1.2. Rumusan Masalah
Penelitian ini meneliti faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas audit yang dilaksanakan oleh aparat InspektoratKabupaten Karo.
Masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah kompetensi, independensi, due professional care, akuntabilitas, dan fraud
risk assessmentaparat Inspektorat berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kualitas audit dalam mewujudkan good governance di Kabupaten Karo?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan untuk menganalisis pengaruh kompetensi, independensi, due professional care,
akuntabilitas, dan fraud risk assessmentaparat Inspektorat apakah berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap kualitas audit dalam mewujudkan good
governance di Kabupaten Karo.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor yang mempengaruhi kualitas audit Inspektorat dalam pengawasan
keuangan daerah, sehingga akan dapat dimanfaatkan dalam upaya peningkatan kualitas audit inspektorat.
b. Bagi Inspektorat, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah khususnya peranan inspektorat dalam pengawasan
Universitas Sumatera Utara
keuangan daerah dan dalam rangka mewujudkan good governance, sehingga inspektorat diharapkan dapat membuat program yang
berkontribusi pada peningkatan kualitas dan kapabilitasnya. c. Bagi peneliti selanjutnya, memberikan kontribusi pengembangan literatur
akuntansi sektor publik di Indonesia terutama sistem pengendalian manajemen di sektor publik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi dan mendorong dilakukannya penelitian-penelitian akuntansi sektor publik. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan dapat
memberikan sumbangan bagi penelitian berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Motivasi
Teori motivasi merupakan teori yang diambil penulis sebagai landasan teori variabel independen.Motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas,
arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.Tiga elemen utama dalam definisi ini diantaranya adalah intensitas, arah, dan ketekunan.
Berdasarkan teori hierarki kebutuhanAbraham Maslow, teori X dan teori YDouglas McGregor
Dari berbagai jenis teori motivasi, teori yang sekarang banyak dianut adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada
hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya. Ahli yang mencoba merumuskan kebutuhankebutuhan manusia, di antaranya adalah Abraham
Maslow. Maslow telah menyusun “tingkatan kebutuhan manusia”, yang pada pokoknya didasarkan pada prinsip, bahwa Wahjosumidjo, 1987 :
maupun teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu.
Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan
mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Ada yang mengartikan motivasi sebagai sebuah alasan, dan ada juga yang mengartikan motivasi sama dengan
semangat. 08092014, http:id.wikipedia.orgwikiMotivasi
Universitas Sumatera Utara
1 Manusia adalah “ binatang yang berkeinginan”; 2 Segera setelah salah satu kebutuhannya terpenuhi, kebutuhan lainnya
akan muncul; 3 Kebutuhan-kebutuhan manusia nampak diorganisir ke dalam kebutuhan
yang bertingkat-tingkat; 4 Segera setelah kebutuhan itu terpenuhi, maka mereka tidak mempunyai
pengaruh yang dominan, dan kebutuhan lain yang lebih meningkat mulai mendominasi.
Wahjosumidjo 1987 merumuskan lima jenjang kebutuhan manusia, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
1 Kebutuhan mempertahankan hidup Physiological Needs. Manifestasi kebutuhan ini tampak pada tiga hal yaitu sandang,
pangan, dan papan. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan primer untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan biologis.
2 Kebutuhan rasa aman Safety Needs. Manifestasi kebutuhan ini antara lain adalah kebutuhan akan keamanan jiwa, di mana manusia
berada, kebutuhan keamanan harta, perlakuan yang adil, pensiun, dan jaminan hari tua.
3 Kebutuhan social Social Needs. Manifestasi kebutuhan ini antara lain tampak pada kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain
sense of belonging, kebutuhan untuk maju dan tidak gagal sense of achievement, kekuatan ikut serta sense of participation.
Universitas Sumatera Utara
4 Kebutuhan akan penghargaanprestise esteem needs, semakin tinggi status, semakin tinggi pula prestisenya. Prestise dan status ini
dimanifestasikan dalam banyak hal, misalnya mobil mercy, kamar kerja yang full AC, dan lain-lain.
5 Kebutuhan mempertinggi kapasitas kerja self actualization, kebutuhan ini bermanifestasi pada keinginan mengembangkan
kapasitas mental dan kerja melalui seminar, konferensi, pendidikan akademis, dan lain-lain.
Menurut Suwandi 2005, dalam konteks organisasi, motivasi adalah pemaduan antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan personil. Hal ini akan
mencegah terjadinya ketegangan konflik sehingga akan membawa pada pencapaian tujuan organisasi secara efektif.
Sehubungan dengan auditpemerintah, terdapat penelitian mandiri mengenai pengaruh rewards instrumentalities dan environmental risk factors
terhadap motivasi partner auditor independen untuk melaksanakan audit pemerintah. Penghargaan rewards yang diterima auditor independen pada saat
melakukan audit pemerintah dikelompokkan ke dalam dua bagian penghargaan, yaitu penghargaan intrinsic kenikmatan pribadi dan kesempatan membantu orang
lain dan penghargaan ekstrinsik peningkatan karir dan status. Sedangkan faktor risiko lingkungan environmental risk factors terdiri dari iklim politik dan
perubahan kewenangan. Rincian lebih lanjut tentang faktor penghargaan dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
TABEL 2.1 MOTIVASI AUDITOR INDEPENDEN
DALAM MELAKUKAN AUDIT PEMERINTAH
Penghargaan Intrinsik Penghargaan Ekstrinsik
Kenikmatan Pribadi 1. Pekerjaan yang menarik
2. Stimulus intelektual 3. Pekerjaan
yang menantang mental
4. Kesempatan pembangunan dan pengembangan pribadi
5. Kepuasan pribadi Karir
1. Keamanankemapanankerjaya ng tinggi
2. Kesempatan karir jangkapanjang yang luas
3. Peningkatan kompensasi
Kesempatan membantu orang lain 1. Pelayanan masyarakat
2. Kesempatanmembantupersonalkli en
3. Kesempatan bertindaksebagai mentor bagi stafaudit
Status 1. Pengakuan positif
darimasyarakat 2. Penghormatan dari masyarakat
3. Prestis atau nama baik 4. Meningkatkan status sosial
Sumber : Taufiq Effendy 2010 2.1.2. Kualitas Audit
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke-2 1994 kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu. Sedangkan pengertian audit adalah pemeriksaan
tentang keuangan atau pengujian efektivitas keluar masuknya uang dan penilaian
kewajaran laporan yang dihasilkan.
Menurut Boynton 2001 auditing adalah suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi –
Universitas Sumatera Utara
asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil - hasilnya kepada pihak - pihak yang
berkepentingan.
Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas audit adalah tingkat baik buruknya suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti secara objektif atas suatu informasi untuk menentukan apakah suatu informasi disajikan secara wajar dan sesuai dengan kriteria yang sudah
ditetapkan dan dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Audit bukan hanya merupakan proses review terhadap laporan keuangan,
namun juga mengenai penyampaian informasi yang tepat terhadap pihak-pihak yang berkepentingan. Hal itu digunakan sebagai dasar pengukuran kualitas audit.
De Angelo 1981 dalam Alim, dkk 2007 mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan
penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Dari beberapa definisi dan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan
bahwa kualitas audit adalah kemampuan seorang auditor dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti untuk menemukan apakah terjadi misstatement dan
pelanggaran serta auditor mampu untuk melaporkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, auditor yang berkualitas dalam audit
adalah auditor yang mampu menemukan salah saji dan pelanggaran serta juga mampu untuk melaporkannya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Peranan auditor untuk meningkatkan kualitas audit sangat diperlukan. Kualitas audit perlu ditingkatkan karena dengan meningkatnya kualitas audit yang
Universitas Sumatera Utara
dihasilkan oleh auditor maka tingkat kepercayaan yang akan diberikan oleh masyarakat semakin tinggi. Menurut Panduan Manajemen Pemeriksaan BPK
2002 standar kualitas audit terdiri dari : 1. Kualitas strategis yang berarti hasil pemeriksaan harus memberikan
informasi kepada pengguna laporan secara tepat waktu. 2. Kualitas teknis berkaitan dengan penyajian temuan, simpulan, dan
opini pemeriksaan, yaitu penyajiannya harus jelas, konsisten, dan objektif.
3. Kualitas proses yang mengacu pada proses kegiatan pemeriksaan sejak perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, sampai dengan tindak lanjut
pemeriksaan.
2.1.3. Kompetensi
Alim 2007 : 6 kompetensi didefinisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang pekerja yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior.
Kompetensi merupakan karakteristik - karakteristik yang mendasari individu untuk melakukan suatu pekerjaan superior.
Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi merupakan suatu karakteristik dan keterampilan individu yang mencerminkan
kemampuan potensialnya dalam melakukan suatu pekerjaan superior. Karakteristik dan keterampilan individu dapat dimiliki sebagai hasil dari
menempuh jalur pendidikan formal maupun non-formal, serta ujian, sertifikasi maupun keikutsertaan dalam seminar, pelatihan, lokakarya, dan lain-lain. Berarti
kompetensi dalam audit berarti seorang auditor setelah menempuh pendidikan
Universitas Sumatera Utara
formalnya serta mengikuti pelatihan-pelatihan dan akan semakin terasah keahliannya tersebut dengan melakukan praktek audit.
Kompetensi auditor juga dapat diukur melalui banyaknya sertifikat atau ijazah yang dimiliki serta banyakseringnya keikutsertaan dalam pelatihanseminar
yang berkaitan dengan profesinya. Semakin sering seorang auditor yang bersangkutan hadir dan mengikuti pelatihanseminar maka auditor yang
bersangkutan diharapkan dan seharusnya akan lebih cakap dan lebih lihai dalam melaksanakan tugas auditnya.
Kompetensi berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang dimiliki akuntan publik dalam bidang auditing dan akuntansi. dalam
melaksanakan tugasnya, seorang auditor harus bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidangnya, yakni auditing dan akuntansi. Christiawan 2002 : 89
menyatakan akuntan publik harus terus bersikap dinamis dalam menanggapi perubahan dan perkembangan dari suatu standar. Auditor sebagai seorang yang
ahli harus selalu mempelajari dan memahami semua perkembangan ketentuan maupun ketentuan baru yang diterapkan dalam bisnis maupun organisasi profesi.
Selain itu juga dapat diketahui bahwa kualitas auditor juga dapat diukur dari tingkat kompetensi dan independensinya.
Dalam lampiran 2 SPKN disebutkan bahwa: Pemeriksa yang ditugasi untuk melaksanakan pemeriksaan menurut
Standar Pemeriksaan harus secara kolektif memiliki : Pengetahuan tentang Standar Pemeriksaan yang dapat diterapkan terhadap jenis pemeriksaan
yang ditugaskan serta memiliki latar belakang pendidikan, keahlian dan pengalaman untuk menerapkan pengetahuan tersebut dalam pemeriksaan
yang dilaksanakan; Pengetahuan umum tentang lingkungan entitas, program, dan kegiatan yang diperiksa obyek pemeriksaan paragraf 10.
Pemeriksa yang melaksanakan pemeriksaan keuangan harus memiliki
Universitas Sumatera Utara
keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang
diperiksa paragraf 11. Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa
penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit. Selain dua hal di atas, ada tidaknya program atau proses
peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kompetensi auditor.
2.1.4. Independensi
Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.
Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan
independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan
dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Independensi dalam pengauditan sebagai penggunaan cara pandang yang
tidak biasa dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan hasil temuan audit.
Ada dua aspek independensi, yaitu: 1. Independensi sikap mental independence of mindindependence of mental
attitude, independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.
