Pembahasan .1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Asam Jawa Tamarindus Indica L.

4.2 Pembahasan 4.2.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. Terhadap Nilai Plastisitas Awal Po dan Plastisitas Retensi Index PRI 4.2.1.1 Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Asam Jawa Tamarindus Indica

L. Terhadap Nilai Plastisitas Awal Po

Besarnya pengaruh penambahan buah asam jawa Tamarindus Indica L. sebagai penggumpal lateks memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks dimana grafik dapat dilihat pada gambar 4.1 dan 4.2 berikut : Gambar 4.1. Grafik hubungan nilai plastisitas awal Po vs Konsentrasi buah asam jawa dengan variasi suhu tanpa penambahan amonia 10 20 30 40 50 60 70 80 90 25 30 35 N il a i P o T a n p a A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2. Grafik hubungan nilai plastisitas awal Po vs Konsentrasi buah asam jawa dengan variasi suhu dengan penambahan amonia Plastisitas awal adalah plastisitas karet mentah yang langsung di uji tanpa perlakuan khusus sebelumnya, yang ditentukan dengan Wallace Plastimeter. Karet yang mempunyai Po yang tinggi, mempunyai rantai molekul yang tahan terhadap oksidasi. Sedangkan yang mempunyai Po yang rendah mudah teroksidasi menjadi karet lunak Walujuno, 1972. Penambahan konsentrasi buah asam jawa Tamarindus Indica L. dengan perbandingan konsentrasi 20 pada suhu 35 C menghasilkan nilai plastisitas awal yang maksimum sebesar 77,66 tanpa penambahan amonia. Hal ini disebabkan karena buah asam jawa mengandung ion kalsium yang sedikit, sehingga karet yang dihasilkan menjadi keras dan tahan terhadap oksidasi. Penambahan buah asam jawa Tamarindus Indica L. dengan perbandingan konsentrasi 10 pada suhu 25 C menghasilkan nilai plastisitas awal yang minimum sebesar 50 tanpa penambahan amonia . Hal ini disebabkan karena penambahan konsentrasi buah asam jawa yang sedikit mengandung logam kalsium. Sehingga mempercepat terjadinya oksidasi oleh oksigen di atmosfer dalam keadaan karet kering dan menyebabkan pemecahan rantai karbon karet sehingga molekul karet menjadi pendek dan karetnya lunak Kartowardoyo,1980. 10 20 30 40 50 60 70 80 25 30 35 N il a i P o D e n g a n A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara 4.2.1.2 Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. Terhadap Nilai Plastisitas Retensi Index PRI Besarnya pengaruh penambahan buah asam jawa Tamarindus Indica L. sebagai penggumpal lateks terhadap plastisitas retensi index PRI dimana grafik dapat dilihat pada gambar 4.3 dan 4.4 berikut : Gambar 4.3. Grafik Hubungan Nilai Plastisitas Retensi Index PRI vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu tanpa penambahan amonia 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 25 30 35 N il a i P R I T a n p a A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.4. Grafik Hubungan Nilai Plastisitas Retensi Index PRI vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu dengan penambahan amonia Plastisitas Retensi Index PRI adalah suatu ukuran ketahanan karet terhadap pengusangan atau oksidasi pada suhu tinggi. Faktor utama yang berpengaruh terhadap nilai plastisitas retensi index adalah zat peroksidan logam-logam dan zat-zat anti oksidan protein dan senyawa lain yang teradsorbsi pada karet. Dari gambar di atas diperoleh yaitu dengan penambahan buah asam jawa dapat menurunkan nilai plastisitas retensi index PRI. Pada konsentrasi 30 dan suhu 35 C , diperoleh nilai plastisitas retensi index minimum sebesar 48,24 tanpa menggunakan amonia. Hal ini disebabkan karena penambahan larutan asam yang banyak dan tingginya suhu juga ikut mempengaruhi. Proses penggumpalan lateks terjadi karena lateks merupakan suatu sistem koloid dimana partikel karet dilapisi oleh suatu protein dan fosfolipid yang terdispersi dalam serum, protein ini tersusun atas bermacam-macam asam amino. Asam amino yang mengandung muatan positif dan muatan negatif disebut ion zwitter Poedjadi, 1994. Setiap asam amino yang bermuatan positif dan negatifnya berimbang atau muatan bersihnya nol dikatakan berada pada titik isoelektrik. PH pada saat penimbangan ini terjadi disebut PH isoeletrik Wilbraham, 1992. 