Dissociation Analisa Data Subjek

44

c. Dissociation

Ketika memasuki masa sekolah menengah atas SMA, subjek bukan hanya semakin ragu, tetapi subjek mulai jauh dan memisahkan diri dari agama Islam. Bukan hanya sekedar ragu dengan pandangan Islam, tetapi subjek juga sudah mulai memisahkan diri dari agama Islam tersebut. Subjek belum menjadi seorang ateis, dia masih beranggapan bahwa Tuhan itu ada, hanya saja dia tidak menanamkan ide agama manapun. “dulu aku mungkin menganggap Tuhan itu ada, tapi aku tidak setuju dengan ajaran agama yang mengagung-agungkan Tuhan, mengatasnamakan Tuhan, berbuat sesuatu karena Tuhan yang menyuruh, berbuat sesuatu atas dasar perintah Tuhan, aku tidak setuju itu, emang kita sebagai manusia tidak bisa saja gitu berbuat baik?berbuat baik tidak harus disuruhkan, kita pasti bisa bedain mana yang baik, mana yang buruk, mana yang tidak merugikan orang lain, pada saat itu aku menjalankan hidup dengan cara seperti itu. Gak harus ngebom- ngebom untuk membasmi kejahatan” W2.A.P.06062016.J70 Bagi subjek yang selama ini mencari-cari kebenaran, tidak harus beragama untuk berbuat baik. Justru sebaliknya, dia merasa berbuat baik, menjalankan hidup sebaik mungkin, menolong sesama bisa dilakukan tanpa harus diatur oleh agama dan Tuhan. Dengan memisahkan diri dari ajaran agama, subjek merasa terbebas dari ajaran agama yang mengikat. Dia merasa bebas memikirkan apa saja, bebas melakukan apa saja, tanpa harus merasa takut dan berdosa lagi. “yaa selama ini aku merasa, ada yang mengekang, ada sosok yang memang harus aku tuju, harus aku sembah, harus aku ikuti, harus aku takuti, tapi waktu itu aku mulai ngerasa bebas dari itu semua, gak takut dengan yang namanya dosa lagi” W2.A.P.06062016.J64 Universitas Sumatera Utara 45 Walaupun tidak merasa berdosa dan bebas melakukan apa saja, bukan berarti subjek bertindak sesuka hati. Subjek menjalankan hidup dengan cara humanis. Bagi subjek, asalkan tidak merugikan diri sendiri dan orang lain, itu sudah menjadi tindakan yang baik dalam menjalani hidup. “aku bebas melakukan apa aja, aku bebas memikirkan apa aja, tidak perlu harus mikirin dosa kayak orang-orang beragama, tapi bukan berarti aku aku suka-suka hatilah, aku hidup dengan cara humanis, kalau bisa nolong orang ya nolong orang lain, pokoknya lakukan sesuatu itu yang penting tidak merugikan diri sendiri, tidak merugikan orang lain juga” W2.A.P.06062016.J72 Bagi sebagian besar orang beragama, kitab suci merupakan pedoman dalam menjalankan hidup, tetapi hal ini tidak menjadi bagian dari diri subjek. Tidak ada acuan ataupun pedoman hidup yang harus ditaati oleh subjek. Subjek melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dia pikirkan dan dia rasakan. “tidak punya yang kayak gitu, aku jalani hidup berdasarkan apa yang aku, pikirk an dan aku rasakan aja” W2.A.P.06062016.J76

d. Transision