1 Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok

BAB V ANALISIS DATA Dalam bab ini, seluruh data yang telah disajikan pada bab sebelumnya akan dianalisis sesuai dengan kelompok masalah yang dikaji peneliti dari variabel-variabel yang digunakan. Setelah itu akan dilakukan juga analisis hubungan variabel. Adapun analisis yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan metode deskriptif dengan analisis kualitatif. Metode ini mengumpulkan data dan fakta yang telah didapatkan di lapangan yang akan dideskripsikan sebagaimana adanya serta menafsirkannya dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk menjelaskan suatu fenomena sosial yang diteliti. Dari hasil analisis data inilah nantinya akan diperoleh jawaban mengenai bagaimana proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan seperti apa kendala yang dihadapi.

V. 1 Proses Implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok

Suatu kebijakan yang telah ditetapkan haruslah di implementasikan secara maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan tahapan kebijakan. Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit, jika program tersebut tidak diimplementasikan. Oleh karena itu, program kebijakan yang diambil sebagai Universitas Sumatera Utara alternatif pemecahan masalah harus diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah dengan mendayagunakan segenap sumber daya yang ada. Proses implementasi Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok ini dapat dilihat dari beberapa variabel, yaitu:

A. Komunikasi

Komunikasi merupakan sarana untuk menyebarluaskan informasi, baik dari atas ke bawah maupun sebaliknya, antar bagian dalam organisasi maupun kepada eksternal organisasi. Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran target group sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Menurut informan kunci, proses sosialisasi antar bagian dalam organisasi Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan sudah dilakukan dengan baik. Kepala Bidang PMK Pengendalian Masalah Kesehatan dan pegawai yang menangani tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok mengatakan bahwa sudah melakukan sosialisasi, penyuluhan di masing-masing bidang baik itu dalam rapat para kabid, rapat para kepala seksi, dan pertemuan-pertemuan lainnya. Dinas Kesehatan Kota Medan juga sudah melakukan sosialisasi kepada Dinas lain dan kecamatan di kota Medan, baik melalui Surat Universitas Sumatera Utara Edaran yang dibuat oleh Sekda untuk penegakan Perda KTR ini dan melalui Ibu Kepala Dinas, ketika ada rapat-rapat koordinasi yang tentunya menyampaikan ini ke Kepala Dinas lain, SKPD lain bahwa Kota Medan sudah mempunyai Perda Nomor 3 tentang KTR ini. Selain itu, Dinas Kesehatan juga sudah membentuk FGD Focus Group Discussion sesudah maupun sebelum keluarnya Perda ini baik per SKPD, per kantor maupun per kawasan. Dinas Kesehatan juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat dengan berkoordinasi dengan kecamatan. Dimana Dinas Kesehatan mengundang 100 orang per kecamatan yang dikumpulkan oleh Puskesmas dan Camat setempat yang terdiri dari beberapa orang perwakilan dari tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut. Hal ini didukung oleh data sekunder penelitian bahwa Dinas Kesehatan melakukan kegiatan sosialisasi Perda HIVAIDS dan KTR yang berlangsung sejak 27 Juli sd 4 Agustus 2015 di 21 kecamatan dengan masing-masing 100 orang peserta. Informan kunci menambahkan bahwa sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat kota Medan tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok dilakukan secara berkesinambungan. Dinas Kesehatan mempunyai program penyuluhan atau promosi kesehatan. Dimana penyuluhan atau promosi kesehatan ini tidak hanya berfokus untuk sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok saja tetapi bersamaan dengan program lainnya. Selain itu, tidak ada jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena masih banyak program lain yang harus disampaikan dan semua program tersebut dibuat secara terpadu. Tetapi yang namanya jadwal mini lokakarya Puskesmas dengan kecamatan itu per 3 bulan sekali. