Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras .1 Deskripsi Variabel Penelitian

5.4 Hubungan Karakteristik Konsumen Terhadap Permintaan Telur Ayam Ras a. Hubungan Pendapatan dengan Harga Beli Telur Ayam Ras Hasil pengujian yang dilakukan menggunakan SPSS pada Lampiran 3, didapat korelasi antara pendapatan dengan harga beli telur ayam ras sebesar 0,291 dan nilai signifikansinya adalah 0,12. b. Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Harga Beli Telur Ayam Ras Hasil pengujian yang dilakukan menggunakan SPSS pada Lampiran 3, didapat korelasi antara jumlah tanggungan dengan harga beli telur ayam ras sebesar 0,16 dan nilai signifikansinya adalah 0,11. 5.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras 5.5.1 Deskripsi Variabel Penelitian Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan konsumen terhadap telur ayam ras di Kecamatan Medan Kota diananlisis dengan metode regresi linier berganda. Permintaan telur ayam ras Y diduga dipengaruhi oleh pendapatan X 1 , jumlah tanggungan X 2 dan harga telur ayam ras X 3 . Data yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yakni data primer yang didapat dengan cara mewawancara konsumen telur ayam ras. Pendapatan Konsumen Telur Ayam Ras Pendapatan konsumen dalah keseluruhan pendapatan yang diterima konsumen. Pekerjaan konsumen terdiri atas beberapa jenis yakni : karyawan swasta, pedagang, buruh dan PNS. Dalam penelitian ini rata-rata jumlah pendapatan sampel adalah Rp. 2.365.833bulan dengan range Rp. 900.000 – Rp. 5.000.000 Jumlah Tanggungan Konsumen Telur ayam Ras Jumlah tanggungan adalah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggung jawab konsumen sampel secara ekonomi seperti istri, anak dan saudara yang menjadi tanggungan konsumen. Universitas Sumatera Utara Dalam penelitian ini rata-rata jumlah tanggungan sampel adalah 3,1 orang dengan range 1-6 orang. Harga Beli Telur Ayam Ras Harga beli telur ayam ras adalah nilai yang bersedia dibayarkan oleh konsumen untuk memperoleh suatu barang yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini rata-rata harga beli telur ayam ras adalah Rp. 1.246butir dengan range Rp. 1.100- Rp. 1.500. 5.5.2 Pengaruh Variabel Penelitian Terhadap Permintaan Telur Ayam Ras Pengaruh Pendapatan Terhadap Permintaan Telur Ayam Ras Faktor ini diduga sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras, karena pendapatan yang didapatkan konsumen untuk menghidupi kebutuhan konsumen dan keluarganya. Dengan kata lain apabila pendapatan tinggi maka jumlah permintaan telur ayam ras juga juga meningkat. Pengaruh Jumlah Tanggungan Terhadap Permintaan Telur ayam Ras Faktor ini diduga sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras, karena jumlah tanggungan menentukan biaya kebutuhan pribadi keluarga konsumen, sehingga diduga semakin banyak jumlah tanggungan konsumen maka pengeluaran konsumen semakin tinggi. Pengaruh Harga Telur Ayam Ras Terharap Permintan Telur Ayam Ras Faktor ini diduga sebagai faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras, karena harga telur ayam ras menentukan seberapa banyak kemampuan konsumen untuk dapat membeli telur ayam ras, sehingga diduga semakin tinggi harga telur ayam ras maka semakin sedikit telur ayam ras yang dapat dibeli oleh konsumen. Universitas Sumatera Utara

