Implementasi Kebijakan .1 Pengertian Implementasi

27 untuk memecahkan sebuah permasalahab public. Sehingga dalam penerapan kebijakan baru dapat menjadi lebih bermanfaaat dan kebijakan tersebut lebih baik dan lebih berhasil. I.5.2 Implementasi Kebijakan I.5.2.1 Pengertian Implementasi Dalam perumusan suatu kebijakan apakah menyangkut program maupun kegiatan-kegiatan selalu diiringi dengan suatu tindakan pelaksanaan atau implementasi. Karena betapapun baiknya suatu kebijakan tanpa implementasi maka tidak akan banyak berarti. Dalam kaitan ini seperti dikemukakan oleh Wahab 1997 : 51, menyatakan bahwa pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan jauh lebih penting daripada pembuatan kebijaksanaan. Kebijaksanaan hanya sekedar impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak mampu diimplementasikan. Menurut Nugroho 2006 : 31, Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan. Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elite, jika program tersebut tidak pernah diimplementasikan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian yang luas mempunyai makna pelaksanaan undang-undang dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya meraih tujuan-tujuan kebijakan dan program- program. Sementara itu Cleaves dalam Wahab, 1997 : 125 menyatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan implementasi dapat dievaluasi dari sudut Universitas Sumatera Utara 28 kemampuannya secara nyata dalam meneruskanmengoperasionalkan program- program yang telah dirancang sebelumnya. Sebaliknya, keseluruhan proses implementasi kebijakan dapat dievaluasikan dengan cara mengukur atau membandingkan antara hasil akhir dari program-program tersebut dengan tujuan- tujuan kebijakan. Dengan demikian tahapan implementasi ini merupakan bentukmewujudnyatakan setiap kebijakan dan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses ini berlangsung dan sangat menentukan bagaimana sebuah solusi dari permasalan yang ada dikerjakan sehingga benar-benar memberikan dampak sesuai dengan yang diharapkan sejak awal.

I.5.2.2 Model Implementasi kebijakan A. Model Van Meter dan Van Horn 1975

Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van Horn menjelaskan bahwa kebijakn dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan. Variabel-variabel tersebut yaitu : 1. Standar dan sasaran kebijakan Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat teralisir. Apabila standard dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik antara para agen implementasi. Mengukur kerja implementasi kebijakan tentunya menegaskan standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana kebijakan, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standard dan sasaran tersebut. Universitas Sumatera Utara 29 2. Sumber Daya Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non-manusia. Keberhasilan implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Manusia merupakan sumber daya yang terpenting dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan. Setiap tahap implementasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan secara politik. Selain sumber daya manusia, sumber daya finasial dan waktu menjadi perhitungan dalam keberhasilan implementasi kebiijakan. 3. Komunikasi dan Penguatan Aktifitas Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain agar tujuan kebijakan dapat tercapai. 4. Karakteristik Agen Pelakasana Mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program. 5. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Politik Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakn, sejauh mana kelompok- kelompok kepeningan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan yakni menolak atau mendukung, Universitas Sumatera Utara 30 bagaimana sifat opini public yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan. 6. Diposisi Implementor Disposisi implementor ini mencakup 3 hal penting yaitu : a. respon implementor terhadap kebijakan untuk melaksanakan kebijakan; b. kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan; c. intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

B. Model Merilee S. Grindle

Marilee S. Grindle 1980 memberi pemahaman bahwa studi implementasi kebijakan ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Grindle juga menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh derajat implementabilty dari kebijakan tersebut. Keunikan model Grindle terletak pada pemahaman yang komprehensif akan konteks kebijakan khususnya yang menyangkut implementor, penerima kebijakan, dan arena konflik yang mungkin terjadi serta sumber daya yang akan diperlukan selama proses implementasi. Secara konsep dijelaskan bahwa model implementasi kebijakan publik yang dikemukakan Grindle menentukan bahwa keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada program yang telah dirancang dan pembiayaan ysng cukup, selain dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Isi kebijakan yang dimaksud meliputi : 1. Kepentingan yang dipengaruhi oleh kebijakan. 2. Jenis manfaat yang dihasilkan 3. Derajat perubahan yang diinginkan Universitas Sumatera Utara 31 4. Kedudukan pembuat kebijakan 5. Siapa pelaksana program 6. Sumber daya yang dilibatkan Isi sebuah kebijakan akan menunjukan posisi pengambilan keputusan oleh sejumlah besar pengambil keputusan, sebaliknya ada kebijakan tertentu yang lainnya hanya ditentukan sejumlah kecil unit pengambil kebijakan. Selanjutnya pengaruh dalam konteks lingkungan terdiri dari : 1. Kekuasaan kepentingan dan strategi actor yang terlibat 2. Karakteristik lembaga dan penguasa 3. Kepatuhan dan daya tanggap pelaksana

