121
BAB VI PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar mengimplementasikan kebijakan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP sejak tahun 2011
dengan penyusunan rencana strategis yang mencakup visi dan misi Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar yang disesuaikan dengan visi dan misi
Walikota Pematangsiantar, penetapantujuan dan sasaran serta penetapan indikator kinerja sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu Instruksi Presiden Nomor 7
Tahun 1999 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah SAKIP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disajikan dalam
bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa implementasi SAKIP pada Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar telah dikerjakan dengan baik dilihat dari empat
faktor yang mempengaruhi implementasi sesuai dengan teori George Edward III, yaitu :
1. Komunikasi. Penyaluran komunikasi dirasakan sudah baik, dilihat dalam
hal menyebarkan surat edaran dari Kepala Dinas Kota Pematangsiantar kepada bidang penyusunan program dan pelaporan, kejelasan informasi
yang didapatkan dari Inpres Nomor 7 Tahun 1999 dan beserta format isian penyusunan LAKIP yang diberikan oleh bagian Administrasi
Pemerintahan Umum Pematangsiantar dan konsistensi dari kebijakan yang merupakan salah satu bentuk pengawasan dan pengedalian dari pemerintah
terhdap tanggung jawab internal suatu lembaga atau instansi pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
122
Demikian juga halnya koordinasi di antara bidang dan bagian di Dinas Kebersihan cenderung baik kepada bidang penyusunan program dan
pelaporan walaupun ada sedikit miskomunikasi dan keterlambatan aibat kesibukan di setiap bidang ataupun bagiannya masing-masing.
2. Struktur birokrasi. Di Dinas Kebersihan sendiri masih belum memiliki
SOP yang baku dalam melaksanakan SAKIP dan masih mengikuti acuan dari Inpres Nomor 7 Thaun 1999 dan bimbingan dari Bagian Administrasi
Pemerintahan Umum pematangsiantar. Dalam hal ini setiap bidang dan bagian di Dinas kebersihan sudah menyadari akan tanggungjawabnya
masing-masing dalam pelaksanaan SAKIP yang harus dikerjakan di internal Dinas Kebersihan itu sendiri. Sejauh ini koordinasi di tiap bidang
dan bagian berjalan lancar dan penyerahan laporan pertangungjawaban bisa secara tepat waktu kepada bagian Administrasi Pemerintahan Umum.
3. Sumber daya. Hal ini dilihat dari 3 bentuk yang berbeda yaitu staf,
financial dan kewenangan. Kemampuan pegawai dalam pelaksanaan SAKIP sudah cukup baik. Pegawai Dinas Kebersihan sungguh jarang
mengikuti pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan kualitas kerja. Dalam hal fasilitas yang ada sudah cukup memadai bila disesuaikan
dengan tugas Dinas Kebersihan yang hanya mengumpulkan dan membuang sampah di Tempat Pembuangan Akhir. Kewenangan yang
dimiliki oleh Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar pun secara legal diatur dalam Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 28 Tahun 2011
Tentang Uraian Tugas dan Fungsi Dinas-Dinas Daerah Kota Pematangsiantar.
Universitas Sumatera Utara
123
4. Disposisi atau kecenderungan-kecenderungan implementor yang
ditemukan pada pegawai Dinas Kebersihan Kota Pematangsiantar menerima kebijakan SAKIp dan kecenderungan ini nampak terlihat dari
komitmen pegawai dalam hal kedisplinan kerjanya.
VI.2 Saran