Pengujian efek antidiare METODE PENELITIAN

28

3.7.2.2 Pembuatan suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb

Tablet imodium® mengandung 2 mg loperamid HCl, di timbang sebanyak 20 tablet berat = 2400 mg, di gerus dan di ambil serbuk sebanyak 900 mg di masukkan ke dalam lumpang, di tambah suspensi CMC 1 sedikit demi sedikit sambil di gerus homogen, di cukupkan dengan suspensi CMC 1 sampai 50 ml. Perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10, halaman 62. 3.7.2.3 Pembuatan suspensi EEDG konsentrasi 3; 2,25; 1,5; 0,75 bv Sejumlah suspensi CMC 1 di masukkan ke dalam lumpang di tambahkan sebanyak 1500 mg EEDG di gerus sampai homogen, lalu di cukupkan dengan CMC 1 sampai 50 ml konsentrasi 3. Pembuatan EEDG untuk konsentrasi 2,25, 1,5, dan 0,75 di buat dengan mengambil 7,5 ml, 5 ml dan 2,5 ml dari masing-masing, di masukkan ke dalam labu tentukur 10 ml dan di cukupkan dengan garis tanda dengan suspensi CMC 1.

3.7.3 Pengujian efek antidiare

Dosis EEDG di tentukan berdasarkan orientasi pada hewan percobaan terhadap parameternya yaitu saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare dan lama terjadi diare. Dosis yang di gunakan yaitu dosis 10, 20, 25, 50, 75 dan 100 mgkg bb. Hasil orientasi yang di pilih adalah dosis 25 mgkg bb 0,75; dosis 50 mgkg bb 1,5; dosis 75 mgkg bb 2,25; dan dosis 100 mgkg bb 3. Larutan suspensi di buat bervariasi agar pemberian dosis EEDG untuk setiap tikus, pada masing-masing kelompok seragam yaitu sebesar 0,667 mltikus. Sebagai kontrol positif suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb 0,03 dengan pemberian 0,667 mltikus dan kontrol negatif suspensi CMC 1. Hasil orientasi dosis bahan uji dapat di lihat pada Lampiran 13, halaman 66. Universitas Sumatera Utara 29 Urutan penelitian sebagai berikut : a. tikus di adaptasikan dengan lingkungan penelitian selama 2 minggu. b. tikus di puasakan 18 jam sebelum penelitian, selanjutnya di kelompokkan menjadi 6 kelompok masing-masing 6 ekor. c. semua tikus di berikan oleum ricini sesuai berat badan tikus secara oral. d. satu jam setelah pemberian oleum ricini, masing-masing kelompok di beri perlakuan yaitu kelompok I di berikan suspensi CMC dosis 1 sebagai kontrol negatif, kelompok II di berikan suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb sebagai kontrol positif dan empat kelompok masing-masing di berikan suspensi EEDG dosis 25, 50, 75 dan 100 mgkg bb. Semua perlakuan di berikan secara oral. e. pengamatan di lakukan setiap 30 menit selama 6 jam meliputi saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses berlendirberair, lembek dan normal, diameter serapan air, berat feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare. Cara pengamatan parameter: a. diare di tandai dengan buang air besar dimana frekuensinya meningkat dari keadaan normal dan konsistensi feses yang lembek atau cair. b. saat mulai terjadinya diare, caranya dengan mencatat waktu mula-mula terjadinya diare dalam menit setelah pemberian oleum ricini. c. konsistensi feses, caranya dengan melihat feses tikus apakah berlendirberair, lembek dan normal. d. diameter serapan air, caranya dengan meletakkan feses di atas kertas saring setiap 30 menit setelah pemberian oleum ricini, lalu di biarkan selama 15 menit dan di ukur diameter serapan air pada kertas saring dalam cm. Universitas Sumatera Utara 30 e. berat feses, caranya dengan menimbang berat feses dalam gram setiap 30 menit setelah pemberian oleum ricini. f. frekuensi diare, caranya dengan menghitung berapa kali terjadinya diare selama pengamatan. g. lama terjadinya diare, caranya dengan mencatat selisih waktu terakhir terjadinya diare saat konsistensi feses kembali normal dengan waktu mula- mula terjadinya diare saat konsistensi berlendir atau berair dalam menit Adiyana, 2004; Sa’roni, 1996 3.8 Analisis Data Data hasil pengamatan saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses diameter serapan air dan berat feses, frekuensi diare dan lama terjadinya diare dianalisis secara statistik dengan metode anava analisis variansi pada tingkat kepercayaan 95 dilanjutkan dengan uji duncan untuk melihat perbedaan nyata antar kelompok perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution versi 16. Universitas Sumatera Utara 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Bogor. Hasilnya menunjukkan sampel yang digunakan adalah daun gambir Uncaria gambir Roxb.. Terlihat pada Lampiran 1, halaman 50. 4.2 Hasil Karakterisasi 4.2.1 Pemeriksaan makroskopik Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun gambir menunjukkan bentuk daun-daun kering dengan bagian-bagian yang remuk, ringan, mudah patah, warna permukaan luar coklat muda sampai coklat kekuningan, kadang terlihat getah- getah yang lengket pada daun, berwarna putih, bau khas aromatis dengan rasa kelat. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 3, halaman 52.

4.2.2 Pemeriksaan mikroskopik

Hasil pemeriksaaan mikroskopik simplisia daun gambir menunjukkan adanya sel batu besar, dinding agak tipis, kadang kecil memanjang. Sel parenkim besar, dinding tipis, hablur kalsium oksalat bentuk jarum. Rambut penutup terdiri dari satu sel ujung runcing. Hasil dapat dilihat pada Lampiran 4, halaman 53.

4.2.3 Pemeriksaan karakteristik simplisia dan ekstrak

Karakteristik serbuk simplisia dan ekstrak etanol daun gambir yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.1. Karakteristik kadar air simplisia dan ekstrak tidak tercantum di buku Materia Medika Indonesia Jilid V 1989. Universitas Sumatera Utara