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil kuesioner pada Tabel IV. 9 pada bab sebelumnya mengenai intensitas sosialisasi Perda KTR diketahui bahwa informan menyatakan bahwa sosialisasi Perda KTR jarang dilakukan. Selain itu, berdasarkan Tabel IV. 7 pada bab sebelumnya mengenai pengetahuan tentang Perda KTR diketahui bahwa lebih dari setengah 70,00 informan menyatakan tidak mengetahui tentang adanya Perda KTR ini. Juga berdasarkan data kuesioner pada Tabel IV. 8 yang disajikan pada bab sebelumnya mengenai pemahaman informan tentang Perda KTR, dapat dilihat bahwa informan masih kurang mengerti maksud dari Perda KTR tersebut. Berdasarkan keterangan informan tambahan atau LSM Pusaka Indonesia, bahwa Pusaka Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam menerapkan Perda KTR ini. Namun kerja sama itu hanya sebatas mitra kerja saja seperti ketika Pusaka Indonesia membuat program kerja dalam setahun tentang KTR. Begitu juga sebaliknya, ketika Dinas Kesehatan melakukan kegiatan tentang Kawasan Tanpa Rokok mereka pasti melibatkan Pusaka Indonesia. Menurut kaca mata Pusaka Indonesia, kegiatan sosialisasi tentang Perda KTR yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah bagus karena langsung menyentuh ke perwakilan masyarakat dan membuat brosur, spanduk-spanduk di beberapa titik di Kota Medan. Namun kegiatan sosialisasi tersebut belum dilaksanakan secara berkelanjutan. Karena setelah melakukan kegiatan roadshow di 21 kecamatan di Kota Medan, belum ada tindak lanjutnya. Dan sepengetahuan Pusaka Indonesia, kegiatan sosialisasi di 21 kecamatan di Kota Medan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan hanya sekali itu saja. Universitas Sumatera Utara Selain itu, berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa kerja sama antara kecamatan Medan Deli dengan Dinas Kesehatan Kota Medan dalam mengimplementasikan Peraturan Daerah KTR ini hanya sebatas koordinasi saja. Dimana ketika Dinas Kesehatan melakukan sosialisasi tentang Perda KTR ini, kecamatan mengumpulkan masyarakat untuk mengikuti kegiatan tersebut. Menurut sekretaris camat, sosialisasi tentang Perda KTR ini memang sudah dilakukan dengan baik di kecamatan Medan Deli. Namun kegiatannya masih berlangsung sekali saja dan belum berkelanjutan. Hal itu diperkuat oleh data yang diperoleh dari data sekunder penelitian bahwa sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok ini memang sudah dilaksanakan dengan baik di 21 kecamatan di Kota Medan. Namun hal itu masih berlangsung dalam waktu lebih kurang satu bulan saja dan hanya dilakukan sekali di Tahun 2015. Berdasarkan SOP KTR seharusnya dalam satu tahun pertama itu dilakukan sosialisasi seluas-luasnya kepada semua lapisan masyarakat yang berada pada semua KTR. Agar masyarakat mengetahui tentang adanya Perda KTR ini. Namun sosialisasi yang ada di 21 kecamataan di Kota Medan baru berlangsung sekali. Maka berdasarkan hasil analisis keseluruhan dapat dilihat bahwa komunikasi sudah dilakukan dan berjalan cukup baik di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Medan, baik secara perbidang maupun keseluruhan di internal Dinas Kesehatan Kota Medan. Adapun bentuk komunikasi Dinas Kesehatan Kota Medan kepada SKPD dan kecamatan di kota Medan dalam mengimplementasikan Perda KTR ini dalam bentuk Universitas Sumatera Utara koordinasi saja. Dan bentuk komunikasi Dinas Kesehatan kepada LSM Pusaka Indonesia itu hanya sebatas mitra kerja dan tidak ada ikatan secara khusus. Dimana koordinasi dan mitra kerja Dinas Kesehatan Kota Medan dengan SKPD dan LSM Pusaka itu sudah berjalan cukup baik. Namun, komunikasi atau sosialisasi kepada masyarakat di kecamatan sendiri belum berjalan dengan baik. Sosialisasi tentang Perda KTR masih dilakukan secara bersamaan dengan program kesehatan lainnya dan belum dilakukan secara khusus serta belum adanya jadwal khusus untuk sosialisasi Perda KTR karena masih banyak program lain yang harus disampaikan. Selain itu, sosialisasi tentang Perda KTR yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan di 21 kecamatan di kota Medan belum dilakukan secara maksimal dan baru dilaksanakan sekali di tahun 2015 serta belum dilaksanakan secara berkelanjutan. Masyarakat lebih dari setengah menyatakan bahwa sosialisasi tidak pernah dilakukan dan menyatakan kurang mengetahui serta kurang mengerti maksud dari Perda KTR tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa masih sangat minimnya kegiatan sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat.

