Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 84
4.2.3 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 3
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah Yang Berkelanjutan
Melalui Pelatihan, Pemberian Dana
Pinjaman, Pendampingan, dan
Perluasan Sasaran Penyelenggaraan pemberdayaan dan pengembangan
usaha mikro, kecil dan menengah menemui beberapa kendala atau permasalahan, yaitu:
1. Masih rendahnya jiwa kewirausahaan para pedagang
mikokecilmenengah untuk menghasilkan produk yang lebih unggul sehingga masih ada produk yang
kurang laku di pasaran.
2. Pemberian pelatihanbimbingan sulit dicerna dan
diaktualisasikan oleh
para pedagang
mikrokecilmenengah. 3.
Masih banyak pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya tidak pada tempatnya.
4. Terbatasnya SDM dalam pendataan dan verifikasi data
UMKM. 5.
Pemberian bantuan
berupa fasilitas
dapat disalahgunakan untuk keperluan pribadi.
6. Masih terbatasnya tempatdisplay pameran untuk
menampung para
pengusaha UMKM
dalam memasarkan produknya.
7. Masih rendahnya keuntungan usaha yang diperoleh
sehingga menimbulkan kesulitan dalam pengembalian modal kepada Pemprov DKI Jakarta.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka perlu dilakukan strategi sebagai berikut:
1. Memberikan pelatihan kewirausahaan bagi para
pedagang mikrokecilmenengah
agar dapat
meningkatkan daya kreativitas pedagang dalam menghasilkan
produk baru
sehingga menarik
perhatian konsumen. 2.
Perlu adanya pelatih kewirausahaan yang mampu memberikan materi dan praktek di lapangan.
3. Memberikan fasilitas berupa ruang untuk tempat
usaha. 4.
Perlu adanya sinergi antara jajaran Dinas Koperasi, UMKM, dan perdagangan dengan Aparatur Wilayah
dan Masyarakat dalam melakukan pendataan dan verifikasi data UMKM.
5. Perlu dilakukan penyempurnaan pelaporan dan
pengendalian pada
penyelenggaraan pemberian
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 85
bantuan fasilitas agar menghindari penyalahgunaan untuk keperluan pribadi.
6. Memberikan rollingpergantian peserta yang ikut
pameran tersebut agar para pengusaha memiliki kesempatan untuk memperoleh profit penjualan.
7. Melakukan pendampingan KJK dalam menggulirkan
dana pinjaman kepada pemanfaat dan memberikan punishment
kepada para
pemanfaat yang
terlambattidak mengembalikan dana yang sudah digulirkan.
Pengembangan Sarana Prasarana
Untuk Pendampingan
Usaha bagi Industri Kecil dan
Menengah Penyelenggaraan pendampingan usaha bagi industri kecil
dan menengah
menemui beberapa
kendala atau
permasalahan, yaitu: 1.
Kurangnya fasilitasi promosi bagi IKM binaan Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta.
2. Belum
tersedianya sarana
bagi IKM
untuk mengembangkan desain, merek dan kemasan, serta
sarana workshop yang komprehensif bagi IKM. 3.
Kurangnya perlindungan HKI bagi produk-produk IKM khususnya di bidang telematika.
4. IKM relatif susah mendapat kucuran dana dari
perbankan karena profil keuangan yang tidak memadai. 5.
Belum terjalinnya kerjasama antara daerah penghasil bahan baku dengan daerah produsen.
6. Belum memadainya fasilitas seperti audio visual,
meubelair, dan sistem jaringan informasi. 7.
Kurangnya wawasan perajin dan pembina akan pengetahuan mengenai batumulia.
8. Belum terjalinnya kerjasama dengan negara-negara Asia
Pasifik yang memiliki potensi pasar. Untuk mengatasi hambatan tersebut, maka perlu dilakukan
strategi sebagai berikut: 1.
Meningkatkan sarana dan frekuensi promosi produk Industri Kecil dan Menengah IKM melalui berbagai
kegiatan seperti Gelar Bazaar dan Produk IKM dan Pekan Produk Kreatif Daerah PPKD sehingga IKM terfasilitasi
dalam memasarkan produk-produknya.
2. Menyediakan fasilitas klinik pengembangan desain
merek kemasan daerah sebagai sarana bagi IKM untuk mengembangkan
desain, merekkemasan,
dan menyediakan workshop Technopark yang mencakup
Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 86
pengembangan produk
dan teknologi,
jaringan pemasaran dan pembinaan manajemen.
3. Meningkatkan perlindungan terhadap Hak Kekayaan
Intelektual HKI produk-produk IKM telematika melalui pelatihan.
4. Menyediakan pendampingan, edukasi dan pembinaan
IKM dari non bankable menjadi bankable. 5.
Menjalin kerjasama antar daerah penghasil bahan baku dengan daerah produsen.
6. Melakukan penataan lanjutan bagi fasilitas yang belum
memadai seperti audio visual, meubelair, sistem jaringan informasi.
7. Melakukan pengembangan wawasan perajin dan
pembina melalui pelatihan dan studi banding ke pusat- pusat perdagangan batu mulia bertaraf internasional.
8. Memfasilitasi kerjasama perdagangan dengan negara-
negara Asia Pasifik.
4.2.3 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 4