Penentuan lama terjadinya diare

43 semakin lemah, begitu juga sebaliknya semakin rendah frekuensi terjadinya diare maka efek antidiare akan semakin kuat. Terlihat pada Lampiran 19, halaman 81.

4.4.4 Penentuan lama terjadinya diare

Pada Tabel 4.8 dan Gambar 4.5, terlihat hubungan antara dosis dengan lama terjadinya diare pada hewan uji setelah pemberian EEDG. Terlihat pada Lampiran 16, halaman 69. Tabel 4.8 Hasil data lama terjadinya diare Keterangan: OR : oleum ricini; EEDG : ekstrak etanol daun gambir SD : standar deviasi Gambar 4.5 Grafik lama terjadinya diare Pemberian oleum ricini pada kelompok kontrol menghasilkan waktu lama terjadinya diare 283 ± 13,30 menit, setelah pemberian EEDG dengan dosis yang 50 100 150 200 250 300 OR + CMC 1 bb OR + Loperamid 1 mgkg bb OR + EEDG 25 mgkg bb OR + EEDG 50 mgkg bb OR + EEDG 75 mgkg bb OR + EEDG 100 mgkg bb W a k tu Kelompok lama terjadinya diare vs waktu No Kelompok Lama terjadi diare menit ± SD 1 OR + CMC 1 bb 283 ± 13,30 2 OR + Loperamid HCl 1 mgkg bb 139 ± 17,00 3 OR + EEDG 25 mgkg bb 267 ± 12,53 4 OR + EEDG 50 mgkg bb 216 ± 17,42 5 OR + EEDG 75 mgkg bb 138 ± 13,51 6 OR + EEDG 100 mgkg bb 115 ± 6,88 Universitas Sumatera Utara 44 bervariasi mengakibatkan waktu lama terjadinya diare menjadi berkurang. EEDG dosis 100 mgkg bb 115 ± 6,88 menit memiliki waktu lama terjadi diare tersingkat jika dibandingkan kelompok dosis 25 mgkg bb 267 ± 12,53 menit, dosis 50 mgkg bb 216 ± 17,42 menit, dosis 75 mgkg bb 138 ± 13,51 menit dan kelompok pembanding 139 ±17,00 menit. Terlihat pada Lampiran 17, halaman 75. Pada hasil analisis statistik anava p0,05 dilanjutkan uji beda rata-rata Duncan, lama terjadinya diare menunjukkan kelompok dosis 50 mgkg bb berbeda efek signifikan terhadap kelompok kontrol dan kelompok dosis 25 mgkg bb. Sedangkan kelompok 100 mgkg bb berbeda efek signifikan terhadap kelompok 75 mgkg bb dan kelompok pembanding. Efek yang tidak berbeda signifikan dihasilkan oleh kelompok dosis 75 mgkg bb dengan kelompok pembanding, juga kelompok 25 dan 50 mgkg bb tidak berbeda signifikan. Terlihat pada Lampiran 19, halaman 81. Parameter yang telah diamati efek antidiare dapat di kategorikan berdasarkan tingkat efektivitasnya dalam menekan diare sebagai berikut: 1. Lemah, bila efek antidiare diatas efek kelompok kontrol dan dibawah efek kelompok pembanding. 2. Sebanding, bila efek antidiare sama dengan efek kelompok pembanding. 3. Kuat, bila efek antidiare diatas efek kelompok pembanding. Pada kategori efek antidiare dari masing-masing kelompok bahan uji dapat di kategorikan sebagai berikut: dosis 25 dan 50 mgkg bb mempunyai efektivitas yang lemah dalam menekan diare di bandingkan suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb; dosis 75 mgkg bb mempunyai efektifitas yang sebanding atau sama Universitas Sumatera Utara 45 dengan loperamid HCl dosis 1 mgkg bb karena mampu menekan diare dan dosis 100 mgkg bb mempunyai efektifitas yang lebih kuat dalam menekan diare di bandingkan dengan suspensi loperamid HCl dosis 1 mgkg bb. Hal ini di sebabkan karena jumlah dosis yang di berikan berbeda-beda sehingga mempengaruhi kekuatan bahan uji dalam menekan diare, yang mana semakin tinggi dosis di berikan maka semakin besar efek antidiare yang akan di hasilkan oleh dosis tersebut. Pada skrining fitokimia yang dilakukan menunjukkan daun gambir mengandung tanin, yang di perkirakan bekerja sebagai adstringens dan dapat menciutkan selaput lendir usus sehingga menekan terjadinya diare dan meringankan keadaan diare yang non spesifik pada tikus Hariana, 2008; Tan dan Rahardja, 2002. Universitas Sumatera Utara 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN