diantaranya  akan  menjadi  sakit  TB,  sedangkan  pada  anak  usia  1-5  tahun,  yang menjadi  sakit  TB  jika  terinfeksi  TB  24,  usia  remaja  15,  dan  dewasa  5-10.
Anak  berusia  5  tahun  lebih  berisiko  tinggi  untuk  menjadi  sakit  TB  diseminata TB milier dan meningitis TB Kartasasmita, 2009.
b.  Jenis Kelamin
Berdasarkan  jenis  kelamin,  risiko  anak  yang  terinfeksi  TB  akan  menjadi sakit  TB  hampir  tidak  ada  perbedaan  antara  jenis  kelamin  laki-laki  maupun
perempuan  sampai  pada  umur  pubertas.  Pada  dasarnya,  anak  terutama  bayi  dan balita  memiliki  daya  tahan  tubuh  yang  masih  lemah  dimana  imunitas  selularnya
belum terbentuk secara sempurna Crofton, 1998. Penelitian di Gambia mengenai faktor  risiko    untuk  terjadinya  infeksi  TB  mendapatkan  bahwa  prevalensi  uji
tuberkulin  positif  pada anak  laki-laki  dan  anak  perempuan  tidak  berbeda  sampai usia  adolesen,  setelah  itu  lebih  tinggi  pada  anak  laki-laki.  Hal  ini  diduga  dari
peran  sosial  dan  aktivitas  sehingga  lebih  terpajan  pada  lingkungan,  atau  karena bawaan lebih rentan, atau adanya faktor predisposisi terhadap respon sensitivitas
tipe lambat Kartasasmita, 2009.
c.  Status Gizi
Tuberkulosis  dan    status  gizi  sangat  erat  kaitannya.  Infeksi  tuberkulosis menyebabkan kehilangan berta badan dan badan menjadi kurus. Status gizi  yang
rendah  juga  akan  meningkatkan  resiko  untuk  sakit  TB  Crofton,dkk.  Gizi merupakan salah satu variabel yang sangat berperan dalam timbulnya TB. Bakteri
TB adalah bakteri yang dapat tidur dormant selama bertahun tahun dan apabila bakteri  tersebut  memiliki  kesempatan  aktif  kembali,  salah  satu  yang  dapat
Universitas Sumatera Utara
mencegah  agar  seseorang  tidak  menjadi  sakit  TB  adalah  status  gizi  yang  baik, baik pada wanita, laki-laki, anak-anak maupun dewasa. Penyakit TB dapat dengan
mudah menyerang anak yang mempunyai status gizi kurang. Saat ini di Indonesia terdapat 13 anak kekurangan gizi, 18 berat badan di bawah standar, dan 36
terhambat  pertumbuhannya.  Status  gizi  pada  anak  sangat  penting,  karena  status gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan dan kekebalan tubuh anak, sehingga
anak  tidak  mudah  menderita  penyakit  TB.  Anak  dengan  status  gizi  yang  baik apabila  terinfeksi  dengan  bakteri  TB  cenderung  menderita  TB  ringan
dibandingkan dengan yang mempunyai status gizi buruk. Berdasarkan  penelitian  yang  dilakukan  Anasyia  Nurwitasari  tahun  2015
mengenai pengaruh status gizi dan  riwayat kontak terhadap kejadian tuberkulosis di Kabupaten Jember, terdapat hubungan antara status gizi anak dengan kejadian
tuberkulosis,  dengan  nilai  p-value  sebesar  0,004  0,05,  namun  berdasarkan  uji regresi  status  gizi  bukan  merupakan  faktor  yang  mempengaruhi  kejadian
tuberkulosis  di  Kabupaten  Jember  Nurwitasari,  2015.  Penelitian  lain  yang dilakukan  oleh  Sari  mengenai  faktor  risiko  kejadian  TB  paru  pada  anak  yang
sudah diimunisasi BCG , didapatkan hasil anak dengan status gizi kurang berisiko mengalami  tuberkulosis  8  kali  di  banding  anak  dengan  status  gizi  baik  Sari,
2011.
d.  Riwayat Kontak