103
IV. 2 Kendala dalam Implementasi SAKIP Pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar
Dalam implementasi kebijakan memang merupakan suatu proses yang kompleks dimana juga terdapat banyak faktor dan pihak-pihak yang berkaitan
sehingga tahapan kebijakan menjadi krusial dan pentig untuk diperhatikan. Sama halnya seperti yang dialami oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dalam
pelaksanaan SAKIP sebagai suatu upaya membentuk instansi yang akuntabel. Bila diperhatikan dari beberapa faktor di atas yang mempengaruhi implementasi
kebijakan, ada beberapa kendala yang dirasakan dalam pengimplementasian kebijakan SAKIP, secara khusus penyusunan LAKIP di Dinas Kebersihan Kota
Pematangsiantar antara lain sosialisasi dan pendidikan dan pelatihan serta keterbatasan anggaran dalam menjalankan program baru serta keterbatasan
fasilitas. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahawa pengimplementasian
SAKIP melibatkan komitmen dari seluruh komponen dari instansi pemerintah yang bersangkutan karena merupakan kebijakan yang diterapkan sebagai bentuk
pertanggunjawaban internal intansi tersebut dalam hal ini yaitu Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar. Oleh karena itu dibutuhkan koordinasi yang baik dan
pembagian tugas yang jelas untuk setiap bagiannya. Dalam penyusunan LAKIP Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dibutuhkan kerjasama dan inisiatif dari
setiap bidang dan bagian yang ada. Dengan kualitas LAKIP yang disusun oleh bidang Penyusunanan dan Pelaporan
di mana setiap bagian dan bidang yang telah melaksanakan tugasnya dalam hal
Universitas Sumatera Utara
104
merencanakan, merealisasikan dan mengevaluasi setiap program dan kegiatannya masing-masing. Seiring dengan kenyataanya di Dinas Kebersihan Kota
Pematangsiantar sering tiap bidang dan bagian tidak memeberikan laporannya tepat waktu yang telah ditetapkan sehingga pengerjaan LAKIP harus dikerjakan
secara terburu-buru bila sudah mendekati waktu yang telah ditentukan oleh bagian Administrasi Pemerintahan Umum Sekretarian Daerah Kota Pematangsiantar.
Sehingga bidang penyusunan program dan pelaporan harus berkoordinasi dan bekerja sama terus untuk pemenuhan laporan kepada setiap bidang atau bagian
yang mengalami keterlambatan. Hal ini disebabkan oleh kesibukan dari masing- masing bidang dan bagian tersebut untuk tugas dan fungsinya.
Jika dilihat dari kondisi pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar secara kuantitas dan kualitas pun masih perlu diperbaiki ke depannya. Jumlah
pegawai yang cenderung stabil sesuai dengan beban kerjanya masing-masing serta disiplin kehadiran pegawai cenderung baik. Cuma hal yang perlu diperhatikan
yaitu pengalaman pendidikan dan pelatihan DIKLAT kepada setiap pegawai dan THL di Dinas Kebersihan. Khusunya di bidang penyusunan program dan
pelapporan, perlu pendidikan dan pelatihan untuk pemahaman makna dari setiap indikator yang ada di format penyunan LAKIP yang diberikan oleh bagian
Administrasi Pemerintahan Umum. Dengan kurangnnya pendidikan dan pelatihan maka menjadi kurang maksimalnya pembentukan program baru sesuai denga
tugas dan fungsinya dan penangannya terhadap sampah. Selanjutnya, penyusunan LAKIP ini tidak melibatkan masalah dana atau
anggaran yang akan direncanakan ataupun ditetapkan. Anggaran yang ada digunakan hanya untuk membiayai proses pengerjaan LAKIP antara lain
Universitas Sumatera Utara
105
penyediaan ATK dan biaya duplikasi LAKIP untuk diserahkan kepada lembaga yang berwewenang dan terkait.
Dalam mendapatkan informasi dari informan atas keterlambatan memang saat ini Pemenpan dan RB belum ada menegaskan sanksi bagi setiap instansi yang
terlambat atau bahkan tidak menyerahkan LAKIPnya, sehingga menyebabkan kebijakan SAKIP ini memiliki kekuatan kewajiban untuk segera dikerjakan,
namun keberadaan LAKIP ini pada dasarnya menjadi acuan bagi seluruh instansi pemerintah Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar untuk semakin memperbaiki
kinerjanya dalam mewujudkan visi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dari hasil wawancara yang di dapat oleh penulis, bagian Administarsi
Pemerintahan Umum Kota Pematangsiantar pada dasarnya tetap mendampingi dan mengawasi pengerjaan LAKIP setiap SKPD di jajaran Kota Pematangsiantar
sejak mulai proses pengerjaannya sampai pada perbaikan atau revisi LAKIP. Setiap LAKIP yang dianngap kurang memenuhi persyarakatan yang telah
ditentukan akan ditolak dan dikembalikan untuk segera diperbaiki. Untuk menegaskan kembali pentingnya SAKIP ini dilaksanakan oeleh setiap SKPD
maka bagian Administrasi Pemerintahan Umum menetapakan semacam peringatan. Kepada SKPD yang terlambat memeberikan LAKIPnya akan
diberikan surat peringatan untuk segera mengumpulkannya dan apabila tidak mengerjakan LAKIP akan sangat berdampak kepada dengan tidak dapat
menyusun kembali rencana kerja dan persetujuan anggaran kinerja tahun berikutnya. Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar selalu berupaya memberikan
LAKIPnya tepat pada waktunya. Informan menyatakan dari hasil evaluasi bagian Administrasi Pemerintahan Umum LAKIP Dinas Kebersihan telah memenuhi
Universitas Sumatera Utara
106
syarat dan ketentuan yang ditetapkan dan mendapat nilai yang baik. Namun pernah juga LAKIP Dinas Kebersihan dikembaikan untuk diperbaiki karena
ketidaksesuai pengisian format yang telah ditentukan. Demikian halnya dengan fasilitas sebagai faktor penting untuk menunjang
pencapaian kerja yang lebih baik. Fasilitas di Dinas Kebersihan kurang memenuhi karena keterbatasan ruangan gedung beserta peralatan seperti truk dan container
yang mengalami rusak berat akibat usia dan keterbatasan suku cadangnya. Hal tersebut juga menjadi permasalah anggaran yang kurang memadai untuk Dinas
Kebersihan untuk mengoperasionalkan kerjanya.
Universitas Sumatera Utara
107
BAB V ANALISIS DATA
Dalam bab ini penulis menyajikan analisis data, yaitu penyusunan secara sistematis data yang telah diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkannya ke dalam unit-unit dan menyusunnya ke dalam pola sehingga
dapat dipahami baik oleh peneliti sendiri maupun orang lain sampai akhirnya melahirkan kesimpulan akan fenomena yang sedang diamati.
Pada penelitian ini penulis melihat pelaksanaan SAKIP di Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar dari 4 empat variabel yang menjadi sorotan,
anatara lain : komunikasi, sumber daya, struktur organisasi, serta disposisi. Variabel-variabel ini memberikan dampak yang sangat berpengaruh terhadap
efektifitas suatu implementasi kebijakan publik.
V.1 Implementasi Kebijakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah SAKIP Pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar.
Untuk pembahasan dalam penelitian ini, peneliti memakai defenisi implementasi dari George Edwards III yang mengatakan implementasi kebijakan
adalah tahap yang menentukan keberhasilan pelaksanaan kebijakan diperhatikan dari isi kebijakan tersebut dan konsekuensi atau dampak apa yang diberikan
kepada masyarakat yang mempengaruhinya serta bagaimana keseluruhan faktor yang ada di dalamnya komunikasi, sumber daya, struktur birokrasi dan disposisi
saling berinteraksi dalam pelaksanaanya karena menurut Edward tidak ada faktor
Universitas Sumatera Utara
108
tunggal dalam implementasi kebijakan. Satu kondisi akan dipengaruhi oleh kondisi lain yang disebabkan oleh faktor-faktor yang saling berinteraksi. Jika
suatu kebijakan tidak tepat atau tidak bisa mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan
sekalipun kebijakan tersebut diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akn mengalami kegagalan jika
kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksanan kebijakan. Berikut ini hasil analisi faktor atau variabel yang mempengaruhi pelaksanaan
SAKIP di Kantor Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar
V.1.1 Komunikasi