20 40 60 80 100 120 25 30 35 N il a i P R I D e n g a n A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara Pada buah asam jawa Tamarindus Indica L. konsentrasi 10 dan suhu 25 C diperoleh nilai plastisitas retensi index maksimum sebesar 96,24 dengan penambahan amonia. Hal ini disebabkan kandungan ion-ion logam yang terdapat pada buah asam jawa masih sedikit, ion-ion logam yang terdapat pada lateks ini dapat menetralkan muatan negatif pada partikel karet dan menyebabkan terganggunya kemantapan lateks serta rusaknya kestabilan sistem koloid lateks. Pecahnya partikel koloid lateks akan menyebabkan terbentuknya flokulasi dan lateks menggumpal Budiman S, 1983. Nilai dari plastisitas retensi index PRI tersebut memenuhi SIR 20 yang dapat dilihat pada lampiran. 4.2.2 Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. Terhadap Penetapan Viskositas Mooney Besarnya pengaruh penambahan buah asam jawa Tamarindus Indica L. sebagai penggumpal lateks memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks dimana grafik dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6 berikut : Gambar 4.5. Grafik Hubungan Nilai Viskositas Mooney vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu tanpa penambahan amonia 20 40 60 80 100 120 25 30 35 N il a i V M T a n p a A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.6. Grafik Hubungan Nilai Viskositas Mooney vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu dengan penambahan amonia Viskositas karet mentah dinyatakan sebagai Viskositas Mooney, yang menunjukkan panjangnya rantai molekul, berat molekul dan derajat pengikatan silang rantai molekulnya. Jika nilai viskositas tinggi berarti karet yang dihasilkan keras sehingga mutu karet yang dihasilkan tinggi, sebaliknya jika nilai viskositas rendah menghasilkan karet yang lunak sehingga mutu karet yang dihasilkan turun. Mooney Viskosimeter adalah alat untuk mengukur gesekan rotor pada karet yang berfungsi sebagai tahanan dengan meletakkan karet di atas dan di bawah rotor yang dapat berputar yang dirancang pada ML1+4, dimana dengan melakukan pemanasan pendahuluan pada suhu 100 C selama 1 menit dan pembacaan nilai rotor mooney pada menit ke 4 untuk setiap kecepatan rotor Cocard, 2004. Dari gambar di atas dengan penambahan buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. diperoleh nilai Viskositas Mooney minimum pada konsentrasi 20 dan suhu 30 C yaitu 57,4285 tanpa penambahan amonia. Dan diperoleh nilai maksimum pada konsentrasi 10 dan suhu 35 C yaitu 107,2857 tanpa penambahan amonia. 20 40 60 80 100 120 25 30 35 N il a i V M D e n g a n A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. Terhadap Penetapan Kadar Kotoran Besarnya pengaruh penambahan buah asam jawa Tamarindus Indica L. sebagai penggumpal lateks memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks dimana grafik dapat dilihat pada gambar 4.7 dan 4.8 berikut : Gambar 4.7. Grafik Hubungan Nilai Kadar Kotoran vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu tanpa penambahan amonia 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14 0.16 25 30 35 N il a i K K T a n p a A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.8. Grafik Hubungan Nilai Kadar Kotoran vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu dengan penambahan amonia Kadar kotoran merupakan salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam meningkatkan mutu karet. Zat – zat pengotor yang terkandung dalam karet adalah batu, pasir, daun, tali rotan, batang karet, pecahan mangkok karet, ranting pohon, dan tatal. Agar standar parameter kadar kotoran memenuhi standar zat – zat pengotor tersebut harus diminimalkan yang terdapat pada karet tersebut. Kualitas karet dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah kadar kotoran. Bila kadar kotoran sangat banyak maka akan mempengaruhi kualitas karet, untuk itu perlu diminimalkan kadar kotoran yang terdapat pada karet tersebut. Untuk menjaga kualitas karet remah tersebut agar memenuhi standar parameter kadar kotoran yang telah di terapkan. Kadar kotoran yang diperbolehkan masih memenuhi persyaratan yaitu SIR 20 harus 0,20 maksimum. Bila kadar kotoran lebih besar dari persyaratan yang di tentukan diatas maka kualitas mutu karet tidak baik karena tidak sesuai dengan kriteria maksimal kadar kotoran Ritonga, 2008. 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 25 30 35 N il a i K K D e n g a n A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara Dari gambar di atas diperoleh nilai kadar kotoran maksimum dengan penambahan buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. pada konsentrasi 20 dan suhu 35 C adalah 0,141 tanpa penambahan amonia. Sedangkan nilai kadar kotoran minimum pada konsentrasi 10 dan suhu 30 C yaitu 0,015 tanpa penambahan amonia. Sehingga memenuhi persyaratan SIR 20.

4.2.4 Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. Terhadap Penetapan Kadar Abu

Besarnya pengaruh penambahan buah asam jawa Tamarindus Indica L. sebagai penggumpal lateks memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks yang di gambarkan pada grafik di bawah ini : Gambar 4.9. Grafik Hubungan Nilai Kadar Abu vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu tanpa penambahan amonia 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 25 30 35 N il a i K A T a n p a A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.10. Grafik Hubungan Nilai Kadar Abu vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu dengan penambahan amonia Kadar abu dipengaruhi oleh faktor – faktor kontaminasi bahan asing dan jenis bahan pembeku yang digunakan. Kadar abu yang tinggi terjadi apabila ke dalam lateks dengan sengaja ditambahkan bahan asing seperti lumpur, pasir halus, untuk memanipulasi penentuan kadar karet kering, atau jika koagulum kebun telah dikotori oleh lumpur, endapan lateks, tanah liat, pasir, dan talk. Kotoran yang halus ini biasanya lolos dari saringan 325 mesh sehingga tidak bisa diamati sebagai kadar kotoran tetapi muncul sebagai kadar abu yang tinggi, kotoran halus berupa pasir atau tanah liat merusak sifat vulkanisasi karetnya. Semua yang menjadi dasar spesifikasi teknis dilakukan dengan pengujian laboratorium quality control Kartowardoyo, 1980. Kadar abu ash content ditentukan dengan hasil pengabuan suatu sampel karet setelah dipijarkan selama 2 jam pada suhu 550 C. Syarat uji kadar abu dimaksudkan untuk menjamin agar karet mentah yang dijual tidak terlalu banyak mengandung bahan – bahan kimia seperti : natrium bisulfit, natrium karbonat, dan tawas yang biasa digunakan dalam proses pengolahan Walujono, 1970. Dimana dari gambar diatas diperoleh nilai maksimum kadar abu menggunakan buah Asam Jawa Tamarindus Indical L. pada konsentrasi 10 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 25 30 35 N il a i K A D e n g a n A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara suhu 25 C yaitu 1,166 dengan penambahan amonia. Hal ini disebabkan karet masih mengandung bahan kimia yaitu amonia walau sudah melakukan pemanasan yang cukup tinggi dan cukup lama. Sedangkan nilai minimum kadar abu pada konsentrasi 10 dan suhu 25 C yaitu 0,078 tanpa penambahan amonia. 4.2.5 Pengaruh Variasi Konsentrasi Buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. Terhadap Penetapan Kadar Karet Kering KKK Besarnya pengaruh penambahan buah asam jawa Tamarindus Indica L. sebagai penggumpal lateks memiliki pengaruh terhadap pembentukan lateks yang di gambarkan pada grafik di bawah ini : Gambar 4.11. Grafik Hubungan Nilai Kadar Karet Kering vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu tanpa penambahan amonia 10 20 30 40 50 60 70 80 90 25 30 35 N il a i K K K T a n p a A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.12. Grafik Hubungan Nilai Kadar Karet Kering vs Konsentrasi Buah Asam Jawa Dengan Variasi Suhu dengan penambahan amonia Dari gambar diatas di peroleh nilai maksimum kadar karet kering KKK dengan menggunakan buah Asam Jawa Tamarindus Indica L. pada konsentrasi 10 dan suhu 30 C tanpa penambahan amonia. Sedangkan nilai minimum pada konsentrasi 10 pada suhu 35 C tanpa penambahan amonia. Pemanasan yang terjadi pada karet akan menyebabkan terjadinya pemutusan rantai molekul karet. Rantai – rantai molekul karet ini akan menjadi radikal – radikal bebas, karena pengaruh dari udara yaitu oksigen maka radikal bebas tersebut akan berikatan dengan oksigen. Terikatnya rantai molekul karet dengan oksigen menyebabkan rantai molekul karet menjadi pendek sehingga berat molekul menjadi lebih kecil Kartowardoyo, 1980. 5 10 15 20 25 30 35 40 25 30 35 N il a i K K K D e n g a n A m o n ia Temperatur ᵒC Asam Formiat Asam Jawa 10 Asam Jawa 20 Asam Jawa 30 Universitas Sumatera Utara

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN