTR dalam penurunan perokok aktif pada tiga kota belum menunjukkan angka yang
signifikan, namun ada kecenderungan penurunan perokok. Di Padang Panjang, peraturan ini sudah berjalan karena adanya komitmen dari Walikota dan DPR. Di
Kota Payakumbuh juga adanya komitmen dari Walikota dan dukungan dari Dinas Kesehatan berdasarkan Perda KTR No. 152011. Kota Padang baru perusahaan
swasta yang telah menerapkan KTR seperti BANK, sedangkan di kantor pemerintahan, sekolah dan tempat umum belum sepenuhnya dilaksanakan KTR.
I. 5. 5 Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok I. 5. 5. 1 Latar Belakang Dasar Hukum Pemberlakuan KTR