Preposisi dapat membentuk FP apabila berkombinasi dengan nomina. Pada 11 nomina jabu ‘rumah’ merupakan komplemen sebab argumen tersebut
dibutuhkan olen inti leksikal di ‘di’ untuk membentuk FP. 11 Mansai godang jolma [di jabu.]
sangat banyak orang [P rumah.] ‘Orang sangat banyak di rumah.’
12 FP
P’
P N
di jabu
‘di’ ‘rumah’
Inti leksikal di berkombinasi dengan komplemen jabu untuk membentuk P-bar P’. P’ dibawahi langsung oleh proyeksi maksimal FP.
2.3 Tinjauan Pustaka
Mulyadi 2010 telah menerapkan teori X-bar dalam artikelnya yang berjudul Frasa Preposisi Bahasa Indonesia Analisis X-Bar. Data dalam tulisan ini
diperoleh dari sumber tertulis, seperti surat kabar dan majalah. Kemudian, untuk memperoleh data tulis digunakan metode simak yang didukung oleh teknik catat.
Data FP kemudian dianalisis dengan metode agih yang didukung oleh teknik ganti, sisip, perluas, dan lesap.
Mulyadi menjelaskan bahwa FP mempunyai perilaku yang berbeda pada tiap-tiap bahasa. Perilaku FP lazimnya direpresentasikan pada level sintaksis dan
Universitas Sumatera Utara
hal ini bergantung pada karakter morfologi dari bahasa yang bersangkutan. Mulyadi mengatakan bahwa dalam teori X-bar semua frasa memiliki sebuah inti
leksikal. Inti mempunyai dua properti. Pertama, inti memarkahi ciri kategorinya. Contohnya, inti dari FP adalah preposisi, inti dari FN adalah nomina, dan
seterusnya. Kedua, inti terletak satu level lebih rendah dari frasanya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa struktur internal FP bahasa Indonesia
dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur mendasar FP ialah preposisi plus komplemen. Kategori komplemen tidak terbatas pada FN, tetapi
juga pada FP. Struktur FP memungkinkan diperluas dengan keterangan untuk membentuk P-bar yang lain. Kategori leksikal yang berfungsi sebagai keterangan
adalah FP. Keterangan dapat terletak di kiri atau di kanan inti leksikal dan jumlahnya tidak terbatas. Spesifier muncul berulang sehingga dalam skema X-bar
ada dua proyeksi maksimal yang dibentuknya. Teknik analisis data dalam tulisan Mulyadi menjadi acuan bagi peneliti
untuk melakukan penelitian FP bahasa Batak Toba. Selain itu, data bahasa Indonesia dalam penelitian tersebut sebagian digunakan untuk menyusun sebuah
kuesioner. Siagian 2007 dalam skripsinya Struktur Frasa Adjektiva Bahasa Batak
Toba Analisis Teori X-Bar menggunakan metode wawancara untuk mengumpulkan data. Selain itu, dia juga menggunakan metode simak yang
didukung oleh teknik catat. Pada tahap analisis dia menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa
teknik lesap, teknik ganti, teknik perluas, dan teknik balik.
Universitas Sumatera Utara
Siagian menjelaskan bahwa struktur internal frasa adjektiva bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur utama frasa
adjektiva adalah adjektiva plus komplemen dan kategori komplemen biasanya terdiri atas frasa preposisi misalnya, sonang di son ‘senang di sini’. Posisi
komplemen dalam FA bahasa Batak Toba selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya setelah inti leksikal dan kategori yang mendampingi inti leksikal pada
frasa adjektiva bahasa Batak Toba dapat berupa satu kata atau dua kata. Dalam skripsinya, Siagian menyebutkan dua belas struktur FA bahasa Batak Toba.
Perilaku frasa adjektiva bahasa Batak Toba terbatas pada kategori-kategori yang berkombinasi dengan adjektiva saja. Kategori tersebut adalah adverbia dan frasa
preposisi. Metode penelitian dalam tulisan Siagian bermanfaat untuk meneliti FP
bahasa Batak Toba. Data bahasa Batak Toba yang mengandung preposisi dalam tulisan itu juga menjadi data penelitian. Misalnya, mansai burju tu inongna
dakdanak i ‘anak-anak itu sangat baik kepada ibunya’. Pengujian teori X-bar juga dilakukan Situmorang 2010 dalam skripsinya
yang berjudul Frasa Nomina Bahasa Batak Toba: Analisis X-bar. Data dikumpulkannya melalui studi pustaka dengan menggunakan metode simak.
Kemudian, data dianalisis dengan 1 metode padan referensial dengan teknik dasar berupa teknik pilah unsur penentu dan teknik lanjutan berupa teknik hubung
banding menyamakan dua hal pokok dan 2 metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur langsung dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik
ganti, dan teknik balik.
Universitas Sumatera Utara
Situmorang menjelaskan bahwa FN bahasa Batak Toba dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Komplemen FN berkategori numeralia,
nomina, dan verba. Keterangan berkategori FN, FP, FA, FV, dan adverbia. Spesifier berkategori adverbia dan determiner.
Wahyuni 2004 dalam skripsinya Frasa Numeralia Bahasa Indonesia Analisis Teori X-Bar menjelaskan bahwa komplemen FNum bahasa Indonesia
tidak terbatas pada nomina dan numeralia, tetapi juga dapat berupa adjektiva. Kategori yang mendampingi inti leksikal tidak terbatas pada kategori kata, tetapi
juga pada kategori frasa. Selain itu, inti leksikal pada FNum bahasa Indonesia tidak hanya terdiri atas satu kata, tetapi juga terdiri atas dua kata.
Dalam penelitiannya, Wahyuni menggunakan data tulis yang diperoleh dari surat kabar, buku, dan novel. Data dikumpulkan melalui penyimakan.
Disediakan pula data intuitif. Selanjutnya, dia menganalisis data dengan menggunakan metode agih dengan teknik dasar berupa teknik bagi unsur
langsung, dan teknik lanjutan berupa teknik lesap, teknik perluas, dan teknik balik.
Wahyuni menyebutkan sembilan struktur FNum bahasa Indonesia. Menurut Wahyuni struktur internal FNum bahasa Indonesia dibentuk oleh
komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur utama FNum adalah numeralia plus komplemen. Struktur FNum dapat diperluas dengan elemen keterangan untuk
membentuk Num-bar yang lain sebab keterangan merupakan konstituen yang bersifat opsional sehingga elemen ini dapat terletak di kiri atau di kanan inti
Universitas Sumatera Utara
leksikal dalam skema X-bar. Posisi komplemen dalam FNum bahasa Indonesia selalu mengikuti inti leksikal atau letaknya setelah inti leksikal.
Mulyadi 2008 juga menerapkan teori X-bar dalam artikelnya Struktur Frasa Adjektival dalam Bahasa Indonesia. Data penelitian dalam tulisan ini
diperoleh dari surat kabar, majalah, dan novel dengan menggunakan metode simak. Data dikelompokkan berdasarkan kesamaan tipe dan perilakunya dan
dikaji dengan menggunakan metode distribusional. Teknik analisis yang diterapkan dalam penelitian ini adalah teknik ganti, lesap, sisip, perluas, balik,
dan ubah wujud. Cara kerja teori X-bar dalam tulisan ini menjadi acuan bagi peneliti untuk menerapkan teori X-bar pada FP bahasa Batak Toba.
Mulyadi menyebutkan bahwa struktur FA bahasa Indonesia dibentuk oleh komplemen, keterangan, dan spesifier. Struktur FA yang paling sederhana tidak
memuat komplemen, keterangan, ataupun spesifier untuk membentuk unit konstituen yang lebih besar. Misalnya, pintar, mudah, dan adil. Dalam struktur
FA, komplemen berkategori FP, spesifier berkategori adverbia, dan keterangan berkategori FP dan FN. Posisi komplemen selalu mengikuti inti leksikal,
sementara spesifier dapat terletak di awal, di akhir, serta di awal dan di akhir FA.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN