15
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Di setiap periodisasi kepemerintahan pastinya akan dituntut peningkatan terhadap pelayanan publik yang lebih berkualias dan proses pembangunan yang
berkelanjutan. Sehingga pemerintah sebagai pengelola pelayanan publik harus mampu menunjukkan performa kinerja yang baik dalam mewujudkan prinsip-
prinsip good governance. Bila ditelusuri mengenai karakteristik good governance, terdapat beberapa
kesamaan da tuntutan serta sistem politik demokratis terutama yang meliputi , rule of law, transparancy, accountability, consensus. Dari segi masing-masing tersebut
good geovernance dapat melakukan koordinasi yang baik dan integritas , professional serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian penerapan
good governance dalam penyelengaraan kekuasaan pemerintah negara merupakan tantangan sendiri.
Penghambat good governance disebabkan adanya penyelewengan wewenang aparatur pemerintah yang diberikan kepada masyarakat yang tidak
efisien, efektif, tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi dan kebutuhan masyarakat terhadap perkembangan lingkungan global yang mendorong suburnya
praktik-praktik KKN Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme yang mendorong masyarakat menginginkan pemerintahan yang baik. Akibat maraknya patologi
birokrasi tersebut membuat pemerintah pusat maupun daerah harus bekerja keras
Universitas Sumatera Utara
16
dalam upaya penerapan koordinasi yang baik dan integritas , professional serta etos kerja dan moral yang tinggi dalam pemebrian pelayanan publik.
Negara Indonesia secara eksplisit mulai mengimplementasikan konsep akuntabilitas melalui Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP dengan dilatarbelakangi keinginan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih
berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab disamping untuk mengetahui kemampuan instansi pemerintahan dalam pencapaian visi, misi dan
tujuan organisasi. Hal ini muncul berdasarkan pengalaman dan pengamatan sejarah birokrasi Indonesia yang selama ini belum menunjukkan kondisi prima
sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat. Kondisi ini menjadi penyebab utama ketidakberhasilan kinerja birokrasi dalam upaya menuju good governance.
Sejak munculnya iklim yang lebih demokratis dalam pemerintahan, kinerja instansi pemerintah semakin menjadi sorotan dan masyarakat mulai banyak
menuntut nilai yang diperoleh atas pelayanan yang diberikan. Dilihat dari perkembangan yang telah dilakukannya akuntabilitas kinerja
pemerintah kabupatenkota dalam tiga tahun belakangan ini cukup meningkat. Selain penilaian terhadapa seluruh kabupatenkota, jumlah yang mendapat nilai
CC cukup baikmemadai ke atas berkinerja baik juga mengalami peningkatan. Ada peningkatan yang sinifikan pada tahun 2012 ini telah dilakukannya penilaian
akuntabilitas terhadap 435 89 dari 491 pemerintah kabupatenkota. Hasilnya, sebanyak 106 kabupatenkota atau hampir mencapai 25. jumlah kabupatenkota
yang berkinerja baik mendapat nilai CC ke atas. Dari hasil penilaian, dua kabupatenkota diantaranya mendapat nilai B baik, dibanding tahun sebelumnya
Universitas Sumatera Utara
17
hanya satu kota. Adapun 104 lainnya mendapat nilai CC. Selain itu sebanyak 253 kabupatenkota mendapat nilai C, dan masih ada 76 kabupatenkota yang nilainya
D. Sebanyak 56 kabupatenkota tidak belum bisa dievaluasi, karena tidak ada data atau tidak membuat laporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
LAKIP dan penetapan kinerja PK. Kota Pematangsiantar memperoleh nilai D atas hasil evaluasi Sistem
akuntabilitas kinerja pemerintah SAKIP oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Kemenpan-RB, hal ini menjadi bahan
evaluasi dan pelajaran ke depan. Jika dikonversikan ke dunia akademik, berarti Pemko Siantar dinyatakan tidak lulus. http:www.menpan.go.idberita-
terkini1024-akuntabilitas-kinerja-kabupaten-kota-makin-meningkat- akuntabilitas-kinerja-kabupaten-kota-makin-meningkat-akuntabilitas-kinerja-
kabupaten-kota-makin-meningkat. Selain kota Pematangsiantar, kabupatenkota lain yang nilainya D dalah
Karo, Labuhan Batu, Nias Barat, Nias Utara dan Humbang Hasundutan Humbahas. Sementara, yang mendapat nilai C agak kurang adalah Asahan,
Dairi, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Langkat, Nias, Nias Selatan, Padang Lawas, Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah,
Toba Samosir, Kota Binjai, Kota Tanjung Balai dan Gunung Sitoli. Sedangkan yang mendapat nilai CC cukup baikmemadai hanya empat, yakni Pakpak Barat,
Kota Medan, Kota Sibolga dan Tebingtinggi.
http:www.metrosiantar.com20140130120997evaluasi-akuntabilitas-kinerja-pemerintah- pemko-siantar-nilai-d
Untuk mengatasi berbagai permasalahan tersebut Plt. Deputi Pengawasan dan Akuntabilitas Kementerian PANRB, Wiharto mengatakan perlunya
Universitas Sumatera Utara
18
memperkuat penerapan akuntabilitas kinerja, mutlak diperlukan kebijakan yang mengintegrasikan sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem
akuntabilitas kinerja itu sendiri. Peraturan perundangan yang memayungi, lanjut Wiharto, sebenarnya tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Namun peraturan
perlaksanaannya, seperti dalam hal aplikasi Renstra, Renja dan RKA, ternyata tidak selalu menggunakan nomenklatur maupun pengertian yang sama, serta tidak
selalu ada keterhubungan. http:www.menpan.go.idberita-terkini1024-
akuntabilitas-kinerja-kabupaten-kota-makin-meningkat-akuntabilitas-kinerja- kabupaten-kota-makin-meningkat-akuntabilitas-kinerja-kabupaten-kota-makin-
meningkat. Salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD yang turut wajib
memberikan laporan akuntabilitas kinerjanya adalah Dinas Kebersihan Kota Pematangsintar yang bertanggung jawab atas penyelenggara urusan pelayanan
umum di bidang kebersihan, termasuk pengelolaan sampah Kota Pematangsiantar. Penanganan kebersihan dan sampah selalu menjadi permasalahan pelik di setiap
daerah. Hal itu disebabkan karena kebersihan lingkungan secara langsung terkontaminasi kepada masyarakat. Oleh karena itu perlu peningkatan pelayan
pemerintah untuk penanganan kebersihan lingkungan kota Pematangsiantar. Kota Pematangsiantar merupakan salah satu kota terbesar kedua setelah
Kota Medan di Propinsi Sumatera Utara. Kota Pematangsiantar tergolong kedalam kota sedang dengan jumlah penduduk yang padat yakni 236.947 jiwa
dengan luas wilayah 79.97 km
2
. Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat di mana Kota Pematangsiantar menjadi
kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota
Universitas Sumatera Utara
19
penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, Kota Pematangsiantar memiliki 8 hotel berbintang,
10 hotel melati dan 268 restoran. www.pematangsiantarkota.go.idprofil-daerahshowall=limitsart. Dengan
semakin tingginya pertambahan penduduk dan meningkatnya aktivitas kehidupan masyarakat di Kota Pematangsiantar berakibat semakin banyak timbunan sampah
yang jika tidak dikelola secara baik dan teratur bisa menimbulkan berbagai masalah, bukan saja bagi pemerintah daerah tetapi juga bagi seluruh masyarakat.
Data Badan Penanganan Statistik Kota Pematangsiantar, 2013 Sejalan dengan aktivitas penduduk, sampah di Kota Pematangsiantar dapat
bersumber dari perdagangan, perindustrian, pemukiman, perkantoran, rumah sakit, dan sebagainya sehingga jenis sampah yang timbul juga bervariasi. Pada
tahun 2013, Kota Pematangsiantar dengan jumlah penduduk 236.947 jiwa, menghasilkan sampah sebanyak 587 m
3
hari, dengan jumlah sampah yang terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir TPA sebanyak 493 m3hari. Sehingga
banyaknya sampah yang belum terangkut ke TPA adalah 94 m3hari. Jika dihitung per bulan, maka dapat dipastikan timbulan sampah baik yang diangkut
maupun yang tidak terangkut ke TPA semakin banyak. Data Badan Penanganan Statistik Kota Pematangsiantar, 2013
Dari data di atas, sesungguhnya Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar memiliki tanggung jawab yang berat untuk dapat mencapai visi yang diemban,
yaitu mewujudkan pelayanan kebersihan yang prima. Hal ini menjadi evaluasi terhadap hasil capaian Kinerja Instansi Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar
dalam LAKIP Tahun 2014 di mana menyandang predikat tidak lulus yaitu nilai D
Universitas Sumatera Utara
20
yang salah satu program kerjanya adalah peningkatan sarana dan prasarana kebersihan.
Dari beberapa uraian di atas tampak bahwa dinas kebersihan sebagai instansi pemerintah wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dalam mencapai
visi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul āImplementasi Kebijakan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah AKIP pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantarā.
I.2 Rumusan Masalah