B. Sumber Daya

Ketersediaan sumber daya merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Tanpa sumber daya yang cukup, implementasi kebijakan tidak akan bisa tercapai. Sumber daya dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sumber daya materil meliputi dana dan peralatan yang dipakai, dan sumber daya non materil Universitas Sumatera Utara meliputi pegawai yang memadai serta keahlian-keahlian yang tepat untuk melaksanakan tugas-tugasnya.

a. Sumber Daya Manusia

Kebutuhan akan sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu kebijakan harus terpenuhi secara kualitas dan kuantitasnya. Sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya tujuan kebijakan. Berdasarkan keterangan informan kunci, sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Medan sudah cukup mampu untuk melaksanakan kebijakan tersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang ada. Namun, hal yang harus diketahui bahwa dalam mengimplementasikan Perda Kawasan Tanpa Rokok tersebut tidak dilaksanakan sendiri oleh Dinas Kesehatan. Dalam Perda KTR tersebut dikatakan bahwa dalam implementasinya dilaksanakan oleh SKPD terkait dengan ke tujuh Kawasan Tanpa Rokok tersebut dan Dinas Kesehatan sebagai koordinatornya. Jadi di bentuk sebuah Tim Pemantau dalam melaksanakannya. Namun Tim Pemantau tersebut baru di bentuk dan belum beroperasi. Berdasarkan Tabel IV. 10 pada bab sebelumnya mengenai penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, diketahui bahwa 78,33 informan menyatakan bahwa penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tidak memuaskan. Selain itu, Universitas Sumatera Utara berdasarkan Tabel IV. 11 pada bab sebelumnya mengenai penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh pegawai Puskesmas, diketahui bahwa 90,00 informan menyatakan bahwa penyampaian sosialisasi Perda KTR yang dilakukan oleh pegawai Puskesmas tidak memuaskan. Berdasarkan pernyataan informan tambahan, kinerja pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan yang menangani tentang pelaksanaan Perda KTR tersebut bagus. Sekretaris camat Medan Deli menambahkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan memang sudah baik, namun kegiatannya belum dilaksanakan secara rutin. Menurut Pusaka Indonesia bahwa secara person to person bagus, begitu juga secara kelembagaan juga bagus. Dinas Kesehatan Kota Medan itu aktif dalam kegiatan-kegiatan tentang KTR, akan tetapi Dinas Kesehatan tersebut aktif karena masih ada Pusaka Indonesia. Sampai saat ini Pusaka masih support, Dinas Kesehatan Kota Medan juga masih aktif dan masih tetap komitmen. Jika Dinas Kesehatan tidak komitmen maka Pusaka Indonesia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena semua butuh dukungan dari pemerintah. Namun, masih minimnya inisiatif untuk membuat kegiatan sendiri untuk pelaksanaan Perda KTR ini. Selain itu, berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari penelitian bahwa bidang yang menangani tentang Perda Kawasan Tanpa Rokok ini adalah bidang Pengendalian Masalah Kesehatan PMK. Dimana jumlah pegawai di bidang PMK ini sebanyak 46 orang. Data tersebut diperoleh dari Struktur Sub Bagian Umum Dinas Kesehatan Kota Medan dengan rincian; 5 orang dr.umum, 1 orang dr.gigi, 4 Universitas Sumatera Utara orang perawat, 2 orang perawat gigi, 1 orang bidan, 7 orang sanitarian, 19 orang PKM, 2 orang S-2 Kesmas, 4 orang non kesehatan dan 1 orang SLTP sederajat. Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa secara kuantitas, pegawai di Dinas Kesehatan Kota Medan sudah mencukupi untuk melaksanakan Perda KTR ini. Namun jika dilihat dari segi kualitasnya maka pegawai Dinas Kesehatan Kota Medan yang menangani tentang Perda KTR ini belum melaksanakan tugasnya dengan baik. Hal itu dapat kita lihat dari jawaban masyarakat tentang penyampaian dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas untuk sosialisai Perda KTR ini. Masyarakat belum puas dengan kegiatan sosialisasi yang telah dilakukan. Hal itu juga sejalan dengan pendapat Pusaka Indonesia bahwa sejauh ini Dinas Kesehatan masih aktif dalam melaksanakan Perda KTR karena masih adanya dukungan dari Pusaka Indonesia. Untuk Tim Pemantau KTR belum bisa di analisis karena sampai penelitian selesai Tim Pemantau tersebut belum beroperasi karena SK Tim Pemantau tersebut masih baru selesai disahkan.

b. Sumber Daya Finansial

Kebutuhan akan sumber daya finansial dalam melaksanakan suatu kebijakan harus memadai agar suatu kebijakan dapat dilaksanakan. Karena tanpa adanya dana yang memadai, suatu kebijakaan tentu tidak akan bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan keterangan informa kunci, bahwa dana yang digunakan untuk proses Implementasi Kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 tentang Kawasan Tanpa Rokok berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Kota Medan, tepatnya sudah tercantum di dalam APBD. Baik itu pada APBD tahun 2015 yakni ketika Perda ini masih dalam tahap sosialisasi dan sedang dianggarkan untuk tahun 2016. Namun selain dana APBD, dalam proses implementasi Perda KTR ini juga dibantu dana DBHCHT Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau dari pusat. Selain APBD dan dana DBHCHT, dalam penegakan Perda ini nantinya juga akan dibantu oleh dana dari pajak rokok. Namun, dana yang keluar untuk penerapan Perda KTR ini juga masih bertahap. Dimana di tahun 2015 untuk sosialisasi Perda KTR, dananya sekitar Rp.281.400.000. dan di tahun 2016 untuk penerapan Perda KTR sedang diusulkan sekitar Rp.475.650.000. Berdasarkan pernyataan Pusaka Indonesia bahwa dana untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini masih sekian persen dan masih merupakan angka yang kecil dari anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan. Berbeda dengan daerah-daerah lain seperti Bogor, dimana anggaran mereka untuk Perda KTR cukup besar sehingga pelaksanaan Perda KTR daerah Bogor tersebut juga luar biasa. Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa sumber daya finansial untuk mengimplementasikan Perda KTR ini belum memadai dan masih harus lebih ditingkatkan lagi agar Perda tersebut dapat berjalan. Universitas Sumatera Utara

c. Fasilitas

Sumber daya lain yang sangat penting untuk menunjang keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah fasilitas. Dengan adanya fasilitas yang memadai tentu segala program yang telah dibuat akan berjalan dengan adanya dukungan dari fasilitas tersebut. Berdasarkan keterangan informan kunci, untuk saat ini sarana dan prasarana untuk penerapan Perda KTR ini belum memadai dan masih hanya sebatas alat bantu alat tulis saja seperti stiker, brosur, spanduk, billboard dan rolling banner elektrik serta pendistribusian buku Perda dan Perwal tentang Kawasan Tanpa Rokok. Jika daerah lain seperti Bogor yang sudah mempunyai mobil seperti tempat sidang itu, Kota Medan belum mampu menyiapkan hal tersebut. Sampai saat ini hal tersebut masih sebatas pemikiran dan wacana saja. Namun sekarang di Puskesmas, Dinas Kesehatan Kota Medan sudah mulai menyediakan klinik UBM Upaya Berhenti Merokok untuk masyarakat yang ingin berhenti merokok. Hal ini didukung oleh data sekunder penelitian tentang contoh rekapitulasi Upaya Berhenti Merokok UBM di puskesmas yang dilaksanakan sejak Januari 2016. Selain itu pada data sekunder penelitian juga terdapat kegiatan Dinas Kesehatan Kota Medan tentang pengadaan Perda dan Perwal KTR dan pembuatan media promosi KTR stiker. Dimana pencapaian program dan kegiatannya, Perda di buat sebanyak 1.250 eksemplar dan Perwal sebanyak 1.250 eksemplar serta 10.000 buah stiker KTR. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel IV. 12 pada bab sebelumnya mengenai intensitas fasilitas yang masyarakat lihat untuk pelaksanaan Perda KTR diketahui bahwa informan menyatakan bahwa fasilitas yang mereka lihat untuk pelaksanaan Perda KTR ini masih jarang. Hal itu di perkuat oleh informan tambahan, bahwa untuk saat ini sarana dan prasarana untuk penerapan Perda KTR ini belum memadai seperti alat peraga yang masih kurang, sosialisasinya juga masih kurang. Namun, untuk di swasta fasilitas tersebut sudah relatif bagus karena mereka mengurus sendiri misalnya Sun Plaza. Tetapi untuk di kantor pemerintah kota, beberapa sudah ada tetapi belum begitu baik penyediaan fasilitas tempat khusus merokok. Dan berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa fasilitas yang ada sekarang di Kecamatan Medan Deli hanya berupa brosur dan stiker-stiker. Selain itu, dapat juga dilihat fasilitas yang ada sekarang seperti yang terdapat pada data sekunder penelitian pada bab sebelumnya pada Gambar IV. 2 yakni Stiker Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan, Gambar IV. 3 yakni Brosur Kawasan Tanpa Rokok di depan pintu pegawai di Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan, Gambar IV. 4 yakni Buku Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok yang dibagikan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan saat melaksanakan sosialisasi Perda KTR, Gambar IV. 5 yakni Billboard Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Kesehatan Kota Medan, dan Gambar IV. 7 yakni Brosur Kawasan Tanpa Rokok di Kantor Camat Medan Deli. Universitas Sumatera Utara Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa fasilitas yang digunakan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini belum memadai. Karena fasilitas yang ada masih sebatas alat bantu tulisan saja dan klinik UBM Upaya Berhenti Merokok yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan juga baru dimulai di beberapa Puskesmas sejak januari 2016.

C. Disposisi

Sikap dan karakteristik dari para implementor kebijakan dalam menyikapi suatu kebijakan merupakan faktor yang tidak dapat dikesampingkan. Jika para implementor kebijakan setuju dengan isi suatu kebijakan dan adanya dukungan, kemungkinan besar mereka akan melaksanakannya sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat kebijakan dan hal itu akan mempengaruhi pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan tersebut. Menurut informan kunci, respon atau sikap terhadap hadirnya kebijakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok adalah baik dan sangat mendukung. Informan sangat mengapresiasi sekali dan sangat senang dengan keluarnya Perda Kawasan Tanpa Rokok ini. Adapun tindakan- tindakan yang informan dilakukan untuk mendukung implementasi Perda KTR ini adalah sebagai Kepala Bidang melakukan sosialisasi kepada bidang lain dan pegawai di internal bidangnya sendiri dan melakukan peneguran-peneguran kepada Universitas Sumatera Utara pegawainya, melakukan pengusulan anggaran, kemudian menjalin kerja sama dengan LSM Pusaka Indonesia dan Pemko Medan. Berdasarkan Tabel IV. 13 pada bab sebelumnya mengenai sikap pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR diketahui bahwa informan menyatakan bahwa sikap pegawai ketika melakukan sosialisasi Perda KTR adalah baik. Namun, pada Tabel IV. 14 mengenai komitmen pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR diketahui bahwa sebanyak 3 orang informan 5,00 menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR sangat berkomitmen, 4 orang informan 6,66 menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR cukup berkomitmen, 26 orang informan 43,33 menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR berkomitmen, 16 orang informan 26,66 menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR kurang berkomitmen dan 11 orang informan 18,33 menyatakan bahwa pegawai yang mensosialisasikan Perda KTR tidak berkomitmen. Berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan mendukung sepenuhnya Perda KTR ini, tetapi kegiatan sosialisasinya belum dilaksanakan secara maksimal. Dan menurut Pusaka Indonesia bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan mendukung adanya Perda KTR tersebut karena itu memang produk hukumnya Dinas Kesehatan Kota Medan. Namun jika ingin mengetahui komitmennya, hal itu dapat dilihat dari program kerja dari Dinas Kesehatan Kota Medan tersebut. Keseriusan program kerja itu indikatornya bisa dilihat dari anggarannya dan hal itu bisa dilihat bagaimana faktanya. Dimana dana untuk Perda Universitas Sumatera Utara KTR ini masih kecil. Karena jika memang benar-benar mendukung tentu akan membuat anggaran yang cukup besar untuk Perda KTR ini. Selain itu, menurut Pusaka Indonesia, jika kedepan mereka tidak lagi mendukung secara langsung dan hanya sebagai monitoring-monitoring saja, maka implementasi Perda KTR tersebut mungkin tidak berjalan lagi. Ada kekhawatiran dari Pusaka Indonesia bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan mungkin tidak terlalu memprioritaskan secara internal mereka tentang KTR ini karena masih di dukung oleh Pusaka Indonesia. Karena masih di dukung oleh Pusaka indonesia, Dinas Kesehatan Kota Medan menganggap bahwa kegiatan-kegiatan Pusaka itu masih jadi bagian dari kerja mereka juga. Tetapi di khawatirkan nanti ketika Pusaka Indonesia tidak ada lagi bagaimana keberlanjutan Perda KTR ini. Hal itu dapat dilihat dari program kerja Pusaka Indonesia untuk Perda KTR ini sendiri mulai dari mendorong lahirnya Perda KTR. Kemudian setelah Perda KTR keluar, Pusaka Indonesia bersama Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan penguatan implementasi Perda. Penguatan implementasi Perda tersebut mulai dari sosialisasi, kemudian juga pembentukan Tim Pemantau KTR dan mendorong Peraturan Walikotanya. Pusaka Indonesia juga pernah melakukan pelatihan terhadap Satpol PP untuk melakukan pemantauan KTR. Dan untuk sekarang, program Pusaka Indonesia masih dalam rangka penguatan implementasi Perda KTR. Yang dilakukan di dua sasaran: yang pertama, adalah bagaimana Pusaka Indonesia mendorong Dinas Kesehatan Kota Medan agar Universitas Sumatera Utara bisa menggunakan dana pajak rokok untuk mendukung implementasi Perda Kawasan Tanpa Rokok. Yang kedua, Pusaka Indonesia fokus terhadap penegakan hukumnya. Selain itu, Pusaka Indonesia juga sedang mengembangkan aplikasi mobile phone untuk masyarakat yang mau melaporkan pelanggaran KTR, berbasis android dengan IOS. Dimana nantinya website tersebut akan dikelola bersama oleh Pusaka Indonesia dan Dinas Kesehatan Kota Medan. Akan tetapi program ini adalah program dari Pusaka Indonesia dan mereka yang fokus melaksanakan program tersebut. Selain itu pada data sekunder penelitian juga terdapat data tentang program kerja dari Pusaka Indonesia. Selain itu dapat dilihat berdasarkan data sekunder penelitian bahwa untuk memperoleh SK Tim Pemantau KTR dari Dinas Kesehatan Kota Medan, berdasarkan informasi yang di peroleh dari Kabid PMK Dinas Kesehatan Kota Medan pada tanggal 26 Januari 2016 bahwa SK Tim Pemantau masih di Pemko Medan. Dan peneliti baru memperoleh SK Tim Pemantau dari Dinas Kesehatan Kota Medan pada tanggal 5 Maret 2016. Sementara ketika peneliti melakukan wawancara dengan pihak LSM Pusaka Indonesia pada tanggal 10 Februari 2016, SK Tim Pemantau tersebut sudah ada di LSM Pusaka Indonesia. Maka berdasarkan data yang diperoleh tersebut, dapat dilihat bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan kurang aktif untuk memperoleh perkembangan terkini tentang SK Tim Pemantau KTR tersebut. Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa disposisi yang ditunjukkan untuk mengimplementasikan Perda KTR ini sudah baik, namun belum mendukung sepenuhnya Perda KTR ini. Hal itu di tunjukkan oleh Universitas Sumatera Utara jawaban sebagian masyarakat bahwa Dinas Kesehatan Kota Medan dalam mengimplementasikan Perda KTR ini masih kurang berkomitmen. Hal itu diperkuat oleh pernyataan informan tambahan bahwa program kerja dari Dinas Kesehatan untuk Perda KTR ini masih belum dioptimalkan karena masih di dukung oleh LSM Pusaka Indonesia. Serta yang mempunyai program kerja yang lebih banyak itu LSM Pusaka Indonesia dibandingkan Dinas Kesehatan kota Medan yang mempunyai tanggung jawab untuk mengimplementasikan Perda KTR ini.

