BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Alat
- Alat Creeper Shanghai
- Lab mill Spend Reducer
- Wallace Punch Spend Reducer
- Plastimeter Wallace
- Mooney viskosimeter Sondes
- Cawan Platina
- Pembakar Listrik Karl Kolb
- Oven Gallenkamp
- Muffle furnace Sybron Termolir
- Desikator
- Beaker Glass Pyrex
- Bunsen - Gelas Ukur
Pyrex - Neraca Analitis
- Termometer
3.2. Bahan
- Lateks PTPN 3, Sumatera Utara
- Buah Asam Jawa - Kertas Lakmus Indikator
- Kertas Sigaret - Mineral Terpentin
- Curio Ts Sol 36 - Asam Formiat 67
- Amonia 2,5
Universitas Sumatera Utara
3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1. Penentuan kadar asam jawa Tamarindus Indica L
3.3.1.1. Pembuatan asam jawa 10
Ditimbang 10 gram asam jawa, kemudian di tambahkan 100 ml aquadest, lalu dihomogenkan, kemudian di saring.
3.3.1.2. Pembuatan asam jawa 20
Ditimbang 20 gram asam jawa, kemudian di tambahkan 100 ml aquadest, lalu dihomogenkan, kemudian disaring.
3.3.1.3. Pembuatan asam jawa 30
Ditimbang 30 gram asam jawa, kemudian di tambahkan 100 ml aquadest, lalu dihomogenkan, kemudian disaring.
3.3.2. Pengambilan lateks
Diambil lateks kebun sebanyak 1000 mL, kemudian disaring lateks, lalu dihomogenkan lateks.
3.3.3. Pengambilan Asam Formiat sebagai kontrol
Diukur Asam Formiat 67 sebanyak 80 ml, kemudian diukur sebanyak 40 ml sebagai kontrol penggumpal tanpa amonia, lalu diukur sebanyak 40 ml sebagai
kontrol penggumpal dengan amonia.
3.3.4. Pembuatan Amonia 2,5 sebagai anti koagulan
Diukur 50 ml amonia 25 , lalu dimasukkan kedalam labu takar 500 ml, kemudian dihomogenkan, lalu diambil amonia 2,5 sebanyak 10 ml.
3.3.5. Penggunaan buah asam jawa sebagai penggumpal lateks tanpa amonia
Disediakan lateks kebun sebanyak 1000 ml, kemudian masing-masing 100 ml lateks dimasukkan ke dalam 10 mangkok penggumpal, untuk mangkok 1
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan asam formiat sebanyak 40 ml yang digunakan sebagai kontrol, lalu untuk mangkok ke 2 sampai ke 4 ditambahkan dengan konsentrasi
penambahan 10 ; 20 ; 30 masing-masing sebanyak 40 mL pada suhu 25 C,
lalu untuk mangkok ke 5 sampai ke 7 ditambahkan dengan konsentrasi penambahan 10 ; 20 ; 30 masing-masing 40 mL pada suhu 30
C, lalu untuk mangkok ke 8 sampai ke 10 ditambahkan dengan konsentrasi penambahan 10 ;
20 ; 30 masing-masing 40 mL pada suhu 35 C, kemudian masing-masing
koagulum karet yang terbentuk digiling dengan alat creper sebanyak enam kali gilingan dan dikeringkan 7 hari sehingga menghasilkan karet kering, kemudian
setelah itu masing-masing koagulum karet yang sudah kering digiling dengan blending mill sebanyak tiga kali, lalu karet kering yang dihasilkan diuji mutu
karetnya yaitu Plastisitas Awal Po, Plastisitas Retensi Indeks PRI, Viskositas Mooney, Kadar Abu, Kadar Kotoran, Kadar Karet Kering KKK
sesuai dengan ketentuan SIR Standar Indonesia Rubber 20.
3.3.6. Penggunaan buah asam jawa sebagai penggumpal lateks dengan amonia
Disediakan lateks kebun sebanyak 1000 ml, kemudian ditambahkan amonia 2,5 sebanyak 10 ml kedalam 1000 ml lateks kebun, lalu di diamkan selama 5
jam, kemudian masing-masing 100 ml lateks dimasukkan ke dalam 10 mangkok penggumpal, untuk mangkok 1 ditambahkan asam formiat sebanyak
40 ml yang digunakan sebagai kontrol, lalu untuk mangkok ke 2 sampai ke 4 ditambahkan dengan konsentrasi penambahan 10 ; 20 ; 30 masing-masing
sebanyak 40 mL pada suhu 25 C, lalu untuk mangkok ke 5 sampai ke 7
ditambahkan dengan konsentrasi penambahan 10 ; 20 ; 30 masing-masing 40 mL pada suhu 30
C, lalu untuk mangkok ke 8 sampai ke 10 ditambahkan dengan konsentrasi penambahan 10 ; 20 ; 30 masing-masing 40 mL pada
suhu 35 C, kemudian masing-masing koagulum karet yang terbentuk digiling
dengan alat creper sebanyak enam kali gilingan dan dikeringkan 7 hari sehingga menghasilkan karet kering, kemudian setelah itu masing-masing koagulum
karet yang sudah kering digiling dengan blending mill sebanyak tiga kali, lalu
Universitas Sumatera Utara
karet kering yang dihasilkan diuji mutu karetnya yaitu Plastisitas Awal Po, Plastisitas Retensi Indeks PRI, Viskositas Mooney, Kadar Abu, Kadar
Kotoran, Kadar Karet Kering KKK sesuai dengan ketentuan SIR Standar Indonesia Rubber 20.
3.4. Pengujian Mutu Karet 3.4.1. Penetapan nilai Plastisitas Awal dan Plastisitas Retensi Index PRI
Ditimbang sekitar 15 gram lateks yang sudah dikeringkan, lalu digiling dengan gilingan laboratorium sebanyak tiga kali, lalu lembaran karet tersebut dilipat
dua, ditekan perlahan-lahan dengan telapak tangan, kemudian lembaran karet tersebut dipotong dengan alat wallace punch sebanyak enam buah potongan uji
dengan diameter 13 mm seperti gambar di bawah ini :
Gambar 3.1. Lembaran karet setelah di potong dengan alat wallace punch
Untuk pengukuran plastisitas awal diambil potongan uji 1, sedangkan potongan uji 2 untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan. Diletakkan
potongan uji 2 untuk pengukuran plastisitas setelah pengusangan di atas baki dan dimasukkan ke dalam oven pada suhu 140
C selama 30 menit. Lalu dikeluarkan kemudian didinginkan sampai suhu kamar, sementara potongan uji
1 sebanyak tiga buah diletakkan satu persatu diantara dua lembar kertas sigaret yang berukuran 35 mm x 45 mm selanjutnya diletakkan di atas piringan
plastimeter lalu piringan plastimeter tersebut ditutup, kemudian setelah ketukan pertama piringan bawah plastimeter akan bergerak ke atas selama 15 detik dan
1 2
1
2 1
2
Universitas Sumatera Utara
menekan piringan atas, lalu dilanjutkan sampai ketukan berakhir yang ditandai dengan angka jarum mikrometer berhenti bergerak pada nilai plastisitas karet,
sedangkan potongan uji 2 setelah pengusangan tadi diukur dengan cara yang
sama, kemudian tiga potongan uji dari setiap contoh diambil angka rata-ratanya
dan dibulatkan. Plastisitas Retensi Index PRI dapat dihitung dengan persamaan 3.1 sebagai berikut :
PRI = x 100
3.1
Dimana: Pa = Plastisitas setelah pengusangan
Po = Plastisitas sebelum pengusangan
3.4.2. Penetapan Viskositas Mooney
Sebelum pengukuran dilakukan, alat viskosimeter terlebih dahulu dipanaskan
selama 1 jam, kemudian masing-masing lembaran contoh karet diambil 2 buah
potongan uji dengan menggunakan alat wallace punch sehingga ukuran diameternya sama dengan ukuran diameter rotor, lalu dimasukkan rotor ke
contoh karet pertama yang telah diberi lubang dengan gunting lalu dimasukkan
bersama-sama ke stator bawah, kemudian contoh kedua diletakkan tepat di atas rotor, lalu ditutup stator atas dan setelah tertutup stopwatch dihidupkan,
kemudian setelah tepat satu menit, dijalankan rotor, kemudian setiap setengah menit dilihat nilai viskositas pada alat penunjuk, lalu angka yang ditunjukkan
jarum mikrometer setelah menit keempat adalah nilai viskositas karet. Viskositas Mooney dapat dihitung dengan persamaan 3.2 sebagai berikut :
ML 1+4’ x 100
o
C 3.2
Universitas Sumatera Utara
Dimana : M = Pembacaan nilai viskositas setelah 4 menit L = Besar rotor yang digunakan
1 = 1 menit waktu pemanasan 4 = Waktu 4 menit lamanya pengujian
100
o
C = Suhu pengujian
3.4.3. Penetapan Kadar Abu
Ditimbang masing-masing 5 gram contoh karet yang telah diseragamkan lalu dipotong-potong, lalu selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan platina yang telah
dikeringkan dan telah diketahui bobotnya, kemudian masing-masing cawan yang berisi karet kemudian dipindahkan di atas pembakar listrikgas sampai tidak
keluar asap, lalu pemijaran diteruskan di dalam tanur pada suhu 550 C selama
dua jam sampai tidak berjelaga lagi, kemudian didinginkan cawan yang berisi abu di dalam desikator sampai suhu kamar selama 30 menit, lalu ditimbang.
Kadar Abu dapat dihitung dengan persamaan 3.3 sebagai berikut :
Kadar Abu = x 100 3.3
Dimana: A = Berat cawan platina + abu B = Berat cawan platina
C = Berat potongan uji
3.4.4. Penentuan Kadar Karet Kering KKK
Universitas Sumatera Utara
Ditimbang lateks untuk menentukan bobot lateks, kemudian digiling karet kering 25 kali dengan ketebalan 6,9 mm untuk membersihkan sampel dari kontaminan
seperti potongan kulit karet, lumut, daun, pasir dan sebagainya, lalu digulung
hasil gilingan, kemudian ditimbang kembali untuk menentukan bobot karet kering. Kadar Karet Kering dapat dihitung dengan persamaan 3.4 sebagai berikut
:
KKK = x 100
3.4
3.4.5. Penentuan Kadar Kotoran
Ditimbang sample sebanyak 10 gram, kemudian dimasukkan kedalam Erlenmeyer yang telah diisi mineral terpentin sebanyak 230
o
C dan Curio Ts Sol 36 sebanyak 1,2 ml, lalu dipanaskan pada box infrared dengan suhu 255
o
C selama 2 jam dan selama pemanasan diguncang beberapa kali sampai larut
dengan baik, sebelumnya saringan ditimbang dalam keadaan kosong dan dicatat nomor saringannya, lalu setelah 2 jam kemudian larutan disaring, kemudian
dibilas Erlenmeyer dengan washing bottle untuk membersihkan kotoran yang tinggal di dasar Erlenmeyer, lalu dikeringkan saringan di dalam oven selama 1
jam sampai mencapai suhu kamar 100
o
C , kemudian didinginkan saringan beserta kotoran, lalu ditimbang dan dicatat berat saringan yang berisi kotoran
kotoran. Kadar Kotoran dapat dihitung dengan persamaan 3.5 sebagai berikut :
Kadar kotoran = x 100
3.5 Dimana :
A = bobot saringan + kotoran B = bobot saringan kosong
C = bobot contoh
3.5. Bagan Penelitian 3.5.1 Penentuan Kadar Asam Jawa