5.5.2 Hasil Interpretasi Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk pemaparan mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kecamatan Medan Kota akan dijelaskan menggunakan persamaan regresi linier berganda. Data primer yang didapatkan melalui kuisioner ditabulasi kemudian dianalisis menggunakan SPSS 16 sehingg menghasilkan Lampiran 4 dan dirangkum dalam Tabel 5.8 berikut : Tabel 5.8 Pengaruh Variabel Terhadap Permintaan Telur Ayam Ras Variabel Koefisien T Hitung Signifikan Konstanta -284.164 -2.782 .007 Pendapatan 1.658E-6 2.353 .027 Tanggungan 64.474 7.748 .000 Harga .269 3.201 .002 Sumber : Data diolah dari lampiran 4 R 2 = 0.716 F Hitung = 47.02 F tabel = 2.77 T tabel = 1.67 Signifikan = .000 Dari Tabel 5.8 diatas diperoleh persamaan sebagai berikut : Y= -284.164+0.000001658EX 1 +64.474X 2 +0.269X 3 +e Keterangan : Y = Permintaan Telur Ayam Ras Butir X 1 = Pendapatan Rpbulan X 2 = Jumlah Tanggungan Jiwa X 3 = Harga Beli Telur Ayam Ras RpButir Universitas Sumatera Utara Model persamaan yang dilampirkan di atas menjelaskan faktor yang paling mempengaruhi permintaan telur ayam ras di Kecamatan Medan Kota yakni, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga beli telur ayam ras . Kemudian hasil estimasi di atas dapat dilihat bahwa R 2 = 0,716 yang bermakna bahwa variabel penelitian seperti pendapatan, jumlah tanggungan dan harga beli telur ayam ras mampu menjelaskan variasi variabel permintaan telur ayam ras sebesar 71,6 sisanya 28,4 dijelaskan variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model estimasi. Dari hasil uji simultan uji serempak yang dilakukan dengan melihat signifikansi secara bersama-sama variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat dependent variable, dari estimasi tersebut diperoleh nilai F hit sebesar 47,02 lebih besar dari F tabel 2,77 dapat dilihat pada Lampiran 5. Nilai signifikansi uji F pada Tabel 5.8 sebesar 0,000 lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang ditolerir yaitu 5. Hal ini menunjukkan bahwa H ditolak dan H 1 diterima yang berarti pendapatan X 1 , jumlah tanggungan X 2 dan harga beli telur ayam ras X 3 secara serempak berpengaruh nyata terhadap permintaan telur ayam ras di Kecamatan Medan Kota dengan tingkat keyakinan 95. Pengujian dilakukan dengan memandingkan nilai F hit dengan f tabel . Untuk Degree of Freedom pada pengujian F adalah v 1 = k-1 = 4-1 =3 dan v 2 = n-k = 60-4 = 56, dijumpai F-tabel pada α = 0,05 sebesar 2,77 dapat dilihat pada Lampiran 5. Pengujian secara parsial dilakukan dengan membandingkan nilai t hit dengan nilai t tabel. Selain itu juga dilihat berdasarkan nilai signifikansi sig pada hasil estimasi. Berdasarkan uji paarsial Uji t-statistik dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan telur ayam ras Y, pada jumah sampel n 60, variabel bebas k = 3. Koutsoyiannis 1981 menjelaskan bahwa besarnya k adalah variabel bebas Universitas Sumatera Utara termasuk konstanta. Dengan demikian k = 4 dijumpai Degree of Freedom df = 60-4 = 56. Pada df dan jumlah parameter 4 dijumpai t tabel pada pengujian = 0,05 sebesar 1.67 dapat dilihat pada Lampiran 6. Kemudian hasil estimasi diperoleh hasil uji parsial sebagai berikut : 1. Konstanta sebesar -284.164, secara teoritis nilai ini menunjukkan bahwa permintaan telur ayam ras di Kecamatan Medan Kota adalah sebesar -284.164 apabila tidak dipengaruhi oleh pendapatan X 1 , jumlah tanggungan X 2 dan harga beli telur ayam ras X 3 . 2. Nilai t hit pendapatan X 1 sebesar 2,353 lebih besar dari t tabel 1,67 dan nilai signifikan t 0,022 lebih besar dari nilai α sebesar 0,05 dengan demikian H diterima H 1 ditolak. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal yakni pendapatan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan telur ayam ras di Kecamatan Medan Kota. 3. Nilai t hit jumlah tanggungan X 2 sebesar 7,748 lebih besar dari t tabel 1,67 dan nilai signifikan t 0,000 lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05 dengan demikian H ditolak H 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap permintaan telur ayam ras di Kcamatan Medan Kota. 4. Nilai t hit harga beli telur ayam ras X 3 sebesar 3,201 lebih besar dari t tabel 1,67 dan nilai signifikan t 0,02 lebih dari nilai α sebesar 0,05 dengan demikian H ditolak H 1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa harga beli telur ayam ras secara parsial berpengaruh signifikan terhadap permintaan telur ayam ras di Kcamatan Medan Kota.

5.5.2 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

Dalam suatu model regresi linier berganda ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi yang secara statistic dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat menyesatkan Universitas Sumatera Utara kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik. Sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu : Uji Multikolinearitas Uji multikoliniearitas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF masing-masing variabel berikut ini : Tabel 5.9 Nilai Tolerance dan VIF permintaan Telur Ayam Ras Variabel Tolerance VIF Pendapatan 0.696 1.436 Tanggungan 0.741 1.349 Harga 0.915 1.093 Sumber : Analisa data primer dari lampiran 3 Gejala multikolinearitas tidak terjadi jika nilai VIF 10 dan nilai Tolerance 0,1. Berdasarkan Tabel 5.9, dapat dilihat bahwa variabel pendapatan, tanggungan dan harga masing-masing nilai VIF-nya sebesar 1.436, 1.349, 1.093 10. Sedangkan masing-masing nilai Tolerance-nya sebesar 0.696, 0.741, 0.915 0.1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas didalam model persamaan ini. Uji Normalitas Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic tidak menjadi valid untuk sampel kecil. Uji normalitas dapat dilihat dari grafik Scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut: Universitas Sumatera Utara Gambar 5.1 Grafik Normal Plot Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras Berdasarkan tampilan grafik normal plot diatas terlihat bahwa titik menyebar dekat garis di sekitar garis diagonal. Ini menunjukkan bahwa data berdistribusi normal memenuhi asumsi normalitas atau dapat dikatakan bahwa persyaratan normalitas data bisa dipenuhi. Uji Heteroskedastisitas Pada penelitian ini untuk pengujian heterokedastisitas akan diuji koefisien spearman”s rho. Menurut Priyatno 2008 uji Spearman”s rho adalah mengorelasikan variabel independen dengan residualnya. Pengujian menggunakan tingkat signifikan 0,05 dengan uji 2 sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual memberikan nilai : a. Tingkat signifikansi 0,05, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. b. Tingkat signifikansi 0,05, maka terjadi heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dapat dilihat dari grafik Scatterplot hasil pengolahan dengan SPSS berikut ini : Universitas Sumatera Utara Gambar 5.2 Scatterplot Uji Heteroskedastisitas Jumlah Permintaan Telur Ayam Ras Dari grafik Scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dikarenakan pada grafik terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan