c. Karena strategi lebih banyak diberikan melalui ceramah, maka akan
sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
d. Keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori sangat tergantung
kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi, dan berbagai kemampuan
seperti kemampuan bertutur dan kemampuan mengelola kelas. e.
Oleh karena gaya komunikasi strategi pembelajaran lebih banyak terjadi satu arah one-way communication, maka kesempatan untuk
mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula. Di samping itu, komunikasi satu arah bisa mengakibatkan
pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.
2.1.3 Tinjauan tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning
2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning
Menurut Rusman 2011 :202, “Pembelajaran kooperatif cooperative
learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari
empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen ”.
Model pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Cooper et al., sebagaimana dikutip oleh Holzer Andruet 2000, mengatakan bahwa
“cooperative learning is a structured learning strategy in which small groups of students work toward a common goal”.
Kutipan peneliti mengandung makna bahwa, pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang terstruktur di mana kelompok-kelompok kecil siswa
bekerja untuk mencapai tujuan bersama. Slavin dkk 1985:6 menyatakan bahwa:
“Cooperative Learning methods are structured, systematic instructional strategies capable of being used at any grade level and in most school
subjects. All of the methods involve having the teacher assign the students to four- to six-member learning groups composed of high-, average-, and
low-achieving students, boys and girls, black, Anglo, and Hispanic students, and mainstreamed academically handicapped students as well as
their nonhandicapped classmates”. Kutipan tersebut mengandung makna bahwa, metode pembelajaran
kooperatif yaitu metode pembelajaran yang terstruktur dan mampu digunakan disetiap kelas pada mata pelajaran sekolah. Guru menyuruh siswa untuk belajar
kelompok empat sampai enam anggota, yang terdiri dari siswa laki-laki maupun perempuan, siswa yang berprestasi maupun yang kurang berprestasi.
Menurut Nurulhayati dalam Rusman 2011 :203, “Pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk salin
g berinteraksi”. Siswa memiliki dua tanggung jawab, yaitu siswa belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota
kelompok untuk belajar. Siswa belajar bersama dalam sebuah kelompok kecil dan para siswa dapat melakukannya seorang diri.
Berdasarkan pengertian pembelajaran kooperatif tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
dilakukan oleh siswa didalam kelompok-kelompok kecil terdiri dari empat sampai
enam siswa yang saling berinteraksi dan bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli
pendidikan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dalam Rusman 2011:205, menyatakan bahwa:
1. Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain.
2. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berfikir
kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, strategi pembelajaran kooperatif
diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.
2.1.3.2 Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif