28
Berikut contoh koding yang digunakan: W1.A.L.12092015.J2. W1 berarti wawancara yang pertama kali; A merupakan kode untuk inisial
subjek; L berarti jenis kelamin subjek; 12092015 berarti tanggal dan wawancara dilaksanakan; J2 berarti kutipan jawaban yang tertera pada
verbatim.
F. Prosuder Analisa Data
Beberapa tahapan dalam menganalisis data ku alitatif menurut Poerwandari 2007, yaitu:
1. Koding
Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan
mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari.
Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan
prosedur yang tidak sepenuhnya. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak dan bertanggung jawab memilih cara koding yang dianggapnya paling
efektif bagi data yang diperolehnya Poerwandari, 2007.
2. Organisasi Data
Highlen dan Finley dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk :
Universitas Sumatera Utara
29
a. Memperoleh data yang baik.
b. Mendokumentasikan analisis yang dilakukan.
c. Menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian
penelitian. Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data
mentah catatan lapangan dan kaset hasil rekaman, data yang sudah diproses
sebagiannya transkrip
wawancara, data
yang sudah
ditandaidibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis.
3. Analisis Tematik
Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan “pola” yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema
tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat
menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara
gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan
fenomena dan
secara maksimal
memungkinkan interpretasi fenomena.
4. Tahapan Interpretasi
Kvale dalam Poerwandari, 2007 menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus
Universitas Sumatera Utara
30
mendalam. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale dalam Poerwandari, 2007, yaitu pertama, konteks interpretasi pemahaman
diri self understanding terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan kedalam bentuk yang lebih padat condensed aspek yang oleh subjek
penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Hal ini peneliti lakukan dengan memindahkan hasil wawancara kedalam
bentuk verbatim tertulis. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis critical commonsense understanding terjadi bila peneliti berpijak
lebih jauh dari pemahaman diri subjek penelitiannya. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis. Konteks pemahaman teoritis adalah
konteks yang paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami pernyataan-pernyataan yang ada,
sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subjek ataupun penalaran umum.
5. Pengujian Terhadap Dugaan