C. Model Mazmanian dan Sabatier. 1983

Menyatakan bahwa studi implementasi kebijakan pulik adalah upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Model ini disebut sebagai kerangka analisis implementasi. Mazmanian dan Sabatier .dalam Wahab, 1997 : 125mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel, yaitu: 1. Karakteristik dari masalah, imdikatornya adalah : a. Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan b. Tingkat kemajukan dari kelompok sasaran c. Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi d. Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan 2. Karakteristik kebijakan, indikatornya adalah : a. Kejelasan isi kebijakan Universitas Sumatera Utara 32 b. Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis c. Besarnya alokasi sumber daya financial terhadap kebijakan tersebut d. Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar institute pelaksana e. Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana f. Tingkat komitmen aparat terhadap kebijakan 3. Variabel lingkungan, indikatornya adalah : a. Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi b. Dukungan public terhadap suatu kebijakan c. Sikap dari kelompok pemilih d. Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor

D. Model George Edwards III

Menurut Edward III, studi implementasi kebijakan adalah krusial bagi public administration dan public policy. Implementasi kebijakan adalah pembuatan kebijakan anatara pembentukan kebijakan dan konsekuensi- konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mempengaruhi masalh yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekali pun kebijakan itu diimplentasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplemenatsikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan. Menurut Edwards dalam Wahab, 1997 : 125, terdapat empat faktor atau variabel dalam implementasi kebijakan publik, yaitu : Universitas Sumatera Utara 33 1. Komunikasi Persyaratan pertama bagi implementasi kebijakan yang efektif adalah bahwa mereka melaksanakan keputusan harus mengetahui apa yang mereka lakukan. Keputusan-keputusan kebijakan dan perintah-perintah harus diteruskan kepada personil yang tepat sebelum keputusan dan perintahtersebut dapat diikuti. Tentu saja, komunikasi harus akurat dan harus dimengerti dengan cermat. Secara umum Edwards membahas tiga indicator penting dalam proses komunikasi kebijakan, yakni : a. Tranmisi, yaitu komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu implementasi yang baik pula. Seringkali terjadi masalah dalam penyaluran komunikasi, yaitu adanya salah pengertian yang disebabkan banyaknya tingkatan birokrasi yang harus dilalui dalam proses komunikasi, sehingga apa yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan. b. Kejelasan, yakni komunikasi yang diterima oleh pelaksana kebijkan harus jelas dan tidak membingungkan atau tidak ambigumendua. c. Konsistensi, yakni perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi harus konsisten dan jelas untuk ditetapkan atau dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana di lapangan. 2. Sumber Daya Sumber daya adalah factor yang paling penting dalam implementasi kebijakan agar efektif. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber Universitas Sumatera Utara 34 daya manusia, yakni kompetensi implementor, dan sumber daya financial. Tanpa adanya sumber daya, kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja. Indikator-indikator yang digunakan untuk melihat sejauh mana sumber daya mempengaruhi implementasi kebijakan adalah : a. Staf. Sumber daya utama implementasi kebijakan adalah staf atau pegawai. Kegagalan sering terjadi dalam implementasi kebijakan, salah satunya disebabkan oleh stafpegawai yang tidak cukup memadai, mencukupi, ataupun tidak kompeten dalam bidangnya. b. Imformasi. Dalam implementasi kebijakan, informasi mempunyai dua bentuk, yakni pertama, informasi yang berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Kedua, informasi mengenai data kapatuhan dari para pelaksana terhadap peraturan dan regulasi pemerintah yang telah ditetapkan. c. Fasilitas. Fasilitas fisik merupaka factor penting dalam implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai staf yang mencukupi, kapabel, dan kompeten, tetapi tanpa adanya fasilitas penukung sarana dan prasarana maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil. 3. Disposisi Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran dan sifat demokratis. Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh Universitas Sumatera Utara 35 pembuat kebijakan. Ketika implementor memiliki sifat atau perspektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif. 4. Struktur birokrasi Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikantrhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya rincian tugas dan prosedur pelayanan menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak. Selain itu struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Pada akhirnya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel. Menurut Edwards, ada dua karakteristik utamadari birokrasi, yakni prosedur-prosedur kerja ukuran-ukuran dasar atau sering disebut dengan Standar Operating Procedures SOP dan fragmentasi, yaitu : a. Berkembang sebagai tanggapan internal terhadap waktu yang terbatas dan sumber-sumber dari pada pelaksana serta keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya organisasi yang kompleks dan tersebar. b. Berasala terutama dari tekanan luar unit-unit birokrasi, seperti komit-komit legislative, kelompok kepentingan, pejabat eksekutif, konstitusi negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi pemerintah. Universitas Sumatera Utara 36