Universitas Sumatera Utara
2. Independensi penampilan image projected to the publicappearance of independence, independensi penampilan ditentukan oleh kesan
masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Definisi independensi menurut Standar Profesional Akuntan Publik SPAP
2001 : seksi 220 adalah suatu keadaan dimana auditor tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan
demikian auditor eksternal diharapkan dan tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Sikap mental independen tersebut
meliputi independen dalam fakta in fact maupun dalam penampilan in appearance.
Setiap auditor harus memelihara integritas dan keobjektifan dalam tugas profesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang
bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Setiap auditor harus dapat menghindar dari keadaan yang dapat membuat opini masyarakatpihak ketiga
bahwa auditor tidak lagi dapat menjaga independensinya bahwa auditor sudah terlibat dalam suatu konflikpertentangan kepentingan sehingga auditor sudah
tidak lagi bersikap objektif. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi dalam profesi audit
sangatlah penting bagi perkembangan profesi akuntan publik itu sendiri. Masyarakat tidak akan lagi percaya jika terdapat bukti bahwa auditor sudah
kehilangan independensinya. Untuk bertindak independen, auditor harus menjaga
Universitas Sumatera Utara
sikap mentalnya yaitu sikap mental intelektual jujur. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat independensi dan aturan yang ditetapkan untuk
mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya SPAP 2001 : seksi 220.
Dalam lampiran 2 SPKN disebutkan bahwa: Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan
pandanganpribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala
bentuknya. Pemeriksa bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang dalamorganisasi pemeriksanya apabila memiliki
gangguan pribadi terhadap independensi.
Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antaralain: 1. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda
sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa,
dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.
2. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.
3. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
4. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa.
5. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi,
Universitas Sumatera Utara
pengembangan sistem, menyusun danatau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
6. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi
berat sebelah.
2.1.5. Due Professional Care
Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat dan seksama. Muliani dan Bawono 2010 mendefinisikan due professional care
sebagai kecermatan dan keseksamaan dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional.
Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care dalam pekerjaan auditnya. Auditor dituntut untuk selalu berpikir kritis terhadap
bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan
maupun kecurangan fraud. Standar umum ketiga dalam SPKN menghendaki auditor independen
untuk cermat dan seksama dalam menjalankan tugasnya. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan dilakukannya review secara kritis pada
setiap tingkat supervise terhadap pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
yang dihasilkan. Auditor yang cermat dan seksama akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi.
2.1.6. Akuntabilitas
Istilah akuntabilitas berasal dari Bahasa Inggris “accountability” yang memiliki arti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan
atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban. Tetlock 1984 dalam Diani Mardisar dan Ria 2007, mendefinisikan akuntabilitas sebagai bentuk dorongan
psikologi yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya.
Peran dan tanggung jawab auditor diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik SPAP yang ditetapkan oleh IAI ataupun Statement on Auditing
Standards SAS yang dikeluarkan oleh Auditing Standards Board ASB. Adapun peran dan tanggung jawab auditor yaitu:
a. Tanggung jawab mendeteksi dan melaporkan kecurangan fraud, kekeliruan, dan ketidakberesan.
b. Tanggung jawab mempertahankan sikap independensi dan menghindari konflik.
c. Tanggung jawab mengkomunikasikan informasi yang berguna tentang sifat dan hasil proses audit.