D. Struktur Birokrasi

Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar standard operating procedures atau SOP. SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Selain itu, struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Menurut informan kunci, bahwa struktur birokrasi untuk penerapan Perda Kawasan Tanpa Rokok ini tidak hanya dari Dinas Kesehatan semata, tetapi ada juga dari SKPD yang ada di Kota Medan. Hal itu disebut sebagai Tim Pemantau KTR. Namun SK Tim Pemantau tersebut baru diterima dari Pemko. Sehingga penganggaran dana untuk Tim Pemantau juga baru akan dimulai tahun 2016 ini. Tetapi untuk internal Dinas Kesehatan sendiri, Perda KTR ini sudah diterapkan. Sesudah Perda ini keluar maka berdasarkan arahan Ibu Kepala Dinas agar masing- Universitas Sumatera Utara masing Kepala Bidang itu melakukan pembinaan internal. Dan SOP untuk melaksanakan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok itu sudah bagus dan itu merupakan landasan dasar Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melaksanakan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok ini. Berdasarkan Tabel IV. 15 pada bab sebelumnya mengenai kesesuaian kerja dengan prosedur kerja Dinas Kesehatan Kota Medan, diketahui bahwa 86,66 informan menyatakan bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan tidak sesuai dengan prosedur kerjanya. Selain itu, berdasarkan Tabel IV. 16 pada bab sebelumnya mengenai tepatkah tindakan pemerintah dengan dibentuknya Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Kawasan Tanpa Rokok, diketahui bahwa informan menyatakan bahwa tindakan pemerintah membentuk Perda KTR ini adalah tepat. Berdasarkan keterangan LSM Pusaka Indonesia jika Tim Pemantau KTR sudah bisa dimaksimalkan dengan baik sebenarnya sudah bagus. Dan Berdasarkan keterangan sekretaris camat Medan Deli bahwa seiring dengan lahirnya Perda KTR ini, maka penambahan struktur di kantor camat untuk penerapan Perda KTR ini memang tidak ada. Namun, pihak kecamatan Medan Deli selalu mengingatkannya kepada kepala lurah tentang Perda KTR ini. Selain itu, di dalam data sekunder penelitian juga terdapat Struktur Tim Pemantau KTR Kota Medan yang terdapat pada bab sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan kebijakan pemerintah untuk membuat Perda KTR ini sudah tepat. Namun jika dilihat dari internal Dinas Kesehatan Kota Medan belum melaksanakan tugasnya sesuai dengan prosedur kerja yang ada. Hal tersebut dapat dilihat dari pernyataan masyarakat, bahwa Dinas Kesehatan dalam menerapkan Perda KTR ini belum sesuai dengan prosedur kerjanya. Seiring dengan lahirnya Perda KTR ini, maka penambahan struktur birokrasi di kantor camat untuk penerapan Perda KTR ini tidak ada. Adapun struktur Tim Pemantau KTR secara keseluruhan untuk penerapan Perda KTR sudah bagus karena mewakili setiap kawasan dari ke tujuh kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan Tanpa Rokok.

E. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan sangat ditentukan oleh faktor birokrasi yang melaksanakan kebijakan tersebut. Namun, selain faktor birokrasi terdapat faktor non-birokrasi yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu kebijakan. Hal itu adalah kondisi lingkungan sekitar dimana kebijakan atau peraturan tersebut dikeluarkan yakni seperti kondisi sosial, ekonomi dan politik. Adapun alasan mendasar mengapa masyarakat Kota Medan cenderung untuk merokok adalah karena beberapa faktor yakni pertama, awalnya ikut pergaulan dengan teman-teman sehingga terbiasa untuk merokok. Kedua, merokok dianggap Universitas Sumatera Utara sebagai upaya untuk tidak suntuk dan jika tidak merokok akan mengakibatkan sakit kepala. Ketiga, informan menganggap bahwa jika selesai makan tidak merokok, maka rasanya akan seperti orang bodoh dan linglung kesana-kemari. Keempat, informan itu merokok karena sudah terbiasa. Kelima, merokok itu dianggap untuk menutupi kekurangan, karena jika tidak merokok akan terasa ada yang kurang tetapi kalau sudah merokok itu rasanya menjadi lengkap. Selain itu kurang semangat rasanya jika tidak merokok. Dalam sehari masyarakat mampu menghabiskan satu bungkus per hari, dan ada juga yang habis sampai 2 bungkus per hari. Bahkan salah satu informan mampu menghabiskan 3 sampai 4 bungkus per hari. Tergantung pada suasana hati dan kegiatan pada malam harinya ketika berkumpul dengan kawan-kawannya. Dimana untuk sebulan masyarakat menghabiskan gaji yang dimilikinya sekitar 12 untuk rokok, namun ada juga yang 40 dan 42 dan bahkan ada juga gaji yang dimilikinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari karena harus membeli rokok juga. Meskipun demikian, masyarakat tetap membeli rokok dan mengonsumsi dengan jumlah yang sama yakni 2 atau bahkan ada yang 4 bungkus per harinya meskipun akhir-akhir ini harga rokok terus naik, karena mereka menganggap bahwa rokok itu sudah menjadi suatu kebutuhan kecuali seorang informan yang mengurangi untuk mengonsumsi rokok. Dimana tempat biasa masyarakat merokok adalah di rumah, di tempat kerja, di tempat pangkalan becak, di tempat-tempat berkumpul dengan teman-teman, kecuali ada larangan tidak boleh merokok No smoking seperti di dalam angkot, di Universitas Sumatera Utara rumah makan, di tempat umum, dan di dalam ruangan ber AC. Namun, tidak jarang juga mereka merokok di tempat-tempat yang mereka sukai tanpa mempedulikan kawasan yang ada. Hal itu senada dengan pandangan informan tambahan bahwa masyarakat masih banyak yang tidak setuju dengan Perda KTR, karena belum memahami benar esensi dari Perda ini sendiri. Perda ini bukan untuk melarang orang merokok, tetapi hanya mengatur saja secara sosial dimana tempat yang boleh merokok dan dimana yang tidak boleh merokok. Ketika ditanya tentang dukungan masyarakat terhadap Perda KTR ini, maka berdasarkan Tabel IV. 18 pada bab sebelumnya mengenai persepsi masyarakat dengan adanya Perda KTR diketahui bahwa masyarakat setuju