BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep
Ada beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu frasa, FP, kategori leksikal, komplemen, keterangan, spesifier, dan kaidah struktur frasa.
Konsep-konsep tersebut perlu dibatasi untuk menghindari salah tafsir bagi pembaca.
Frasa adalah kata-kata dalam kalimat yang disusun berdasarkan hierarki menjadi satuan yang lebih besar Haegeman, 1992: 26. Sejalan dengan itu
Radford dalam Mulyadi, 2008: 23 mengatakan bahwa frasa adalah perangkat elemen yang membentuk suatu konstituen tanpa dibatasi oleh jumlah elemen.
Frasa preposisi adalah frasa yang terbentuk dari preposisi yang digunakan untuk mengacu pada sebuah kategori kata yang terletak di depan kategori lain,
terutama nomina Tarigan, dalam Mulyadi, 2010: 2 bdk. Ramlan, 1997: 178; Chaer, 1994: 373.
Kategori leksikal adalah kategori kata dan kategori ini menentukan kategori frasanya. Misalnya, FP terbentuk dari sebuah preposisi dan sebuah
kategori lain sebagai komplemennya Radford, dalam Mulyadi, 2010: 2. Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung
oleh X-bar dan kehadirannya pada posisi itu merupakan realisasi dari properti leksikal. Komplemen merupakan argumen wajib dalam struktur frasa Mulyadi,
2010: 5.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan adalah konstituen opsional yang dapat berulang atau rekursif. Dalam skema X-bar, keterangan berkombinasi dengan X’ untuk membentuk
proyeksi X’ Haegeman, 1992: 81-82, 95. Spesifier adalah argumen eksternal yang posisinya dibawahi langsung oleh
X-bar ganda atau frasa X. Umumnya spesifier terletak di awal frasa dan di akhir frasa. Spesifier di awal berfungsi untuk menerangkan frasa di depannya,
sedangkan spesifier di akhir berfungsi untuk menutup frasa Mulyadi, 2008. Kaidah struktur frasa adalah kaidah untuk menentukan relasi konstituen
secara hierarkis dalam sebuah frasa. Dalam hal ini, konstituen mengacu kepada kategori leksikal dan kategori frasa yang berfungsi sebagai komplemen,
keterangan, dan spesifier Haegeman, 1992: 87, 95.
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini menggunakan teori X-bar. Dalam teori X-bar semua frasa didominasi oleh satu inti leksikal. Inti merupakan simpul akhir yang mendominasi
kata. Inti leksikal dari proyeksi adalah proyeksi kosong Haegeman, 1992: 95. Kategori sintaksis dari konstituen frasa, seperti FN, FP, FA, FV, dan FP
ditentukan secara leksikal. Misalnya, inti FN adalah nomina, inti FP adalah preposisi, begitu seterusnya. Jadi, inti FP di juma ‘di ladang’ adalah di. Inti juga
terletak satu level lebih rendah daripada konstituen yang menjadi inti tersebut. Dalam hierarki X-bar, P sebagai inti dari FP terletak satu level lebih rendah
daripada frasanya Mulyadi, 2008: 23.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya, teori X-bar direpresentasikan pada diagram pohon. 5
X’’
...... X’ ......
...... X ......
Haegeman, 1992: 95 Simbol X pada diagram di atas merupakan pengganti dari sebuah kategori
leksikal seperti nomina, verba, preposisi, atau adjektiva dan tanda titik di sebelah kiri dan di sebelah kanan diisi oleh tiga fungsi gramatikal, yaitu komplemen,
spesifier, dan keterangan. Format untuk struktur frasa terlihat dalam kaidah berikut.
a. X’’ YP; X’
b. X’
X’; ZP c.
X’ X; WP
Keterangan: YP : Spesifier
ZP : Keterangan
WP : Komplemen
Komplemen berkombinasi dengan X membentuk proyeksi X-bar X’; keterangan yang berkombinasi dengan X-bar X’ membentuk proyeksi X-bar
X’ lebih tinggi, dan spesifier yang berkombinasi dengan X-bar X’ yang lebih tinggi membentuk proyeksi maksimal frasa X X’’. Kategori bar adalah proyeksi
X dan frasa dengan bar tertinggi adalah proyeksi maksimal dari kategori X. Dalam hal ini, spesifier tidak hanya terletak di awal, tetapi juga terletak di akhir.
Demikian juga dengan keterangan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa Batak Toba, keterangan dan komplemen agak sulit dibedakan. Komplemen merupakan argumen internal yang bersifat wajib dan
posisinya dibawahi langsung oleh X-bar serta selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya sesudah inti leksikal, sedangkan keterangan bersifat opsional dan
letaknya sebelum atau sesudah inti leksikal. Contohnya dapat dilihat dalam kalimat berikut.
6 a. Laho ibana [tu juma.] pergi 3.tg P ladang
‘Dia pergi ke ladang.’ b. Laho ibana [tu juma dohot amangna.]
pergi 3.tg P ladang P ayahnya ‘Dia pergi ke ladang dengan ayahnya.’
Pada 6.a nomina juma tidak bisa diletakkan di depan inti leksikal sebab elemen tersebut dibutuhkan FP untuk menerangkan inti leksikal. Pada 6.b dohot
amangna tergolong keterangan sebab walaupun diletakkan sebelum inti leksikal, konstruksi yang dihasilkan tetap gramatikal. Perubahan yang terjadi dapat dilihat
di bawah ini. 7 a.Laho ibana [juma tu.]
pergi 3.tg ladang P ‘Dia pergi ladang ke.’
b. Laho ibana [dohot amangna tu juma.] pergi 3.tg P ayahnya P ladang
‘Dia pergi dengan ayahnya ke ladang.’ Spesifier merupakan pewatas yang bersifat opsional karena dapat terletak
di awal atau di akhir frasa. Pada posisi awal, spesifier berfungsi menerangkan FP
Universitas Sumatera Utara
di depannya dan pada posisi akhir spesifier berfungsi menutup frasa tersebut. Contohnya tampak pada kalimat berikut.
8 [Di pansur an] ma ho maridi P pancuran DET PART 2.tg mandi
‘Di air pancuran itu lah kamu mandi’ 9 [Tongon di tonga ni alaman] do hami hundul.
tepat P tengah Pos halaman T 1.jm duduk. ‘Kami duduk tepat di tengah halaman.’
Pada 8 an merupakan spesifier yang terletak di akhir dan berfungsi menutup frasa. Pada 9 tongon merupakan spesifier yang terletak di akhir frasa
dan berfungsi menerangkan FP di depannya. Fungsi gramatikal komplemen, keterangan, dan spesifier berhubungan
juga dalam pembentukan kaidah struktur FP. Komplemen adalah argumen internal yang posisinya dibawahi langsung oleh P-bar P’. Keterangan juga
terletak di bawah P-bar, tetapi tatarannya berbeda. Spesifier sebagai satuan argumen dibawahi langsung oleh P-bar ganda P’’. Hubungan ketiganya
dijelaskan sebagai berikut, Komplemen memperluas P menjadi P-bar
Keterangan memperluas P-bar menjadi P-bar Spesifier memperluas P-bar menjadi P-bar ganda FP. Radford dalam
Mulyadi, 2010: 5 Kaidah struktur FP dalam bahasa Batak Toba dicontohkan pada 10.
10 FP P + N
Universitas Sumatera Utara
Preposisi dapat membentuk FP apabila berkombinasi dengan nomina. Pada 11 nomina jabu ‘rumah’ merupakan komplemen sebab argumen tersebut
dibutuhkan olen inti leksikal di ‘di’ untuk membentuk FP. 11 Mansai godang jolma [di jabu.]
sangat banyak orang [P rumah.] ‘Orang sangat banyak di rumah.’
12 FP
P’
P N
di jabu
‘di’ ‘rumah’
Inti leksikal di berkombinasi dengan komplemen jabu untuk membentuk P-bar P’. P’ dibawahi langsung oleh proyeksi maksimal FP.
2.3 Tinjauan Pustaka