Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 18
2.3 Sasaran Penanggulangan Kemiskinan
Konsep Pendataan Kemiskinan
Sebelum mendalami masing-masing kelompok program penanggulangan kemiskinan atau klaster, perlu diketahui
bahwa sasaran program menggunakan data kemiskinan mikro berbeda dengan data makro kemiskinan yang
sebelumnya dibahas pada sub bab 2.1 dan 2.2. Keduanya digunakan oleh pemerintah, baik pusat maupun dan daerah,
namun memiliki metodologi yang berbeda.
Secara umum dapat dijabarkan bahwa data makro kemiskinan merupakan data yang hanya menunjukkan
jumlah agregat. Data ini dihasilkan dengan menggunakan Garis Kemiskinan atau berdasarkan rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan, yang diperoleh melalui Susenas yang diadakan setiap tahunnya oleh BPS. Data ini digunakan
sebagai dasar bagi perencanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan secara makro. Data makro kemiskinan ini
memiliki keunggulan karena dapat digunakan untuk melihat perkembangan
jumlah penduduk
dengan berbagai
karakteristiknya dari waktu ke waktu berikutnya time series. Namun demikian data tersebut tidak dapat
menunjukkan identitas individu dan keberadaanalamat mereka, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk
melaksanakan
program-program pembangunan
yang bersifat langsung ditujukan kepada masyarakat miskin
targeting, terutama
untuk program-program
yang ditujukan untuk memenuhi akses terhadap pelayanan dasar
kemiskinan non pendapatan. Untuk tujuan tersebut dan dalam rangka peningkatan efektivitas penanggulangan
kemiskinan, pemerintah melalui BPS melengkapi data kemiskinan dengan data mikro kemiskinan.
Data mikro kemiskinan adalah data kemiskinan yang menunjukkan identitas individurumah tangga ruta dan
keberadaanalamat. Data mikro kemiskinan diperoleh melalui survey PSE-05 dan diperbaharui melalui PPLS 2008
dan PPLS 2011. Pada awalnya, RTS dikelompokkan menjadi ruta sangat miskin RTSM, ruta miskin RTM dan ruta
hampir
miskinnear poor
RTHM. RTHM
dapat diklasifikasikan sebagai penduduk yang berada sedikit di
atas garis kemiskinan, namun sangat rentan terhadap guncangan ekonomi. Dasar pengelompokan tersebut adalah
nilai skor RTS IRM, yang dihitung dari bobot variabel dan nilai skor variabel terpilih. lihat tabel 9. Data mikro
kemiskinan ini digunakan sebagai data target program terkait penanggulangan kemiskinan.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 19
Tabel 9. Jumlah Rumah Tangga Secara Nasional
Berdasarkan Kriteria Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin
Kategori PSE-05
PPLS-2008 Rumah
Tangga Rumah
Tangga Anggota Rumah
Tangga jiwa RT Sangat Miskin RTSM
3.894.314 20,4
2.988.865 17,1
15.944.536 RT Miskin RTM
8.236.990 43,1
6.828.824 39,1
25.190.010 RT Hampir Miskin RTHM
6.969.601 36,5
7.665.288 43,8
19.261.505 TOTAL
19.100.905 100,0
17.482.977 100,0
60.396.051
Sumber:BPS, PSE 2005 dan PPLS 2008
Berdasarkan data PSE-05 dan PPLS 2008, dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan jumlah ruta yang masuk kategori
RTSM dan RTM dari 12,13 juta pada tahun 2005 menjadi 9,81 juta pada tahun 2008. Namun demikian, jumlah ruta
yang masuk kategori RTHM justru mengalami peningkatan dari 6,97 juta pada tahun 2005 menjadi 7,66 juta pada tahun
2008. Hal ini mengindikasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin , tetapi di sisi lain juga menunjukkan
kerentanan masyarakat terhadap gejolak ekonomi dan sosial masih cukup tinggi, di mana penduduk yang berada pada
kategori hampir miskin tersebut masih sangat rentan untuk terjatuh ke dalam kemiskinan bila terjadi krisis ekonomi
berkepanjangan yang mempengaruhi daya beli, terutama kebutuhan pokok.
Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan Kriteria Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin
Kategori PSE-05
PPLS-2008 Rumah Tangga
Rumah Tangga RT Sangat Miskin RTSM
23.651 14,7
28.909 16,0
RT Miskin RTM 70.316
43,8 51.063
28,3 RT Hampir Miskin RTHM
66.513 41,4
100.688 55,7
TOTAL 160.480
100,0 180.660
100,0
Sumber:BPS, PSE 2005 dan PPLS 2008
Hal serupa juga terjadi di Provinsi DKI Jakarta, di mana terjadi penurunan jumlah ruta yang masuk ke dalam
kategori RTSM dan RTM dari 93,97 ribu pada tahun 2005 menjadi 79,97 ribu pada tahun 2008. Namun, terjadi
peningkatan jumlah ruta dengan kategori RTHM dari 66,51 ribu pada tahun 2007 menjadi 100,68 ribu pada tahun 2008
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 20
lihat tabel 10. Hal lain yang perlu dicermati pula adalah terjadinya peningkatan jumlah ruta dengan kategori RTSM
dari 23,65 ribu pada tahun 2005 menjadi 28,90 ribu pada tahun 2008.
