Orangtua dan Cara Asuh Perkembangan Sains Intimidasi Secara Intelektual

14

1. Orangtua dan Cara Asuh

Individu tentu banyak berinteraksi secara sosial dengan orang lain, namun yang paling mempengaruhinya adalah melalui orangtua. Di masa kanak-kanak, pikiran anak merupakan sesuatu yang dapat menyerap apa saja yang diberikan oleh orangtuanya. Bila sedari dini anak diberikan disiplin, contoh panutan yang baik serta instruksi dalam hal keagamaan yang dapat menumbuhkan iman anak, tentu hal tersebut akan melekat pada diri anak dan ia akan melakukan dan mengimani agamanya dengan baik, sesuai ajaran orangtuanya. Namun, bila yang didapatkan anak adalah kurang diterapkannya kedisiplinan, kurangnya instruksi dan lemahnya contoh panutan dalam beragama, hingga rasa kecewa terhadap orangtua, hal tersebut dapat melemahkan iman anak sehingga anak menjadi tidak percaya, skeptis maupun menolak Tuhan.

2. Perkembangan Sains

Pada saat ini manusia hidup di era perkembangan sains dan ilmu pengetahuan yang semakin maju, mulai dari perkembangan sains dan ilmu pengetahuan yang semakin maju, mulai dari perkembangan alat komunikasi hingga transportasi. Penelitian-penelitian dalam kesehatan, pendidikan juga meningkat dengan pesat. Namun sayangnya, karena kemajuan yang begitu pesat, sains sangat dipuja dan dianggap sakral bagi sebagian orang sehingga menganggap bahwa hal baik yang mereka nikmati, seperti obat penyakit, transportasi merupakan hasil pemikiran manusia, bukan dari Tuhan. Hal tersebut Universitas Sumatera Utara 15 dikarenakan mereka mendapat sensasi kekuasaan, merasa bangga pada diri sendiri karena telah memiliki pengetahuan dan kemampuan yang semakin canggih yang berasal dari pikiran dan kerja keras mereka sehingga menolak pengajaran agama yang menekankan bahwa kebenaran mutlak adalah milik Tuhan.

3. Intimidasi Secara Intelektual

Saat ini banyak individu yang dulunya mengetahui apa yang mereka percaya dan memahami alasan mereka mempercayai hal tersebut, mulai bingung dan melemah imannya karena terintimidasi secara intelektual. Hal tersebut dikarenakan mereka mengalami disonansi kognitif ketika dihadapkan pada informasi baru yang berlawanan dengan keyakinan yang mereka anggap benar, misalnya karena bertemu dengan orang yang tidak percaya pada Tuhan disertai dengan berbagai alasan, seperti argumen bahwa kebenaran tidak ditentukan oleh mayoritas, yang berarti meskipun lebih banyak orang yang percaya pada agama daripada yang tidak, bukan berarti mayoritas tersebutlah yang yakin pada agamanya menganggap bahwa informasi baru tersebut lebih masuk akal sehingga mempengaruhi kegoyahan iman bahkan keputusan untuk tidak percaya lagi.

4. Kejahatan, Rasa Sakit dan Penderitaan