KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN

60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan dari penelitian ini dan pada bagian akhir akan dikemukakan saran- saran baik yang bersifat praktis maupun metodologis yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa sbujek melalui 5 tahapan proses menuju ateis yang telah dijabarkan oleh Krueger. Pada tahap detachment, subjek mengalami keraguan terhadap eksistensi Tuhan dan agama. Pada tahap ini, subjek mulai mempertanyakan asal Tuhan, bagaimana bumi tercipta dan sebagainya. Akan tetapi dia tidak tahu mengapa dia mulai ragu. Keraguannya muncul semata-mata hanya karena rasa penasaran subjek terhadap Tuhan. Tidak ada alasan yang pasti yang dapat menjelaskan keraguannya. Subjek juga berusaha menghilangkan pikiran buruknya mengenai Tuhan. Pada tahap kedua yaitu doubt, keraguan subjek terhadap Tuhan semakin dalam, terutama terhadap pandangan agama. Banyak hal yang mempengaruhi subjek, salah satunya pandangan dan perkembangan sains atau ilmu pengetahuan. Bagi subjek, ilmu pengetahuan memberikan pandangan yang logis dapat dapat diterima dengan mudah oleh akal sehat. Berbeda dengan agama, ilmu pengetahuan memberikan penjelasan yang lebih konkrit bagaimana alam semesta Universitas Sumatera Utara 61 ini tercipta. Ilmu pengetahuan dapat menjelaskan sebab yang mengakibatkan sesuatu tercipta. Bagi subjek, pandangan agama tidak seperti itu, agama hanya menyuruh umat manusia untuk percaya atau beriman bahwa sesungguhnya Tuhan yang menciptakan tanpa ada proses atau suatu alasan secara konkrit kenapa bumi bisa tercipta. Selain pandangan dan perkembangan ilmu pengetahuan, kekecewaannya terhadap tindakan dan perilaku buruk orang beragama juga mempengaruhi dan membuat keraguan subjek semakin dalam. Menurut subjek, orang beragama seharusnya bisa berperilaku secara baik, tanpa adanya perbedaan pendapat yang menyebabkan konflik tercipta. Peperangan, bom bunuh diri, dan lain sebagainya merupakan suatu fenomena nyata yang dilihat subjek sebagai suatu tindakan buruk yang dilakukan orang beragama. Dengan adanya faktor-faktor tersebut membuat subjek semakin ragu terhadap agama dan Tuhan. Subjek mulai tidak menjalankan ritual agama yang selama ini dilakukannya sebagai seorang muslim. Pada tahap ketiga yaitu dissociation, subjek mulai memisahkan diri dari agama yang dianutnya sebelumnya. Walaupun subjek masih percaya bahwa Tuhan itu ada, tetapi tidak satupun ide agama yang dia tanamkan pada dirinya. Subjek merasa terbebas dan tidak terikat lagi oleh agama manapun. Selama menganut agama, subjek merasa terkekang terhadap agama tersebut, subjek merasa melakukan sesuatu karena ada yang menyuruhnya untuk itu. Pada tahap ini subjek tidak merasakan lagi hal yang demikian. Subjek melakukan sesuatu berdasarkan apa yang dia pikirkan dan dia rasakan. Bagi subjek, melakukan sesuatu atau berbuat baik tidak harus ada yang menyuruh untuk melakukan itu. Universitas Sumatera Utara 62 Pada tahap keempat yaitu transision, subjek mulai mencari orang-orang yang memiliki pandangan yang sama terhadap subjek. Pada tahap inilah subjek menemukan suatu komunitas online di media sosial facebook. Komunitas ini bernama ABAM anda bertanya ateis menjawab. Ada pun komunitas lain yang dikunjungi subjek seperti AI ateis indonesia. Pada komunitas ateis inilah subjek menemukan orang-orang yang memiliki pandangan sama terhadap dirinya mengenai Tuhan dan agama. Berbagai pertanyaan yang sama, asumsi yang sama, serta jawaban yang sama, subjek merasa bahwa inilah yang selama ini dicarinya. Subjek merasa nyaman didalamnya. Pada tahap terakhir yaitu declaration, subjek mulai mengakui dan menyatakan dirinya sebagai seorang ateis. Bagi subjek Tuhan hanyalah sebuah pandangan semu, ide yang tidak masuk akal yang diciptakan manusia itu sendiri. Bagi subjek, segala sesuatu terjadi dan tercipta harus ada hal yang mendasarinya. Tuhan yang selama ini dia percayai, baginya yang sekarang hanyalah sebuah cerita dongeng, Tuhan itu tidak ada. Tetapi keputusannya menjadi seorang ateis bukan tanpa hambatan. Di Indonesia yang merupakan negara yang mayoritas beragama, menjadi seorang ateis akan sangat sulit diterima di masyarakat umum, terutama di lingkungan keluarga. Subjek belum berani menyatakan dirinya sebagai seorang ateis terhadap keluarganya. Subjek takut membuat kecewa keluarganya yang selama ini telah mendidik dan membesarkan dia. Bukan hanya itu, subjek juga dapat menjadi musuh bagi orang beragama yang sangat taat terhadap agama dan Tuhan. Selain itu juga, subjek akan merasa kesulitan dalam pemilihan pasangan hidup nantinya. Belum tentu seseorang mau menerimanya dengan keadaan dan pandangan yang dianutnya. Belum lagi jika subjek berada di Universitas Sumatera Utara 63 lingkungan baru. Selama ini, sebagian besar teman-teman subjek sudah mengetahui dan dapat menerima pandangan subjek. Akan tetapi akan sulit bagi subjek jika dia berada di lingkungan baru, oleh karena itu subjek terus menggunakan topeng agama. Jika berada di lingkungan yang tidak mengenal subjek secara baik, subjek akan berpura-pura menjadi seorang muslim.

B. SARAN