Prioritas Wilayah LAMPIRAN_PERGUB_NO_29_TH_2015_RAD PENANGGULANGAN KEMISKINAN TH 2015-2017

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 70

3.2 Target Indikator

Capaian Penanggulangan Kemiskinan Target penanggulangan kemiskinan telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD Tahun 2015-2017 Provinsi DKI Jakarta. Ada 3 target indikator yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan yaitu pertumbuhan ekonomi, laju inflasi dan persentase penduduk miskin. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta ditargetkan meningkat dari kondisi tahun 2012 sebesar 6,50 menjadi 7,30 pada tahun 2017. Laju inflasi sebesar 4,52 pada kondisi tahun 2012, akan terus dikendalikan dan ditargetkan mencapai 6-7 di tahun 2017. Persentase penduduk miskin sebesar 3,69 pada kondisi tahun 2012, ditargetkan turun 3,4-3,5 pada tahun 2017. Tabel 24. Target RPJMD 2013-2017 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Kondisi 2012 Target Capaian Setiap Tahun 2013 2014 2015 2016 2017 Pertumbuhan Ekonomi 6,50 6,90 7,00 7,10 7,20 7,30 Laju Inflasi Provinsi 4,52 5,00-6,00 5,50-6,00 6,50-7,50 5,50-6,50 6,00-7,00 Persentase Penduduk Miskin 3,69 3,63-3,65 3,57-3,61 3,52-3,56 3,46-3,51 3,40-3,50 Sumber: RPJMD 2013-2017

3.3 Prioritas Wilayah

Sasaran Penanggulangan Kemiskinan berbasis data PPLS Dalam rangka mencapai target penanggulangan kemiskinan, maka programkegiatan penanggulangan kemiskinan perlu difokuskan dan diprioritaskan kepada sasaran yaitu penduduk miskin. Sasaran penanggulangan kemiskinan menggunakan Basis Data Terpadu yang merupakan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial PPLS oleh Badan Pusat Statistik BPS dan dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TNP2K. Data tersebut kemudian oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dipadukan overlay dengan data administrasi kependudukan yaitu Nomor Induk Kependudukan NIK. Inti Basis Data Terpadu mengacu pada informasi yang dihimpun melalui PPLS 2011 yang dilaksanakan oleh BPS bulan Juli 2011. Metodologi PPLS 2011 dirancang untuk mengakomodasi perbaikan terhadap beberapa pendataan serupa PSE 2005 dan PPLS 2008. PPLS 2011 mendata jauh Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 71 lebih banyak rumah tangga dari PPLS 2008 dan dilakukan perbaikan metodologi untuk memperhitungkan karakteristik spesifik masing-masing kabupatenkota. Selain PPLS 2011, Basis Data Terpadu juga memanfaatkan sumber informasi lain seperti karakteristik desa, kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia, data Kementerianprogram, yang relevan untuk mengidentifikasi wilayah berdasarkan karakteristik tertentu misalnya tingkat kemiskinan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan. PPLS Tahun 2011 memiliki parameter yaitu: 1. Keterangan sosial ekonomi anggota rumah tangga, antara lain: nama, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, kecacatan, penyakit menahun, status perkawinan, kepemilikan tanda pengenal, pendidikan, dan kegiatan ekonomi anggota rumah tangga. 2. Status kesejahteraan berdasarkan berbagai variable meliputi keterangan rumah tangga, kepemilikan aset, akses ke fasilitas pendidikankesehatansanitasi,dll. Basis Data Terpadu sebagai data sasaran Program Perlindungan Sosial memiliki keunggulan, yaitu sebagai berikut: 1. Memiliki basis data sekitar 24 juta rumah tangga 40 penduduk nasional yang diperoleh melalui metode ilmiah, kriteria teknis terpadu dan berkualitas tinggi. 2. Metodologi pendataan memadukan masukan dari program-program penanggulangan kemiskinan, proses pembelajaran pengalaman Indonesia, serta praktik terbaik internasional. 3. Fleksibel mengakomodasi tujuan dan kebutuhan masing-masing program karena Basis Data Terpadu kaya dengan data lihat gambar 3 yang diperoleh melalui mekanisme tambahan yang melibatkan masyarakt miskin. 4. Mudah diakses oleh KementerianLembagaPemerintah Daerah pengelola program dan tersedianya dukungan teknis dari TNP2K. Sedangkan tujuan dan manfaat penggunaan Basis Data Terpadu, adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan efektifitas penetapan sasaran untuk mendukung pencapaian target dan tujuan program penanggulangan kemiskinan. 2. Meningkatkan efektifitas pemanfaatan anggaran karena Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 72 jumlah penerima manfaat dapat diperkirakan secara akurat sejak dini. 3. KementerianLembagaPemerintah Daerah lebih leluasa merancang penggunaan sumber daya untuk pelaksanaan program. 4. Memungkinkan sinkronisasi antar program untuk meningkatkan pencapaian tujuan program-program perlindungan sosial Menurut data PPLS 2011, jumlah sasaran individu Provinsi DKI Jakarta adalah sebesar 1.258.125 jiwa atau 286.075 rumah tangga yang terbagi ke dalam 4 tingkat kesejahteraan yang disebut juga dengan desil. Jumlah sasaran individu per wilayah KotaKabupaten yaitu Jakarta Pusat sebanyak 140.908 jiwa atau 31.671 rumah tangga, Jakarta Utara sebanyak 319.674 jiwa atau 74.447 rumah tangga, Jakarta Barat sebanyak 272.955 jiwa atau 59.599 rumah tangga, Jakarta Selatan sebanyak 210.470 jiwa atau 47.158 rumah tangga, Jakarta Timur sebanyak 306.101 jiwa atau 71.463 rumah tangga, Kepulauan Seribu sebanyak 8.017 jiwa atau 1737 rumah tangga. Penentuan prioritas wilayah sasaran penanggulangan kemiskinan didasarkan pada jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di suatu wilayah. Berikut akan disajikan dalam gambar, pemetaan wilayah kecamatan berdasarkan data PPLS 2011 dan perbandingannya dengan jumlah penduduk. Penentuan prioritas digambarkan dengan warna, semakin merahgelap maka wilayah tersebut memiliki prioritas yang lebih utama. Berdasarkan jumlah penduduk miskin desil 1-4, Cilincing merupakan kecamatan di Provinsi DKI Jakarta yang memiliki jumlah tertinggi yaitu 101.976 jiwa, diikuti oleh Cengkareng 82.707 jiwa, Cakung 71.465 jiwa, Koja 69.913 jiwa, Kalideres 62.192 jiwa, Penjaringan 59.061 jiwa, Jatinegara 47.691 jiwa, Tanjung Priok 44.648 jiwa, Duren Sawit 32.747 jiwa dan lainnya dapat dilihat pada gambar 17 berikut. Apabila prioritas wilayah dilihat berdasarkan persentase perbandingan jumlah penduduk miskin desil 1-4 dengan jumlah penduduk sensus penduduk 2010 terjadi perbedaan urutan prioritas, Kepulauan Seribu Utara adalah Kecamatan yang memiliki persentase tertinggi yaitu sebesar 38,9, diikuti oleh Kep. Seribu Selatan 36,7, Cilincing 27,5, Koja 24,3, Johar Baru 23,1, Pademangan 20,6, Penjaringan 19,3, Senen 19,3, Menteng 18,7 dan lainnya dapat dilihat pada gambar 18 berikut. Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 73 Gambar 17. Prioritas Wilayah Berdasarkan Jumlah Sasaran Desil 1-4 Catatan: Kepulauan Seribu Utara 4.963 jiwa dan Kepulauan Seribu Selatan 3.054 jiwa Sumber: Data PPLS 2011, TNP2K Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 74 Gambar 18. Prioritas Wilayah Berdasarkan Persentase Jumlah Sasaran Desil 1-4 PPLS 2011 terhadap Jumlah Penduduk Sensus Penduduk,2010 Catatan: Kepulauan Seribu Utara 38,9 dan Kepulauan Seribu Selatan 36,7 Sumber: Data PPLS 2011, TNP2K Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 75 Strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan dapat dibagi ke dalam 3 tiga jenis, yaitu 1 strategi dan kebijakan makro; 2strategi dan kebijakan klaster; 3strategi dan kebijakan khusus. Strategi dan kebijakan makro yang dirancang oleh Pemerintah Pusat berkaitan dengan upaya untuk menjaga kinerja perekonomian nasional secara makro, yang secara tidak langsung diharapkan dapat mendukung upaya pencapaian target penanggulangan kemiskinan sesuai dengan RPJMN 2010-2014. Sementara, strategi dan kebijakan klaster secara umum berkaitan dengan upaya yang bersifat afirmatif, yang secara langsung diharapkan dapat mencapai target penanggulangan kemiskinan melalui pelaksanaan keempat klaster kemiskinan. Strategi khusus berkaitan dengan kearifan lokal yang dapat menjadi potensi dan daya dukung dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

4.1 Strategi dan Kebijakan