Basis Data Terpadu Efektifitas penanggulangan kemiskinan oleh Pemerintah
Indonesia sangat ditentukan oleh kualitas sistem penetapan target sasaran yang digunakan. Sistem tersebut dapat
dikatakan efektif bila mampu dengan tepat mengidentifikasi kelompok rutakeluarga miskin dan menjadikan kelompok
miskin sebagai peserta program atau penerima bantuan, sekaligus di saat yang bersamaan mampu mengidentifikasi
kelompok rutakeluarga tidak miskin dan menjadikan kelompok tidak miskin tersebut sebagai bukan penerima
bantuan.
Jika kelompok miskin tidak menjadi penerima bantuan, maka sistem penetapan sasaran tersebut membuat kesalahan yang
disebut dengan exclusion error. Sementara itu, apabila kelompok tidak miskin menjadi penerima bantuan maka
sistem penetapan sasaran tersebut membuat kesalahan yang disebut inclusion error lihat gambar 9
Gambar 9. Kesalahan penetapan sasaran program exclusion dan inclusion error
Sumber:TNP2K
Berbagai studi dan pengalaman selama ini memperlihatkan bahwa program penanggulangan kemiskinan umumnya
memiliki ke dua jenis kesalahan tersebut dan menggunakan sistem penetapan sasaran serta basis data yang berbeda
World Bank, 2012. Selain itu, data ruta miskin hasil PSE 2005 dan PPLS 2008 yang digunakan dalam penentuan
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 21
sasaran beberapa
program juga
sudah seharusnya
diperbaharui karena kondisi sosial ekonomi masyarakat selama beberapa tahun mungkin berubah dan terdapat
penilaian bahwa sumber data tersebut kurang tepat.
Dalam rangka mendukung penetapan sasaran program perlindungan sosial dan mengacu pada Perpres Nomor
152010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Inpres Nomor 12010 tentang Percepatan Pelaksanaan
Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, dan Inpres Nomor 32010 tentang Program Pembangunan Yang
Berkeadilan
serta mempercepat
pencapaian target
penurunan tingkat kemiskinan absolut menjadi 8-10 pada tahun 2014, TNP2K bekerja sama dengan BPS dan Bank
Dunia kemudian mengembangkan sistem penetapan sasaran yang baru, yang merupakan kelanjutan dari PSE 2005 dan
PPLS 2008, melalui PPLS 2011.
PPLS 2011 ini bertujuan untuk memperbaiki hasil ke dua pendataan sebelumnya PSE 2005 dan PPLS 2008 guna
mengurangi kesalahan dalam penargetan. PPLS 2011 ini diselenggarakan untuk membangun sistem basis data
terpadu BDT yang mencakup 40 rerata nasional ruta dengan kondisi sosial ekonomi terendah di Indonesia atau
sekitar 24 juta ruta sekitar 96 juta individu dan dapat digunakan untuk penargetan seluruh program perlindungan
sosial. Untuk itu, sekitar 45-50 ruta menengah ke bawah + 25 juta ruta dicacah melalui PPLS 2011, yang dilakukan
pada Juli-Agustus 2011. Sebagai perbandingan, PPLS 2008 hanya mencakup kurang dari 30 ruta.
Saat BDT dikembangkan, cakupan 40 dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan penargetan program perlindungan
sosial dan penanggulangan kemiskinan. Jika kita melihat distribusi pendapatan, dapat kita lihat bahwa distribusi
condongmiring di sebelah kiri distribusi atau berada di sekitar garis kemiskinan lihat gambar 10. Banyak
penduduk yang memiliki pendapatan per kapita per bulan tidak jauh dari GK garis biru atau sebanyak 13 populasi.
Untuk menjangkau penduduk yang rentan terhadap kemiskinan, GK perlu disesuaikan. Peningkatan GK sebanyak
1,5 kali akan meningkatkan populasi penduduk yang berada di bawah GK menjadi 40 populasi. Cakupan 40 inilah
yang dianggap dapat mewakili penduduk miskin, termasuk mereka yang rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan
karena guncangan ekonomi berkepanjangan yang akan mempengaruhi daya beli.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 22
Gambar 10. Distribusi Pendapatan, 2010
Sumber:World Bank
Data ruta yang tersimpan dalam BDT dari TNP2K diklasifikasikan ke dalam 4 empat kelompokdesil, yang
didasarkan pada distribusi konsumsi seluruh ruta secara nasional. Ke empat desil tersebut adalah:
o
Desil 1, merupakan ruta yang termasuk dalam 10 ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia,
atau yang biasanya disebut ruta miskin
o
Desil 2, merupakan ruta yang termasuk dalam 11- 20 ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di
Indonesia, atau yang biasa disebut dengan ruta hampir miskin
o Desil 3, merupakan ruta yang termasuk dalam 21-
30 ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia, atau yang biasa disebut dengan ruta rentan
miskin
o
Desil 4, merupakan ruta yang termasuk dalam 31- 40 ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di
Indonesia, atau biasa disebut dengan ruta rentan miskin lainnya.
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 23
Tabel 11. Jumlah Rumah Tangga dari Basis Data Terpadu, 2011
No Provinsi
Jumlah Rumah Tangga Desil 1
Desil 2 Desil 3
Desil 4 Total
1 Nanggroe Aceh Darussalam
156,60 115,91
115,90 98,63
487,04 2
Sumatera Utara 277,91
281,79 281,77
78,26 919,721
3 Sumatera Barat
83,78 105,88
105,86 28,26
323,788 4
Riau 76,78
90,42 90,41
24,68 282,282
5 Jambi
52,21 66,86
66,85 7,36
193,276 6
Sumatera Selatan 178,15
154,07 154,06
63,86 550,142
7 Bengkulu
54,65 38,80
38,79 18,27
150,497 8
Lampung 268,48
191,03 191,01
95,75 746,267
9 Kepulauan Bangka Belitung
12,92 16,70
16,70 4,39
50,715 10 Kepulauan Riau
15,79 28,36
28,35 5,46
77,955 11 DKI Jakarta
92,68 89,73
89,72 13,95
286,075 12 Jawa Barat
990,01 1.164,61
1.164,59 417,08
3736,279 13 JawaTengah
1.115,06 997,91
997,89 513,88
3624,746 14 DI Yogyakarta
132,24 114,45
114,45 79,20
440,343 15 Jawa Timur
1.230,04 1.189,67
1.189,65 421,72
4031,085 16 Banten
136,95 246,54
246,54 91,18
721,211 17 Bali
41,23 76,68
76,68 10,48
205,066 18 Nusa Tenggara Barat
192,98 158,82
158,82 77,76
588,377 19 Nusa Tenggara Timur
167,10 141,30
141,28 100,46
550,136 20 Kalimantan Barat
71,71 93,22
93,21 27,63
285,78 21 Kalimantan Tengah
25,77 33,30
33,29 8,91
101,271 22 Kalimantan Selatan
40,93 70,72
70,72 9,54
191,915 23 Kalimantan Timur
55,32 56,82
56,82 11,52
180,477 24 Sulawesi Utara
43,94 65,13
65,12 9,31
183,504 25 Sulawesi Tengah
82,78 69,92
69,91 31,87
254,474 26 Sulawesi Selatan
160,63 189,88
189,87 103,56
643,942 27 Sulawesi Tenggara
59,20 58,53
58,52 23,57
199,818 28 Gorontalo
34,10 32,84
32,84 11,41
111,193 29 Sulawesi Barat
27,30 28,29
28,29 17,46
101,344 30 Maluku
55,75 36,70
36,69 15,37
144,516 31 Maluku Utara
15,08 22,98
22,98 2,38
63,427 32 Papua Barat
44,69 24,10
24,08 0,00
92,869 33 Papua
220,04 113,04
113,08 0,00
446,157
Indonesia 6.212,78 6.164,99
6.164,76 2.423,17 20.965,69
Sumber:TNP2K, BDT
Jumlah ruta berdasarkan BDT 2011 yang diperoleh dari TNP2K menunjukkan bahwa secara nasional total jumlah
ruta adalah sebanyak 20,96 juta ruta. Sedangkan jumlah ruta yang masuk kategori desil 1 s.d 3 memiliki jumlah yang
berimbang, sekitar + 6 juta ruta. Sedangkan ruta yang masuk kategori desil 4 hanya sekitar 2,4 juta ruta lihat tabel 11.
Untuk wilayah DKI Jakarta, populasi ruta dengan kategori
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 24
desil 1 adalah sebanyak 92,68 ribu ruta atau setara dengan 478,14 ribu jiwa, sedangkan jumlah ruta dengan kategori
desil 2 dan 3 hampir berimbang, sekitar + 89 ribu ruta atau total sebanyak 733,49 ribu jiwa. Jumlah ruta yang masuk
kategori desil 4 sebanyak 13,95 ribu ruta atau 46,50 ribu jiwa. Sehingga secara total populasi ruta yang masuk ke
dalam BDT di Provinsi DKI Jakarta adalah sebanyak 286,075 ribu ruta atau sebanyak 1,25 juta jiwa lihat tabel 12.
Tabel 12. Distribusi Pendapatan, 2010
Desil 1 92,68
Desil 2 89,73
Desil 3 89,72
Desil 4 13,95
Desil 1 478,14
Desil 2 391,17
Desil 3 342,32
Desil 4 46,50
Jumlah Rumah Tangga
Jumlah Individu
Sumber:TNP2K, BDT
2.3 Perkembangan Program