Pembatalan Perjanjian Oleh KPPU

119 Pada sisi lain, dengan diberinya karakter pidana dalam lapangan hukum perjanjian yang terdapat di dalam UU Monopoli ini menunjukkan bahwa faham ekonomi liberal yang menonjolkan hak-hak individu selaku hak asasi manusia telah dikurangi.

C. Pembatalan Perjanjian Oleh KPPU

Latar belakang pemikiran pembuat UU Monopoli mengatur tentang larangan melakukan perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan ekonomi di tengah-tengah masyarakat. Pembuat undang-undang melarang membuat perjanjian dapat dimaklumi karena ”sebagian besar transaksi bisnis memang didasarkan pada perjanjian antara pelaku usaha”. 105 Oleh karena itu, perjanjian yang dibuat oleh para pelaku usaha yang mempunyai potensi atau terjadinya praktik monopoli ataupun persaingan usaha tidak sehat perlu dilakukan pengawasan oleh negara melalui lembaga yang ditentukan oleh undang- undang yaitu KPPU dan hakim di Pengadilan Umum. Pembatalan perjanjian menimbulkan praktik monopoli dan pesaingan usaha tidak sehat yang dilakukan oleh pihak ketiga secara yuridis formal dapat dilihat dari ketentuan ayat 1 Pasal 40 UU Monopoli yang menentukan Komisi dapat melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha apabila ada dugaan terjadi pelanggaran Undang- undang ini walaupun tanpa adanya laporan. 105 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2008, hlm., 24 Universitas Sumatera Utara 120 Posisi Komisi KPPU sebagai pihak yang diberi kewenangan membatalkan perjanjian yang berisikan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah sebagai pihak ketiga yang berada di luar perjanjian tersebut. Kewenangan KPPU sebagai pihak ketiga membatalkan perjanjian dapat dilihat dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 255K Pdt.Sus 2009 tanggal 28 Mei 2009. Dalam perkara yang diperiksa Mahkamah Agung Republik Indonesia tersebut pihak yang bersengketa adalah pelaku usaha dengan KPPU. Untuk jelasnya dapat dilihat dari para pihak dalam Putusan Mahkamah Agung RI No. 255kPdt.Sus2009 tanggal 28 Mei 2009 antara ESPN STAR SPORTS ESS dalam kapasitasnya sebagai Pemohon Kasasi I dahulu Pemohon Keberatan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dan All Asia Multimedia Networks FZ-LLC dalam kapasitasnya sebagai Pemohon Kasasi II dahulu Pemohon Keberatan II pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat melawan KPPU dalam kapakitasnya sebagai Termohon Keberatan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Dari posisi para pihak yang bersengketa dalam Perkara Kasasi tersebut KPPU merupakan formal party. Hal ini mempertegas bahwa KPPU bukanlah lembaga yudikatif atau menjalankan fungsi peradilan jadi kapasitasnya murni sebagai subjek hukum yang dapat digugat di depan pengadilan dan pada sisi lain mempertegas posisi KPPU sebagai pihak ketiga terhadap perjanjian yang dibuat oleh oleh Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi II. Perlu dikemukakan, secara substansi posisi KPPU sesungguhnya mewakili masyarakat umum atau konsumen, pelaku usaha atau LSM yang dijelmakan dalam Universitas Sumatera Utara 121 kapasitasnya sebagai pemerintah. Artinya kewenangan KPPU membatalkan perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat bertindak atas nama Pemerintah yang didalamnya termasuk mewakil kepentingan masyarakat umum. Posisi KPPU untuk membatalkan perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha dalam rangka mewakili publik karena pihak yang dirugikan yang timbul dari perjanjian praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah pihak publik. Dengan kata lain kerugian yang muncul berkenaan dengan kerugian publik bukan kerugian individu. Untuk melindungi kerugian publik dalam mempertahankan haknya, publik tidak dapat langsung berhubungan dengan pengadilan melainkan harus melalui lembaga publik yang ditunjuk oleh UU dalam hal ini KPPU. Posisi KPPU sebagai pihak ketiga untuk membatalkan perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli dapat dilihat pada tahapan proses pemeriksaan perkara di KPPU dalam Perkara No. 53KPPU-L2008 dan Perkara No.03KPPU- L2009 yang dikuatkan oleh Putusan Mahkamah Agung No. 255KPdt.Sus2009. Dasar KPPU untuk membatalkan perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat di awali adanya laporan dari masyarakat atau pelaku usaha lain. Sebagaimana dapat dilihat dari setiap Putusan KPPU tentang duduk perkaranya. Dalam duduk perkara yang termuat di dalam putusan KPPU dituangkan tentang kronologis peristiwa dan pelanggaran ketentuan UU Monopoli. Universitas Sumatera Utara 122 Kronologis pemeriksaan perkara di KPPU di awali dengan adanya laporan dari masyarakat yang isinya menerangkan dugaan adanya terjadi praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, sebagaimana terlihat dalam : 106 a. Perkara No. 53KPPU-L2008 tentang duduk perkara pada angka 1 menyebutkan menimbang bahwa pada tanggal 27 Januari 2008, Komisi menerima Laporan mengenai adanya dugaan pelanggaranan Pasal 9 UU No. 5 Tahun 1999 yang berkaitan dengan pembagian wilayah yang dilakukan oleh Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Kontraktor Listrik dan Mekanikal Indonesia DPP AKLI, Dengan Pengurus Daerh AKLI Sulawasi Selatan, Dengan Pengurus Cabang AKLI Palopo, DPC Luwu Utara, DPC AKLI Luwu Timur, dan DPC AKLI Tana Toraja. b. Perkara No. 03KPPU-L2008 tentang duduk perkara pada angka 1. Menimbang bahwa Komisi menerima laporan mengenai adanya dugaan pelanggaran Pasal 16 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh Astro All Asia Networks, Plc dan PT Direct Vision dengan ESPN STAR Sports dan Pasal 19 huruf a Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dilakukan oleh Astro All Asia Networks, Plc dan PT Direct Vision berkaitan dengan Hak Siar Eksklusif Liga Inggris. Laporan tersebut kemudian ditindak lanjuti dan diklarifikasi oleh Sekretaris Komisi untuk menentukan lengkap dan jelasnya isi laporan tersebut. Berdasarkan laporan yang lengkap tersebut kemudian dirapatkan dalam Rapat Komisi untuk menentukan apakah laporan tersebut dapat ditindaklanjuti ke dalam Pemeriksaan Pendahuluan. Jika laporan tersebut dinilai lengkap maka dilakukanlah pemeriksaan pendahuluan. Tim pemeriksa dalam pemeriksaan pendahuluan kemudian mendengar keterangan para pelapor dan para saksi. Apabila dalam pemeriksaan pendahuluan ini ditemukan bukti awal yang cukup terjadi pelanggaran yang dilaporkan, Maka tim 106 Ibid. Universitas Sumatera Utara 123 pemeriksa pendahuluan ini memberi rekomendasi untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh Komisi. Komisi pemeriksaan lanjutan kemudian membuat laporan Hasil Pemeriksaan Lanjutan yang menguraikan tentang fakta-fakta, tentang para pelaku usaha yang diduga melakukan praktik monopoli dan atau persaingan tidak sehat, juga menguraikan ketentuan hukum yang dilanggar dan kebenaran atas terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh pelaku usaha yang dilaporkan dengan mengemukakan bukti-bukti saksi, dokumen dan data yang berkaitan dengan itu. Dari uraian itu Tim pemeriksan lanjutan memberi kesimpulan apakah pelaku usaha yang dilaporkan terbukti atau tidak melakukan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat. Apabila dari hasil pemeriksaan lanjutan tidak terbukti adanya pelanggaran praktik mnonopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, maka laporang tersebut di tolak. Namun, bila berdasarkan pemeriksaan lanjutan terbukti terjadi praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, maka Tim pemeriksa lanjutan memberikan laporan hasil kerjanya kepada Komisi untuk dilakukan sidang Majelis Komisi. Berdasarkan hasil laporan tim pemeriksaan lanjutan tersebut kemudian dilakukan sidang Majelis Komisi untuk memeriksa dan mengambil keputusan tentang perkara yang dihadapkan kepadanya. Sidang Mejelis Komisi inilah nantinya yang akan memberikan putusan dan putusannya inilah yang dapat diajukan keberatan kepada Pengadilan Negeri sampai ke Mahkamah Agung. Universitas Sumatera Utara 124 Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa laporan masyarakat tidak ada memintakan untuk melakukan pembatalan melainkan melaporkan adanya dugaan terjadi peristiwa pelanggaran terhadap ketentuan UU Monopoli berkaitan dengan adanya praktik monopoli dan atau persaingan tidak sehat. Pembatalan perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat baru terjadi setelah Majelis Komisi memberikan putusan atas laporan perkara yang diperiksanya tanpa diminta oleh pelapor, melainkan atas inisiatif KPPU sendiri setelah dibuktikannya perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha tersebut berakibat terjadi praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat. Apabila pelaku usaha yang dilaporkan merasa keberatan terhadap keputusan KPPU tersebut, maka pelaku usaha dapat mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri, dan apabila para pelaku usaha yang bersangkutan tidak menerima putusan Pengadilan Negeri tersebut maka dapat diajukan ke Mahakamah Agung. Posisi KPPU sebagai pihak ketiga yang tidak terlibat dalam perjanjian membatalkan suatu perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat semakin terlihat jelas dari posisinya sebagai formil partij sebagai pihak dalam pemeriksaan keberatan atas keputusan KPPU di tingkat Pengadilan Negeri maupun di Mahkamah Agung. Untuk melihat dasar KPPU yang bertindak sebagai pihak ketiga membatalkan perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat dalam penelitian ini diutarakan Putusan KPPU No. 03KPPU-L2008 tentang Hak Universitas Sumatera Utara 125 Siar Liga Premier Inggris Musim 2007-2010 yang telah dikukuhkan oleh Putusan Mahkamah Agung No. 255KPdt.Sus2008. Dalam perkara ini pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 16 UU No. 5 Tahun 1999 pihak yang menjadi Terlapor adalah : 2. PT. Direct Vision sebagai Terlapor I, 3. Astro All Asia Network,Plc sebagai Terlapor II, 4. All Asia Multimedia Networks, FZ-LLC sebagai Terlapor IV dan ESPN Star Sport sebagai Terlapor III. Sedangkan pelaku usaha yang diduga melakukan pelanggaran terhadap Pasal 19 huruf a dan c UU No. 5 Tahun 1999 dan ditetapkan sebagai Terlapor AAAN, AAMN dan PTDV berkaitan dengan Hak Siar Eksklusif Barclays Premier League Liga Utama Inggris Musim 2007-2010. Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 255KPdt.Sus2009 tanggal 28 Mei 2009 memeriksa perkara antara ESPN STAR SPORTS ”ESS” dan All Asia Multimedia Networks FZ-LLC melawan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia KPPU. Dalam permohonan kasasi, Termohon kasasi I dan II merasa keberatan atas putusan KPPU yang membatalkan perjajian yang buat oleh Termohon I dengan Termohon Kasasi II karena melanggar ketentuan Pasal 16 UU Monopoli, Akibat pelangara Pasal 16 UU Monopoli yang dilakukan oleh pelaku usaha ESS dengan AAMN maka pelaku usaha lainnya yakni perjanjian yang berisikan Hak Siar Liga Inggris. Tindakan yang dilakukan oleh AAMN dan ESS telah menyebabkan kerugian Universitas Sumatera Utara 126 yang diderita oleh pesaing AAMN dalam pembelian hak siar Liga Inggris untuk wilayah Indonesia. KPPU melakukan analisis ekonomi akibat dari adanya perjanjian Hak Siar Liga Inggris yang dibuat oleh AAMN dengan ESS dan berkesimpulan bahwa Liga Inggris 2007-2010 merupakan konten yang penting, sebagaimana dapat dilihat dari fakta yang ditemukan dalam persidangan yang menyebutkan : 107 Kesediaan AAMN untuk membeli tayangan Liga Inggris eksklusif dengan harga yang mahal dibandingkan konten-konten lainnya, bertentangan dengan pernyataannya. Kesediaan membeli secara mahal tersebut menunjukkan bahwa presepsi subjektif operator mendukung pendapat bahwa liga inggris merupakan konten yang penting bagi industri tv berlangganan saat ini. Dari fakta tersebut siaran liga Inggris dari sisi ekonomi mempunyai nilai jual dan nilai ekonomi yang tinggi, karena siaran liga Inggris sangat diminti oleh konsumen pelanggara tv prabayar dan merupakan sumber pendapatan bagi pelaku usaha. Dari kaca mata hukum, hak siar liga Inggris ini merupakan benda yang mempunyai nilai ekonomi yang dapat dimiliki oleh semua pelaku usaha atau operator tv. Dalam pemeriksaan terhadap perjanjian yang dilakukan oleh AAMN dan EES tentang hak siar liga Inggeris KPPU melakukan analisis ekonomi yang berkaitan dengan hak siar liga Inggris tersebut, dan dari hasil analisis ekonomi KPPU menyimpulkan adanya kerugian yang dialami oleh pelaku usaha lainnya sebagaimana dapat dilihat dari fakta yang mengatakan : 108 107 Ibid, hlm 47. 108 Ibid, hlm 63 Universitas Sumatera Utara 127 Kerugian tersebut timbul sebagai akibat hilangnya pelanggan sejak ditayangkan Liga Inggris secara eksklusif di Astro karena berpindahnya pelanggan paket sport pada TV berlangganan. Hilangnya pelanggan merupakan kerugian bagi operator TV berbayar, sehubungan sumber pendapatan utama operator TV berlangganan diperoleh dari iuran yang dibayarkan oleh pelanggan. Dalam pertimbangan lainnya disebutkan : 109 Perkembangan jumlah pelaku usaha dapat menjadi petunjuk tinggi atau rendahnya entry barrier untuk memasuki industri TV berlangganan. Semakin tinggi entry barrier menunjukan sulitnya pelaku usaha baru untuk masuk ke dalam pasar. Sulitnya pelaku usaha baru masuk akan menghilangkan tekanan kompetisi yang diterima oleh pelaku usaha lama incumbent. Kondisi tersebut akan memberikan kesempatan yang lebih besar kepada incumbent untuk mengeksploitasi market power. Eksploitasi market power tersebut akan berdampak lebih buruk pada persaingan pada pasar dengan tingkat entry barrier yang tinggi. Sampai dengan akhir tahun 2006, operator TV secara umum memiliki pilihan channel internasional international turn arround channel yang relatif sama Casba 2007, hal 27. Walaupun demikian pola differensiasi mulai dilakukan oleh operator. Diantara bentuk-bentuk differensiasi tersebut adalah adanya commissioned content, yaitu content yang diproduksi oleh pihak lain atau oleh operator namun hanya ditayangkan secara eksklusif di operator tertentu. Diantara bentuk differensiasi tersebut adalah sebagai berikut: ASTRO: 1. Astro Expresi 2. Astro Awani 3. Astro Ceria 4. Astro Aruna 5. Astro Kirana 6. Astro Oasis 2007 7. Astro xpresi. Dari pertimbangan hukum tersebut dapat diketahui bahwa pembatalan perjanjian disebabkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat sebagaimana terlihat dari terhalangnya pelaku usaha lain untuk masuk ke pasar entry barrier yang cukup tinggi akibat adanya perjanjian yang dilakukan oleh AAMN dengan ESS. 109 Ibid, hlm 65-67 Universitas Sumatera Utara 128 Perbuatan entry barrier atas siaran liga Inggeris akibat adanya perjanjian yang dilakukan oleh AAMN dan ESS merupakan perbuatan yang menimbulkan kerugian bagi publik di samping kerugian bagi pelaku usaha sejenis. Kerugian publik dalam perkara tersebut terlihat bahwa pemirsa tv tidak dapat secara bebas untuk menikmati siaran liga Inggris yang dibutuhkan oleh masyarakat luas, sedangkan kerugian dari pelaku usaha sejenis dalam bentuk tidak dapat memperoleh pendapat dari siaran liga Inggris tersebut yang sangat diminati oleh publik karena terhalang untuk membeli hak siaran tersebut yang telah dibatasi oleh pihak ESS dengan AAMN yang memberikan hak siar liga Inggris kepada kelompoknya sendiri. Perbuatan entry berrier yang dilakukan oleh ESS dan AAMN melalui perjanjian tersebut sesungguhnya dalam rangka memaksimumkan keuntungan. Keuntungan yang maksimum dapat diraih dengan menguasai pasar dan menentukan apa yang harus terjadi pada pasar tersebut. Perbuatan yang demikian ini sudah tentu merugikan konsumen karena tidak memiliki pilihan lain selain apa yang tersedia di pasar sedangkan kerugian bagi pelaku usaha sejenis adalah tidak dapat mengeksploitasi sumber daya ekonomi yang diperhitungkan akan diperoleh pendapatan dan keuntungan bila pelaku usaha tersebut memperdagangkan sumber daya ekonomi tadi. Dalam buku yang diterbitkan oleh ELIPS bekerjasama dengan Partnership for Busines Competition disebutkan : 110 Dari sisi ekonomi, penguasaan pasar merupakan salah satu variabel strategis yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh kekuatan pasar. Kekuatan pasar ini pada gilirannya dapat digunakan menetapkan harga yang seharusnya terjadi bila pasarnya kompetetif. Dengan menetapkan harga lebih 110 ELIPS, Partnership for Busines Competition, Persaingan Usaha dan Hukum Yang Mengaturnya di Indonesia, Jakarta, ,Proyek ELIPS, 1999, hlm. 17 Universitas Sumatera Utara 129 tinggi ini, maka di satu pihak perusahaan akan mendapatkan keuntungan besar, sementara di pihak lain pihak konsumen dirugikan karena harus membeli produk dengan harga yang lebih mahal. Jadi terdapat insentif yang cukup besar bagi perusahaan untuk mendapatkan kekuatan pasar ini. Akhirnya dalam pembahasan ini, dapat disimpulkan dasar pihak ketiga atau KPPU membatalkan perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli dan persaingan tidak sehat adalah untuk melindungi kepentingan umum dan memberi kesempatan yang sama bagi pelaku usaha lainnya untuk melakukan kegiatan usaha untuk mengekspoitasi sumber daya ekonomi yang berkenaan dengan kebutuhan publik. Pada sisi lain, dasar pihak ketiga membatalkan perjanjian yang menimbulkan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat adalah upaya publik untuk menghindari kerugian publik akibat adanya praktik monopoli dan pesingan usaha tidak sehat yang terjadi. Universitas Sumatera Utara 130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Mahkamah Agung No. 981K/PDT/2009 Tentang Pembatalan Sertipikat Hak Pakai Pemerintah Kota Medan No. 765

