keahlian di bidang akuntansi dan auditing, serta memahami prinsip akuntansi yang berlaku umum yang berkaitan dengan entitas yang
diperiksa paragraf 11. Kompetensi yang diperlukan dalam proses audit tidak hanya berupa
penguasaan terhadap standar akuntansi dan auditing, namun juga penguasaan terhadap objek audit. Selain dua hal di atas, ada tidaknya program atau proses
peningkatan keahlian dapat dijadikan indikator untuk mengukur tingkat kompetensi auditor.
2.1.4. Independensi
Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah: “Dalam semua hal yang berkaitan dengan pekerjaan pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan
pemeriksa harus bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi independensinya”.
Dengan pernyataan standar umum kedua ini, organisasi pemeriksa dan para pemeriksanya bertanggung jawab untuk dapat mempertahankan
independensinya sedemikian rupa, sehingga pendapat, simpulan, pertimbangan atau rekomendasi dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tidak memihak dan
dipandang tidak memihak oleh pihak manapun. Independensi dalam pengauditan sebagai penggunaan cara pandang yang
tidak biasa dalam pelaksanaan pengujian audit, evaluasi hasil pengujian tersebut, dan pelaporan hasil temuan audit.
Ada dua aspek independensi, yaitu: 1. Independensi sikap mental independence of mindindependence of mental
attitude, independensi sikap mental ditentukan oleh pikiran akuntan publik untuk bertindak dan bersikap independen.
Universitas Sumatera Utara
2. Independensi penampilan image projected to the publicappearance of independence, independensi penampilan ditentukan oleh kesan
masyarakat terhadap independensi akuntan publik. Definisi independensi menurut Standar Profesional Akuntan Publik SPAP
2001 : seksi 220 adalah suatu keadaan dimana auditor tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Dengan
demikian auditor eksternal diharapkan dan tidak dibenarkan memihak kepada kepentingan siapa pun, sebab bagaimana pun sempurnanya keahlian teknis yang ia
miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak, yang justru sangat penting untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya. Sikap mental independen tersebut
meliputi independen dalam fakta in fact maupun dalam penampilan in appearance.
Setiap auditor harus memelihara integritas dan keobjektifan dalam tugas profesional dan setiap auditor harus independen dari semua kepentingan yang
bertentangan atau pengaruh yang tidak layak. Setiap auditor harus dapat menghindar dari keadaan yang dapat membuat opini masyarakatpihak ketiga
bahwa auditor tidak lagi dapat menjaga independensinya bahwa auditor sudah terlibat dalam suatu konflikpertentangan kepentingan sehingga auditor sudah
tidak lagi bersikap objektif. Kepercayaan masyarakat umum atas independensi dalam profesi audit
sangatlah penting bagi perkembangan profesi akuntan publik itu sendiri. Masyarakat tidak akan lagi percaya jika terdapat bukti bahwa auditor sudah
kehilangan independensinya. Untuk bertindak independen, auditor harus menjaga
Universitas Sumatera Utara
sikap mentalnya yaitu sikap mental intelektual jujur. Auditor harus mengelola praktiknya dalam semangat independensi dan aturan yang ditetapkan untuk
mencapai derajat independensi dalam melaksanakan pekerjaannya SPAP 2001 : seksi 220.
Dalam lampiran 2 SPKN disebutkan bahwa: Gangguan pribadi yang disebabkan oleh suatu hubungan dan
pandanganpribadi mungkin mengakibatkan pemeriksa membatasi lingkup pertanyaan dan pengungkapan atau melemahkan temuan dalam segala
bentuknya. Pemeriksa bertanggung jawab untuk memberitahukan kepada pejabat yang berwenang dalamorganisasi pemeriksanya apabila memiliki
gangguan pribadi terhadap independensi.
Gangguan pribadi dari pemeriksa secara individu meliputi antaralain: 1. Memiliki hubungan pertalian darah ke atas, ke bawah, atau semenda
sampai dengan derajat kedua dengan jajaran manajemen entitas atau program yang diperiksa atau sebagai pegawai dari entitas yang diperiksa,
dalam posisi yang dapat memberikan pengaruh langsung dan signifikan terhadap entitas atau program yang diperiksa.
2. Memiliki kepentingan keuangan baik secara langsung maupun tidak langsung pada entitas atau program yang diperiksa.
3. Pernah bekerja atau memberikan jasa kepada entitas atau program yang diperiksa dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
4. Mempunyai hubungan kerjasama dengan entitas atau program yang diperiksa.
5. Terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam kegiatan objek pemeriksaan, seperti memberikan asistensi, jasa konsultasi,
Universitas Sumatera Utara
pengembangan sistem, menyusun danatau mereviu laporan keuangan entitas atau program yang diperiksa.
6. Adanya prasangka terhadap perorangan, kelompok, organisasi atau tujuan suatu program, yang dapat membuat pelaksanaan pemeriksaan menjadi
berat sebelah.
2.1.5. Due Professional Care