d. Tanggung jawab menemukan tindakan melanggar hukum dari klien. Diani Mardisar dan Ria 2007 mengatakan bahwa kualitas hasil pekerjaan
auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban akuntabilitas yang dimiliki oleh auditor dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Oleh karena itu
Universitas Sumatera Utara
akuntabilitas merupakan salah satu faktor penting yang harus dimiliki auditor dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mengukur akuntabilitas dapat digunakan
tiga indikator berikut Rahman 2009 : 1
Motivasi, merupakan keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai
tujuan. Dengan adanya motivasi dalam bekerja, auditor diharapkan lebih memiliki intensitas, arah, dan ketekunan sehingga tujuan organisasi dapat
dicapai. Terkait dengan akuntabilitas, seseorang dengan akuntabilitas tinggi akan memiliki motivasi yang tinggi pula dalam mengerjakan
sesuatu. 2
Pengabdian pada profesi, dicerminkan dari dedikasi profesionalisme dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki, serta
keteguhan untuk tetap melaksanakan suatu pekerjaan. Sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap pekerjaan. Totalitas
inilah yang menjadi tanggung jawab dan komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan
rohani, kemudian baru materi. 3
Kewajiban sosial, merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi dan manfaat yang diperoleh, baik oleh masyarakat maupun
professional karena adanya pekerjaan tersebut. Jika auditor menyadari betapa besar perannya, maka ia akan memiliki keyakinan untuk melakukan
pekerjaan dengan baik dan penuh tanggung jawab, sehingga ia merasa
Universitas Sumatera Utara
berkewajiban untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan juga profesinya.
Pengabdian kepada profesi merupakan suatu komitmen yang terbentuk dari dalam diri seorang profesional, dalam hal ini adalah auditor, tanpa paksaan
dari siapapun. Auditor memiliki kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis mereka kepada organisasi, profesi, masyarakat, dan pribadi mereka sendiri dimana
akuntan publik mempunyai tanggung jawab menjaga integritas dan objektivitasnya. Auditor yang memiliki akuntabilitas tinggi akan
bertanggungjawab penuh terhadap pekerjaannya sehingga kualitas audit yang dihasilkan pun akan semakin baik.
2.1.7. Fraud Risk Assessment
Fraud adalah kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta materiil yang dapat
mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus
khususnya dilakukan secara disengaja memungkinkan merupakan suatu kejahatan; penyajian yang salahkeliru salah pernyataan yang secara
cerobohtanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat.
Fraud dalam suatu perusahaan,organisasi, maupun pemerintahan tidaklah mungkin dihilangkan selama ketiga elemen kecurangan fraud triangle yaitu
pressure tekanan, opportunity kesempatan, rationalization rasionalisasi masih terdapat dalam suatu perusahaan. Alvin A. Arens 2003 : 365
Universitas Sumatera Utara
mendefenisikan fraud triangle adalah tiga kondisi dimana auditor sering menemukan adanya salah saji materiil yang disebabkan oleh kecurangan, ketiga
kondisi tersebut adalah pressure tekanan, opportunity kesempatan, dan rationalization rasionalisasi.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ketiga kondisi fraud triangle diatas adalah sebagai berikut :
1. Tekanan pressures Terdapat tekanan yang berbeda-beda yang dapat memotivasi seseorang
untuk melakukan fraud. Perceived pressures sebagai situasi dimana manajemen atau karyawan memiliki insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan. 2. Kesempatan opportunities
Kesempatan opportunity adalah situasi dimana seseorang percaya bahwa dia memiliki keadaan yang menjanjikan atau memungkinkan untuk
melakukan fraud dan tidak dapat terdeteksi dimanakesempatan untuk melakukan atau menyembunyikan fraud harus ada agar financial statement
fraud dapat terjadi. 3. Rasionalisasi rationalization
Rasionalisasi adalah hadirnya sebuah perilaku, karakter, atau kumpulan nilai etis yang membiarkan manajemen atau karyawan secara sengaja
melakukan sebuah tindakan yang tidak jujur, atau mereka berada dalam lingkungan yang membebankan tekanan yang cukup yang menyebabkan
mereka untuk merasionalisasikan atau membenarkan sebuah tidakan yang
Universitas Sumatera Utara
tidak jujur. Sebagai contoh seseorang mengaku mengambil uang perusahaan tetapi dia beralih hanya meminjam dan akan mengembalikan
uang itu setelah menerima gaji atau berdalih itu pantas dia dapatkan karena yang bersangkutan sudah bekerja keras untuk perusahaan.
Salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan terjadinya fraud adalah dengan menghilangkan kesempatan untuk melakukan fraud tersebut dengan
mempunyai pengendalian internal yang baik serta mempertimbangkan fraud risk assessment penaksiran resiko kecurangan.
Fraud risk assessment penaksiran risiko kecurangan yaitu penaksiran seberapa besar risiko kegagalan auditor dalam mendeteksi terjadinya kecurangan
dalam asersi manajemen. Slamet Susanto 2009 mengartikan fraud risk assessment merupakan risiko salah saji laporan keuangan yang disengaja dengan
jumlah melebihi tingkat kekeliruan yang dapat ditolerir yang meliputi salah saji maupun penghilangan jumlah-jumlah atau pengungkapan-pengungkapan.
Formulir penaksiran risiko kecurangan digunakan untuk mendokumentasikan hasil penelaahan faktor-faktor risiko kecurangan.
2.1.8. Konsep Inspektorat
Berdasarkan amanat Pasal 112 ayat 2 UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan pasal 11 PP No. 20 tahun 2001 tentang Pembinaan
Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, maka unsur pengawasan pada Pemerintah Daerah yang semula dilaksanakan oleh Inspektur Wilayah
PropinsiKota atau Kota, Inspektorat merupakan unsur penunjang Pemerintah Daerah di Bidang Pengawasan yang dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang
Universitas Sumatera Utara
berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional
terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah serta usaha daerah lainnya. Disamping itu Inspektorat mempunyai
fungsi yaitu : 1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengawasan fungsional;
2. Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh Perangkat Daerah dan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dan
Usaha Daerah lainnya; 3. Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat
Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya; 4. Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan
atau penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan maupun pengaduan atau informasi dari berbagai pihak;
5. Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat Daerah dan Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
6. Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil
pemeriksaan maupun pengaduan atau informasi dari berbagai pihak; 7. Pelaksanaan tindakan awal sebagai pengamanan diri terhadap dugaan
penyimpangan yang dapat merugikan daerah; 8. Pelaksanaan fasilitasi dalam penyelenggaraan otonomi daerah melalui
pemberian konsultasi;
Universitas Sumatera Utara
9. Pelaksanaan koordinasi tindak lanjut hasil pemeriksaan. Aparat pengawasan Fungsional Pemerintah APFP;
10. Pelaksanaan pelayanan informasi pengawasan kepada semua pihak; 11. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan pihak yang berkompeten
dalam rangka menunjang kelan-caran tugas pengawasan; 12. Pelaporan hasil pengawasan disampaikan kepada Gubernur dengan
tembusan kepada DPRD; 13. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Gubernur;
Inspektorat kota juga mempunyai tugas pokok melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan daerah di bidang pengawasan yang
meliputi pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan serta keuangan dan kekayaan daerah.
Fungsi-fungsi Inspektorat provinsi, meliputi : 1.
Perencanaan program pengawasan. 2.
Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan. 3.
Pembinaan dan pelaksanaan pengawasan meliputi bidang pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan serta
keuangan dan kekayaan daerah. 4.