4 80 178

Analisis Putusan Mahkamah Agung Mengenai Putusan yang Dijatuhkan Diluar Pasal yang Didakwakan dalam Perkaran Tindak Pidana Narkotika Kajian Terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor 238 K/Pid.Sus/2012 dan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2497 K/Pid.Sus/2011)

18 146 155

Efektivitas Penerapan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 179/K/SIP/1961 Di Dalam Persamaan Hak Mewaris Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Pada Masyarakat Suku Batak Toba Perkotaan (Studi Di Kecamatan Medan Baru)

2 68 122

Analisis Tentang Putusan Mahkamah Agung Dalam Proses Peninjauan Kembali Yang Menolak Pidana Mati Terdakwa Hanky Gunawan Dalam Delik Narkotika

1 30 53

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Penetapan Luas Tanah Pertanian (Studi Kasus : Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/Puu-V/2007 Mengenai Pengujian Undang-Undang No: 56 Prp Tahun 1960 Terhadap Undang-Undang Dasar 1945)

4 98 140

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Persekongkolan Tender Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Dalam Praktek Persaingan Usaha Tidak Sehat Di Kota Pematang Siantar Ditinjau Dari UU Nomor 5 Tahun 1999 (Studi Kasus RSU Kota Pematang Siantar)

2 83 190

Pengelengaraan Badan Penyelengara Jaminan Sosial (BPJS) Ditinjau Dari Hukum Persaingan Usaha (Studi UU No 5 Tahun 1999)

0 14 0

Pembatalan Putusan Kppu Nomor 06/Kppu-L/2012 Tentang Persekongkolan Tender Pembangunan Terminal Angkutan Jalan Sei Ambawang Kota Pontianak Tahap Xi Tahun 2012 (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 241 K/Pdt.Sus-Kppu/2014)

0 16 129