dengan adanya Peda KTR tersebut. Ketika ditanya tentang dukungan pedagang rokok, maka berdasarkan Tabel IV. 19 pada bab sebelumnya mengenai dukungan pedagang rokok tentang Perda KTR diketahui bahwa pedagang rokok mendukung adanya Perda KTR tersebut. Hal itu berbeda dengan pandangan informan tambahan bahwa persepsi pedagang rokok terhadap Perda KTR tersebut pasti menolaknya. Mereka menolak karena tidak mengetahui apa esensi dari Perda KTR ini. Kerena sebenarnya tidak ada hubungannya terhadap pendapatan mereka. Dengan adanya Perda Kawasan Tanpa Rokok ini orang tetap boleh merokok, tetapi merokoknya tidak sembarangan lagi sekarang karena sudah ada tempat-tempatnya. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Tabel IV. 20 pada bab sebelumnya mengenai dukungan anggota DPRD tentang Perda KTR diketahui bahwa anggota DPRD mendukung adanya Perda KTR ini. Hal tersebut senada dengan jawaban informan tambahan bahwa anggota DPRD mendukung diberlakukannya Perda KTR tersebut. Namun mendukungnya hanya secara normatif saja, tetapi dalam pelaksanaannya tidak. Karena jika mereka mendukung secara pelaksanaannya tentu mereka tidak akan merokok sembarangan di kantor dewan, di ruang rapat. Dan jika dilihat dari persepsi Ormas atau LSM, mereka juga mendukung diberlakukannya Perda KTR tersebut. Terutama bagi lembaga-lembaga perlindungan anak, seperti Pusaka Indonesia juga pasti mendukung. Ormas-ormas keagamaan juga relatif mendukung Perda KTR ini, seperti Muhammadiyah. Selain itu AJI Aliansi Jurnalis Indonesia juga mendukung, dimana mereka merupakan mitra Pusaka Indonesia dalam melakukan sosialisasi Perda Kawasan Tanpa Rokok ini. Hal ini di dukung oleh jawaban informan utama pada data kuesioner pada Tabel IV. 21 pada bab sebelumnya mengenai dukungan Ormas atau LSM tentang Perda KTR, dimana diketahui bahwa informan menyatakan bahwa Ormas atau LSM mendukung adanya Perda KTR tersebut. Maka berdasarkan hasil analisis secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa masyarakat setuju dengan adanya Perda KTR tersebut. Namun belum mendukung dengan tindakan nyata, Karena masyarakat sudah terbiasa untuk merokok dan dengan jumlah yang cukup banyak juga per harinya. Sehingga tanpa sadar masyarakat masih Universitas Sumatera Utara terbiasa merokok dimana saja di tempat-tempat yang mereka suka tanpa mempedulikan kawasan yang ada. Selain itu, dukungan untuk Perda KTR ini jika dilihat dari beberapa sudut pandang bahwa: pertama, pedagang-pedagang rokok belum mendukung adanya Perda KTR ini karena belum memahami esensi dari Perda ini sendiri. Kedua, anggota DPRD mendukung adanya Perda KTR ini, namun mendukungnya masih secara normatif saja, karena pada kenyataannya mereka masih merokok di tempat yang dinyatakan sebagai Kawasan Tanpa Rokok seperti di ruang rapat. Ketiga, ormas atau LSM sudah mendukung adanya Perda KTR ini, khususnya ormas atau LSM yang bergerak di bidang kesehatan dan perlindungan anak serta ormas-ormas keagamaan.

V. 2 Analisis Hubungan Variabel