II - 2 Kecamatan Serengan sebesar 15.082 jiwakm2. Wilayah
dengan tingkat kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Laweyan dengan tingkat kepadatan sebesar
10.566 jiwakm2 dan kemudian Kecamatan Jebres dengan tingkat kepadatan sebesar 10.709 jiwakm2.
Berdasarkan Statistik tahun 1996-2004, proporsi dominan berdasarkan matapencaharian adalah Penduduk
dengan mata pencaharian buruh industri dan buruh bangunan. Pada tahun 2000, jumlah buruh industri di
Kota Surakarta mencapai 69.571 orang dan sebagai buruh bangunan sebanyak 60.764 orang. Pada tahun 2004,
jumlah penduduk dengan mata pencaharian buruh industri itu telah meningkat menjadi sebanyak 76.059
orang dan buruh bangunan meningkat menjadi sebanyak 71.329 orang.
Kebijakan pengendalian pertumbuhan penduduk dilakukan antara lain dengan Keluarga Berencana, dan
terhadap program itu masyarakat telah mengapresiasi dengan baik. Peserta KB Aktif tahun 2001 tercatat
sebanyak 58.328 orang dari 72.260 pasangan usia subur PUS. Sedangkan pada tahun 2004, jumlah peserta KB
aktif melalui jalur pemerintah tercatat sebanyak 19.502 orang dan melalui jalur swasta sebanyak 38.795 orang dari
jumlah pasangan usia subur sebanyak 72.552 orang.
Indeks Pembangunan Manusia IPM Kota Surakarta pada tahun 2004 75,8, sedangkan IPM Provinsi Jawa
Tengah tahun 2005 69,8. Dari data tersebut, IPM Kota Surakarta lebih tinggi 6 dari Provinsi Jawa Tengah.
Melihat fakta-fakta
tersebut di
atas, maka
diperlukan upaya terus menerus untuk mengendalikan laju pertambahan jumlah penduduk yang meningkat
akibat tingginya
tingkat urbanisasi
dari wilayah
kabupaten sekitar daerah. Selain itu masih lemahnya Sistem Administrasi Kependudukan harus menjadi
perhatian serius.
2. Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian
Jumlah penduduk usia kerja umur 10 tahun keatas pada tahun 2004 adalah sebanyak 437.228 orang. Jumlah
tenaga kerja itu terdiri dari angkatan kerja sebesar 252.890 orang dan bukan angkatan kerja sebanyak
184.338 orang. Angkatan kerja terdiri dari orang yang bekerja dan pengangguran. Jumlah angkatan kerja yang
II - 3 terserap dalam pekerjaan adalah sebanyak 225.720 orang
dan sisanya sebanyak 27.170 orang adalah pengangguran. Berdasarkan jumlah angkatan kerja, maka proporsi
orang yang bekerja mencapai 89,26 , kemudian disusul mereka yang pengangguran adalah sebesar 10,74 . Dari
jumlah tenaga kerja yang bukan angkatan kerja, besar penduduk yang sekolah mencapai 51,02 dan yang
mengurus rumah tangga sebanyak 37,98 , dan lainnya sebesar 4,54 .
Jumlah pengangguran sebanyak 27.170 orang pada tahun 2004, terdiri dari pengangguran laki-laki sebanyak
14.212 orang dan pengangguran perempuan sebanyak 12.958 orang. Jumlah pengangguran laki-laki nampak
lebih banyak dari pengangguran perempuan.
Hal itu berarti dari sisi keberpihakan pada gender, dalam hal lapangan kerja, angkatan kerja perempuan
memiliki prosentase bekerja lebih tinggi dari laki-laki, bahkan
lebih tinggi
dari angkatan
kerja secara
keseluruhan. prosentase angkatan kerja yang bekerja dari jenis kelamin perempuan mencapai 87,77 sedangkan
angkatan kerja laki-laki hanya sebesar 90,33 . Tingkat pengangguran pada angkatan kerja perempuan mencapai
12,23 sedangkan untuk angkatan kerja laki-laki memiliki proporsi pengangguran sebesar 9,67 .
Prosentase pengangguran
berdasarkan tingkat
pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagian besar adalah angkatan kerja yang berpendidikan SMUSMKMA
yaitu sebanyak 46,08 ; kemudian SMP Umum Kejuruan MTs sebanyak 22,47 dan SDMI sebanyak
13,48. Jumlah pengangguran yang berpendidikan tinggi secara keseluruhan sebanyak 13,48 terdiri dari
angkatan kerja berpendidikan Diploma IIIIII sebanyak 5,62 ; S IVSI sebanyak 6,74 dan S2 sebanyak 1,12 .
Upaya mengatasi pengangguran telah dilakukan dengan memperluas kesempatan kerja. Lapangan kerja
yang banyak menyerap tenaga kerja pada tahun 2004 adalah sektor angkutan dan komunikasi yaitu sebesar
45,74 . Kemudian sektor listrik, gas dan air yang mampu menyerap sebesar 21,39 pada tahun yang sama. Sektor
perdagangan menyerap 3,43 dan sektor jasa-jasa mampu menyerap angkatan kerja sebesar 1,20 .
Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar angkatan kerja yang sudah terserap bekerja berstatus
buruh karyawan pekerja dibayar yaitu mencapai 51,02 pada tahun 2004. Jumlah penduduk bekerja
II - 4 dengan status berusaha sendiri adalah sebesar 25,93 ,
dan yang berusaha dibantu dengan buruh tidak tetap adalah sebesar 6,11 serta yang dibantu dengan buruh
tetap sebesar 6,39 .
Upaya perluasan kesempatan kerja juga dilakukan melalui program transmigrasi. Jumlah transmigran dari
Kota Surakarta pada Tahun 2004 tercatat sebanyak 5 Kepala keluarga 14 jiwa dengan tujuan Kabupaten
Barangka Buton Provinsi Sulawesi Selatan. Pelaksanaan program transmigrasi tidak semata-mata ditekankan pada
target pemindahan penduduk, tetapi pada pencapaian kesejahteraan transmigran dan perannya dalam rangka
pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di daerah penempatan.
3. Pendidikan