Pemeriksaan, pengusutan pengujian dan penilaian tugas pengawasan.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penelitian Terdahulu
Alim dkk 2007 melakukan penelitian kualitas audit yang dilakukan oleh auditor pada Kantor Akuntan Publik se - Jawa Timur. Variabel penelitian yang
digunakan yaitu kompetensi dan independensi sebagai variabel independen, kualitas audit sebagai variabel dependen, dan etika auditor sebagai variabel
moderasi. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa independensi dan kompetensi
auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Teguh Harhinto 2004 melakukan penelitian kualitas audit yang dilakukan oleh auditor. Variabel penelitian yang digunakan yaitu keahlian dan
independensi sebagai variabel independen, kualitas audit sebagai variabel dependen. Dari penelitan tersebut terdapat hasil penelitian bahwa keahlian dan
independensi berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Saripudin, Netty Herawaty, Rahayu
2012 Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Proffessianl Care, dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Audit pada KAP di Jambi dan Palembang yang
membuktikan secara parsial variabel due professional care tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Peneliti lain yang menemukan due
professional care tidak berpengaruh signifikan adalah Achmat Badjuri 2011, sedangkan Muliani dan Bawono 2010 due professional care secara parsial
berpengaruh terhadap kualitas audit. Nizarul, Trisni, dan Liliek 2007, Yossi Septriani 2012 membuktikan
bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
Lauw Tjun Tjun 2012 menyatakan independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Rahman 2009 menguji persepsi auditor mengenai pengaruh kompetensi, independensi, dan due professional care terhadap kualitas audit, dimana
kompetensi diproksikan ke dalam pengetahuan dan pengalaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, independensi, dan due professionalcare
berpengaruh terhadap kualitas audit, sedangkan pengalaman tidak berpengaruh signifikan.
Penelitian yang dilakukan Suzy Noviyanti 2008 dalam disertasinya mencoba melihat keeratan hubungan variabel trust tingkat kepercayaan auditor
terhadap klien, fraud risk assessment penaksiran risiko kecurangan dan karakteristik personal dengan skeptisisme profesional. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh penaksiran risiko kecurangan yang diberikan oleh atasannya. Bagaimana auditor yang diberi
penaksiran risiko kecurangan tinggi secara signifikan lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang tidak diberi penaksiran risiko kecurangan dan secara
signifikan lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan lebih rendah.
Secara ringkas hasil dari penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.2.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Variabel
Hasil Penelitian Dependen
Independen
1. Alim, dkk
2007 Kualitas audit
Kompetensi dan Independensi
Kompetensi dan Independensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
Interaksi antara kompetensi,
independensi, dan etika auditor berpengaruh
positif terhadap kualitas
audit. 2.
Teguh Harhinto
2004 Kualitas audit
Keahlian dan Independensi
Keahlian dan independensi
berpengaruh secara signifikan terhadap
kualitas audit. 3.
Saripudin,Netty Herawaty,
Rahayu 2012 Kualitas Audit
Independensi, Pengalaman,
Due Professional
Care, Akuntabilitas
Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due
Proffessianl Care, dan Akuntabilitas terhadap
Kualitas Audit pada KAP di Jambi dan
Palembang yang membuktikan secara
parsial variabel due
Universitas Sumatera Utara
professional care tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas auditor.
4. Achmat
Badjuri 2011 Kualitas Audit
Independensi, Due
Professional Care,
Akuntabilitas Due professional care
tidak berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.
5. Nizarul,Trisni,
dan Liliek 2007
Kualitas Audit Kompetensi dan
Independensi Independensi
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
6. Lauw
Tjun Tjun 2012
Kualitas Audit Kompetensi dan
Independensi Independensi tidak
berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.
7. Rahman
2009 Kualitas audit
Kompetensi, Independensi,
danDue Professional
Care. Kompetensi
diproksikan ke dalam 2 hal, yaitu
pengetahuan dan pengalaman.
Pengetahuan, independensi, dan due
professional care berpengaruh terhadap
kualitas audit, sedangkan
pengalaman tidak memberikan pengaruh.
8. Suzy Noviyanti
2008 Skeptisisme
Profesional Kepercayaan
Trust dan
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
Fraud Risk Assessment
skeptisisme profesional auditor dipengaruhi
oleh penaksiran risiko kecurangan yang
diberikan oleh atasannya. Auditor
yang diberi penaksiran risiko kecurangan
tinggi secara signifikan lebih skeptis
dibandingkan dengan auditor yang tidak
diberi penaksiran risiko kecurangan dan secara
signifikan lebih skeptis dibandingkan dengan
auditor yang diberi penaksiran risiko
kecurangan lebih rendah.
Sumber : Berbagai sumber dan jurnal
2.3. Kerangka Konseptual