Berdasarkan gambar 5.7 di atas dapat diketahui distribusi proporsi penderita tuberkulosis paru pada anak yang dirawat di RSUD Dr.Pirngadi Medan
tahun 2011-2015 berdasarkan riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru, pada pasien rawat inap, kategori ada riwayat kontak dan riwayat kontak yang
tidak jelas memiliki proporsi yang sama besar yaitu 34,5. Pada anak yang rawat
jalan, proporsi tertinggi yaitu riwayat kontak yang tidak jelas sebesar 64,6.
Riwayat kontak tidak jelas dengan penderita TB dewasa BTA+ yang dimaksud adalah orang dewasa yang tidak atau belum melakukan pemeriksaan
BTA, jadi ada kemungkinan dia tidak menderita TB paru atau sebenarnya menderita TB paru tapi belum diketahui.
Anak yang kontak erat dengan sumber kasus TB BTA+ lebih berisiko terinfeksi TB dibanding dibanding yang tidak kontak. Berdasarkan penelitian ang
dilakukan Yulistyaningrum dan Dwi sarwani sri rezeki tentang hubungan riwayat kontak penderita TB paru dengan kejadian TB paru anak di balai pengobatan
penyakit paru-paru BP4 Purwokerto didapatkan hasil sebagian besar kelompok kasus 73,7 memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dewasa BTA +, dan
berisiko 6,378 kali lebi besar menderita TB dibanding anak yang tidak memiliki riwayat kontak dengan penderita TB dewasa BTA +.
5.1.5 Proporsi Penderita Tuberkulosis Paru pada Anak Berdasarkan Skor Diagnosis
Proporsi skor diagnosis penderita tuberkulosis paru pada anak yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2015 dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.8 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita Tuberkulosis Paru pada Anak Umur 0-14 Tahun yang Rawat Inap dan Rawat
Jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011-2015 Berdasarkan Skor Diagnosis
Berdasarkan gambar 5.8 di atas dapat diketahui distribusi proporsi penderita tuberkulosis paru pada anak yang dirawat di RSUD Dr.Pirngadi Medan
tahun 2011-2015 berdasarkan skor diagnosisnya, baik pada anak yang rawat inap maupun rawat jalan proporsi tertinggi adalah pada penderita de
ngan skor ≥6, masing-masing sebesar 75,9 dan70,8, proporsi terendah adalah skor 6,
masing-masing sebesar24,1 dan 29,2.
5.1.6 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Tuberkulosis Paru pada Anak
Lama rawatan rata-rata penderita tuberkulosis paru pada anak di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011-2015 adalah 9 hari, SD= 9,2 hari. Minimum lama
rawatan adalah 1 hari dan maksimum 60 hari.
Karakteristik penderita dengan lama rawatan paling singkat ada 3 penderita, yang pertama adalah anak perempuan berumur 1 tahun bertempat
24.1 29.2
75.9
70.8
0.0 10.0
20.0 30.0
40.0 50.0
60.0 70.0
80.0
Rawat Inap Rawat Jalan
6 ≥6
Universitas Sumatera Utara
tinggal di Humbang Hasundutan dengan riwayat imunisasi lengkap, status gizi baik, ada riwayat kontak dengan penderita TB Paru yaitu paman penderita, skor
TB 6, sumber biaya dengan Askes, dan pulang dengan permintaan sendiri. Kedua adalah seorag anak laki-laki berumur 8 bulan bertempat tinggal di Serdang
Bedagai dengan riwayat tidak imunisasi BCG, status gizi buruk, riwayat kontak TB disangkal, skor diagnosis 6, sumber biaya dengan jaminan kesehatan, dan
pulang atas permintaan sendiri. Ketiga adalah seorang anak laki-laki berusia 10 bulan tempat tinggal di kota Medan, diimunisasi BCG, status gizi buruk, ada
riwayat kontak TB yaitu ibu penderita, berobat dengan biaya sendiri, dan pulang atas permintaan sendiri.
Karakteristik penderita dengan lama rawatan paling lama ada 1 orang yaitu anak laki-laki, berumur 1 tahun bertempat tinggal di Medan, memiliki jaminan
kesehatan, dengan status imunisasi tidak imunisasi BCG, berat badan 4 kg, status gizi buruk tipe marasmus, pembesaran kelenjar limfe kolli, aksila, inguinal positif
, penderita sudah menerima OAT selama 1 bulan, selain TB paru penderita juga memiliki penyakit GDD dan OMA. Setelah dirawat selama 60 hari pasien pulang
atas permintaaan sendiri.
5.1.7 Proporsi Penderita Tuberkulosis Paru pada Anak Umur 0-14