BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang kami lakukan, dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Bahwa buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. dapat digunakan sebagai
penggumpal lateks yang memenuhi Standar Indonesia Rubber SIR yaitu SIR 20.
2. Mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan variasi konsentrasi buah
asam jawa Tamarindus Indica L. pada konsentrasi 10 dan suhu 30 C
tanpa penambahan amonia menghasilkan mutu karet yang memenuhi SIR 20.
3. Mutu SIR dari lateks yang digumpalkan dengan variasi konsentrasi asam
jawa Tamarindus Indica L. pada konsentrasi 10 dan suhu 25 C dengan
penambahan amonia menghasilkan mutu karet yang memenuhi SIR 20.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan hasil yang diperoleh maka disarankan kepada peneliti selanjutnya agar melakukan pengolahan terlebih
dahulu terhadap bahan penggumpal alami yang digunakan dan menambahkan bahan pengawet pada lateks yang digunakan. Serta menggunakan uji
– uji terhadap sifat fisik lain seperti kadar zat menguap dan kadar nitrogen.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karet Alam
Karet alam berasal dari getah tanaman karet, Hevea brasiliensis. Sifat-sifat atau kelebihan karet alam diantara nya memiliki daya elastisitas atau daya lentingnya
yang sempurna dan sangat plastis sehingga mudah diolah, karet alam juga tidak mudah panas dan tidak mudah retak. Setiawan,2005
Lateks karet alam secara umum didefinisikan sebagai cairan yang keluar dari pembuluh lateks bila dilukai. Lateks itu sendiri adalah suatu sel raksasa yang
mempunyai banyak inti sel multinukleotida. Oleh sebab itu lateks sebenarnya adalah protoplasma. Lateks sewaktu keluar dari pembuluh lateks adalah dalam
keadaan steril, tetapi kemudian tercemar oleh mikroorganisme dari lingkungannya Darussamin,dkk, 1985.
Molekul karet alam terbentuk melalui reaksi adisi monomer-monomer isoprene secara
teratur yang terikat secara “kepala ke ekor”, memiliki susunan geometri 98 cis-1,4 dan 2 trans-1,4 dengan berat molekul berkisar antara 1-2
juta dan mengandung sekitar 15.000-20.000 ikatan tidak jenuh Stevens, 2007. Karet alam merupakan suatu rantai hidrokarbon poliisopren yang memiliki
rumus empiris C
5
H
8
dimana n adalah derajat polimerisasi yang besarnya bervariasi dari satu rantai kerantai yang lain, hidrokarbon dalam lateks asli
berbentuk bulatan-bulatan kecil yang diameter nya kira-kira 0,5µ 5 . 10
-5
cm tersuspensi dalam medium berair atau serum, konsentrasi hidrokarbon sekitar 35
dari berat total. Dari lateks ini, karet padatan dapat diperoleh dengan mengeringkan atau dengan pengendapan menggunakan asam. Perlakuan terakhir
menghasilkan karet yang lebih bersih, karena lebih banyak melepaskan unsur bukan karet dalam serum Treloar,1958.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan strukturnya, karet alam dapat dibagi dua yaitu ; karet hevea dan gutta percha yang hanya berbeda pada susunan atom nya sebelum dan sesudah
ikatan rangkap. Pada karet, ditemukan susunan cis, mendekati dan menyambung dengan rantai molecular pada sisi yang sama pada ikatan rangkap, dimana pada
gutta terdapat susunan trans mendekati dan menyambung pada sisi yang berlawanan dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :
H
3
C H
H
3
C CH
2
C = C C = C
H
2
C CH
2
n H
2
C H n
a b
Gambar 2.1.Struktur molekul dari a. Hevea brasiliensis, b. Gutta perca Aspolumin,1962
2.1.1. Sifat Kimia Karet
Hasil utama tanaman karet Hevea Brasiliensis adalah karet. Apabila hevea segar dicentrifuge pada kecepatan 32000 putaran per meneit rpm selama 1 jam akan
terbentuk 4 fraksi yaitu : 1.
Fraksi karet
Terdiri dari partikel-pertikel karet yang terbentuk bulat dengan diameter 0,05 – 3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari
protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap.
Universitas Sumatera Utara
2. Fraksi frey wessling
Fraksi ini terdiri dari pertikel – partikel frey wessling yang dikemukakan oleh
Frey Wessling. Fraksi ini bewarna kuning karena mengandung karotenida.
3. Fraksi serum
Juga disebut fraksi C centrifuge cerum mengandung sebahagian komponen bukan karet yaitu air, protein, karbohidrat, dan ion
– ion logam.