I.5.2.3 Model Implementasi Yang Digunakan

Dalam penelitian ini penulis memilih beberapa variebel yang menurut Edwards III dalam Wahab, 1997 : 125 yang dianggap mempengaruhi, antara lain : 1. Komunikasi. Yaitu menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program kebijakan dengan para kelompok sasaran target group. Tujuan dan sasaran dari kebijkan dapat disosialisasikan secar baik sehingga menghindari adanya distorsi atas keijakan dan program. Ini menjadi penting karena semakin tinggi pengetahuan kelompok sasaran atas program maka akan mengurangi tingkat peolakan dan kekeliruan dalam mengaplikasikan program dan kebijakan dalam ranah sesungguhnya. 2. Sumber Daya. Perintah-perintah implementasi mungkin diteruskan secara cermat, jelas dan konsisten, tetapi jika para pelaksana kekurangan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan, maka implementasi ini pun cenderung tidak efektif. Dengan demikian, sumber daya dapat menjadi faktor yang penting dalam melaksanakan kebijakan publik. Sumber daya yang penting meliputi staff yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan untuk menterjemahkan usul-usul di atas kertas guna pelaksakan pelayanan publik. Universitas Sumatera Utara 37 3. Kecenderungan-kecenderungan Disposisi. Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijkan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu, dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan di awal. Demikian pula sebaliknya, bila tingkah laku- tingkah laku atau perspektif-perspektif para pelaksana berbeda dengan para pembuat keputusan, maka proses pelaksanaan suatu kebijakan menjadi semakin sulit. Dalam beberapa kasus, karena sifat dari kebijakan serta sifat dari sistem pengadilan, seringkali suatu kebijakan dilaksanakan oleh yurisdiksi yang lain. Hal ini berakibat pada semakin terbukanya interpretasi terhadap kebijakan yang dimaksud dan bila hal ini benar-benar terjadi maka akan berakibat pada semakin sulitnya implementasi kebijakan, sebab interpretasi yang terlalau bebas terhadap kebijakan akan semakin mempersulit implementasi yang efektif dan besar kemungkinan implementasi yang dijalankan menyimpang dari tujuan awalnya. Mengingat pentingnya kecenderungan – kecenderungan ini bagi implementasi kebijakan yang efektif, maka akan dibahas dampak dari kecenderungan –kecenderungan tersebut terhadap implementasi kebijakan. 4. Struktur Birokrasi Dalam implementasi kebijakan, struktur birokrasi mejadi hal penting dalam proses kebijakan. Aspek struktur birokrasi mencakup dua hal penting pertama adalah mekanisme dan struktur organisasi pelasana Universitas Sumatera Utara 38 sendiri. Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui standar operating procedur SOP yang sudah dicantumkan dalam guideline programkebijakan. SOP yang baik mencantumkan kerangka kerja yang jelas, sistematis, tidak berbelit dan mudah dipahami oleh siapa pun karena akan menjadi acuan dalam bekerjanya implementor. Sedangkan struktur organisasi pelaksana haruslah menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks.struktur organisasi pelaksana harus dapat menjamin adanya pengambilan keputusan atas kejadiam dalam kebijakan secara cepat dan efektif. Berikut ini gambar model Edward III : Gambar 1.2 Model Implementasi Edward III Komunikasi Sumber daya Disposisi Implementasi Struktur birokrasi Universitas Sumatera Utara 39

I.5.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah SAKIP