4. Fraksi bawah
Terdiri dari partikel-partikel lutoid yang bersifat gelatin mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium serta magnesium Omposunggu, 1987
2.1.2. Sifat Fisika Karet
Sifat fisika karet mentah dapat dihubungkan dengan dua komponen yaitu viskositas dan elastisitas yang bekerja secara serentak. Viskositas diperlukan
untuk mengukur ketahanan terhadap aliran deformasi. Terjadinya aliran pada
karet yang disebabkan oleh adanya tekanan gaya disebabkan oleh dua hal, yaitu :
1. Terlepasnya ikatan di dalam atau antara rantai pliisoprene seperti
terlepasnya benang-benang yag telah dirajut. Hal ini terjadi pada stress yang rendahkecil
2. Terlepasnya seluruh ikatan rantai poliisoprene dan satu monomer dengan
monomer yang lain saling tindih akan membentuk lingkungan yang Kristal.
Dengan demikian komponen viskositas adalah irreversible dan dihitung sebagai aliran dingin cold flow dari karet mentah, seedangkan elastisitas
mengukur energy yang segera dikembalikan oleh karet setelah diberikan input energy kepadanya. Elastisitas menunjukkan jarak diantara ujung-ujung rantai
poliisoprene Omposunggu,1987.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Jenis-jenis Karet Alam
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan yang ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet
yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah:
- Bahan olahan karet lateks kebun, sheet angin, slab tipis dan lump segar
- Karet konvensional RSS, white crepes, dan pale crepe
- Lateks pekat
- Karet bongkah atau block rubber SIR 5, SIR 10, SIR 20
- Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber
- Karet siap olah atau tyre rubber
- Karet reklim atau reclaimed rubber Tim Penulis, 2012
2.1.4. Standart Indonesia Rubber SIR
Ketentuan tentang SIR didasarkan pada ketentuan Mentri Perindustrian dan Perdagangan dengan SK No.143KP V 69. Yang berlaku mulai 18 Juni 1969
menetapkan ketentuan-ketentuan SIR sebagai berikut : 1.
SIR adalah karet alam yang dikeluarkan dari daerah-daerah yang termasuk dalam lingkungan Negara Repoblik Indonesia.
2. SIR yang diperdagangkan dalam bentuk bongkahan balok dengan ukuran
28x6.5 dalam inci. Bongkahan-bongkahan yang telah dibungkus dengan plastik polyetilen, tebalnya 0,03 mm, dengan titik pelunakan kurang dari 180
C, berat jenis 0,92 dan bebas dari segala bentuk pelapis couting. Pengepakan selanjutnya dapat dilakukan dalam kantung kertaskrapt 4 ply atau dalam
bentuk pallet seberat 0,5 ton atau 1 ton.
Universitas Sumatera Utara
3. Mutu untuk SIR ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis, berbeda dengan cara
visual yang konvensional sebagaimana tercantum dalam International Standart of Quality and packing for Natural Rubber The Green Book
4. SIR terdiri dari 3 jenis mutu dengan spesifikasi teknis SIR 5, SIR 10 dan SIR
20. Semua jenis karet yang diperdagangkan dalam bentuk SIR harus disertai dengan penetapan nilai plasticity Retention Index PRI dengan menggunakan
tanda huruf : “ H” untuk PRI lebih besar atau sama dengan 80.
“ M” untuk PRI antara 60 – 79. “ S ” untuk PRI antara 30 – 59.
Karet yang mempunyai nilai SIR lebih rendah dari 30 tidak diperkenankan dimasukkan dalam SIR.
5. Warna karet tidak menjadi bagian Dalam spesifikasi teknis.
6. Setiap produsen dari SIR dengan mutu apapun diwajibkan untuk mendaftarkan
pada Departeman Perdagangan. Departeman Perdagangan akan memberikan tanda pengenal produsen kepada setiap produsen karet bongkah, untuk setiap
pabrik yang diusahakan. Setiap mutu SIR diwajibkan untuk menyerahkan contoh-contoh hasil produksi kepada balai Penelitian Bogor atau Balai
Penelitian Perkebunan, sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh kedua balai tersebut untuk mendapatkan Surat Penetapan Jenis Mutu
Produksi 7.
Setiap eksport karet SIR wajib disertai dengan sertifikat kualitas yang dikeluarkandisahkan oleh Badan Lembaga Penelitian Perindustrian.
8. Setiap pembungkus bongkah dari SIR harus diberi tanda dengan lambing SIR
dan menurut ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Departemen Perdagangan.
Eksport dari karet bongkah yang tidak memenuhi syarat-syarat SIR di atas akan dilarang Omposunggu,1987.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5. Karet Alam SIR 20
Karet alam SIR 20 berasal dari koagulan lateks yang mudah menggumpal atau hasil olahan seperti lum, sit angin, getah keping, sisa dan lain-lain, yang diperoleh
dari perkebunan rakyat dengan asal bahan baku yang sama dengan koagulum. Langkah-langkah dalam proses pengolahan karet alam SIR 20 yaitu dengan
pemilihan bahan baku yang baik, koagulum lum mangkok, sleb, sit angin, getah sisa, dll. Kemudian dilakukan pembersihan dan pencampuran. Proses
pengeringan dilakukan selama 10 hari sampai 20 hari. Kemudian dilakukan proses peremahan, pengemasan bandela setiap bandela 33 kg atau 35 kg dan karet alam
SIR 10 siap untuk diekspor Ompusunggu, 1987.
2.2. Kestabilan Lateks