Pengujian Order Condition Uji Asumsi Klasik Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara

4.3 Hasil Analisis Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara.

4.3.1 Pengujian Order Condition

Identifikasi model dilakukan dengan melakukan pengujian Order Condition untuk mengetahui metode yang tepat dalam melakukan analisis. Pada penelitian ini, model dibangun dengan 2 persamaan yaitu persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara dan persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara. Pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara, variabel predeterminan instrument variabel adalah 2 buah yaitu jumlah penduduk JPSU dan pendapatan perkapita PKP Provinsi Sumatera Utara sehingga nilai k- permintaan adalah 2. Pada persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara, banyaknya variabel predeterminan instrument variabel adalah 2 buah yaitu Luas areal panen kedelai LPKSU dan Harga riil jagung Provinsi Sumatera Utara HJG sehingga nilai k-penawaran adalah 2. Total jumlah variabel predeterminan instrument variabel K pada sistem adalah 4 yaitu jumlah penduduk a JPSU, pendapatan perkapita PKP, Luas areal panen kedelai LPKSU, dan Harga riil Jagung Provinsi Sumatera Utara HJG. Jumlah peubah endogen pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara g-permintaan adalah 1 buah yaitu harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU. Jumlah peubah endogen pada penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara g-penawaran adalah 1 buah yaitu harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU. Pada perhitungan yang dilakukan seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 didapatkan kesimpulan bahwa kedua persamaan Universitas Sumatera Utara termasuk pada katagori Over Identified sehingga metode yang dilakukan dengan Two Stage Least Square 2SLS. Tabel 3. Tabel Pengujian Order Condition Model Persamaan Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara PERSAMAAN K k g K-k g-1 KESIMPULAN QD = a0 + a1 HKDSU+ a2 PKP + a3 JPSU + U1 4 2 1 2 Over Identified QS= b0 + b1 HKDSU + b2 HJG + b3 LPKSU +U2 4 2 1 2 Over Identified _

4.3.2 Uji Asumsi Klasik Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Setelah ditetapkan bahwa metode yang dipakai untuk menduga model adalah 2SLS maka tahap selanjutnya dilakukan adalah melakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik digunakan agar asumsi-asumsi yang diasumsikan dalam melakukan regresi tidak menyimpang dari asumsi BLUE Best, Linear, Unbiased dan Estimator. Berdasarkan pengujian yang dilakukan baik pengujian Normalitas dengan metode histogram, pengujian autokorelasi dengan serial correlation LM Test, dan pengujian multikolinearitas dengan spasial korelasi dapat disimpulkan bahwa baik persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara maupun persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara tidak menyimpang dari asumsi BLUE Best, Linear, Unbiased dan Estimator. Sehingga layak digunakan untuk mengestimasi faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan penjelasan sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 4.3.2.1 Hasil Pengujian Normalitas Model Persamaan Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan eviews 8 dengan metode Histogram. Widarjono, 2013 menyatakan bahwa apabila Prob. JB pada model 0.05 maka model yang diuji tidak mengalami masalah normalitas disebabkan residual terdistribusi Normal. Tabel Hasil pengujian normalitas pada persamaan permintaan dan penawaran kedelai disajikan pada tabel 3. Hasil pengujian normalitas pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD disajikan pada Lampiran 1. Berdasarkan hasil pengujian normalitas nilai probability JB adalah 0.37. Hasil pengujian normalitas pada penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil pengujian, nilai probability JB untuk persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara adalah 0.37. Setelah dilakukan pengujian baik pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara maupun persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa seluruh persamaan terdistribusi normal dan memenuhi asumsi klasik Normalitas. Tabel 4. Tabel Hasil Pengujian Normalitas Model Persamaan Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara Persamaan Nilai Prob JB Kesimpulan Permintaan 0.23 Residual Terdistribusi Normal Penawaran 0.37 Residual Terdistribusi Normal _ Universitas Sumatera Utara 4.3.2.2 Hasil Pengujian Autokorelasi Model Persamaan Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak eviews 8. Pada perangkat lunak yang dipakai eviews 8 pengujian autokorelasi diuji dengan serial correlation LM Test, dimana nilai Prob. Chi-Square ObsR- Squared pada model dibandingkan dengan refrensi α sebesar 0.05. Menurut Widarjono, 2013 Prob. Chi-Square ObsR-Squared pada model 0.05 maka model yang diuji tidak mengalami masalah autokorelasi. Ringkasan hasil pengujian autokorelasipada model persamaan dan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara disajikan pada tabel 4. Tabel 5. Ringkasan Hasil Pengujian Autokorelasi Model Permintaan Dan Penawaran Kedelai Prov. Sumatera Utara Persamaan Prob Chi-Square 2 Kesimpulan Permintaan 0.07 Tidak Terjadi Autokorelasi Penawaran 0.28 Tidak Terjadi Autokorelasi Sumber : Lampiran 3, Lampiran 4 Hasil pengujian Autokorelasi pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil dari pengujian autokorelasi pada permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara menujukkan bahwa nilai dari Prob. Chi-Square ObsR-Squared bernilai 0.0732. Hasil ini menunjukkan bahwa model permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara tidak mengalami masalah Autokorelasi. Hasil dari pengujian autokorelasi pada penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara Lampiran 4 menujukkan bahwa nilai dari Prob. Chi-Square 2 ObsR-Spuared dari model permintaan bernilai 0.28. Hasil ini menunjukkan Universitas Sumatera Utara bahwa model penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara tidak mengalami masalah Autokorelasi. Setelah dilakukan pengujian baik pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara maupun persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa seluruh persamaan tidak terjadi autokorelasi dan memenuhi asumsi klasik Autokorelasi. 4.3.2.3 Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Persamaan Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara Hasil pengujian multikolinearitas dari model persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Tabel 5. Persamaan pengujian multikolinearitas persamaan Permintaan M.1 merupakan regresi TSLS dari variabel permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD terhadap variabel harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU, Variabel Jumlah Penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU dan variabel pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP. Nilai koefisien determinasi R 2 QD M.1 adalah 0.94. Persamaan M.1.1 merupakan hasil regresi dari variabel-variabel penjelas dari Permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD yaitu Harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU terhadap variabel penjelas lain seperti Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU dan pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP. Koefisien determinasi dari M.1.1 adalah 0.32 hasil estimasi disajikan pada lampiran 7. Persamaan M.1.2 merupakan hasil regresi dari variabel-variabel penjelas dari QD yaitu JPSU terhadap variabel penjelas lain seperti HKDSU dan PKP. Universitas Sumatera Utara Koefisien determinasi dari M.1.2 adalah 0.79 hasil estimasi disajikan pada lampiran 8. Persamaan M.1.3 merupakan hasil regresi dari variabel variabel penjelas dari QD yaitu PKP terhadap variabel penjelas lain seperti JPSU dan HKDSU. Koefisien determinasi dari M.1.3 adalah 0.78 hasil estimasi disajikan pada lampiran 9. Bedasarkan nilai-nilai dari M.1, M.1.1, M.1.2, M.1.3 didapatkan kesimpulan bahwa pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara tidak terjadi multikolinearitas. Hal ini ditandai dengan nilai koefisien determinasi variabel dependen lebih besar dari koefisen determinasi variabel-variabel independennya M1 M.1.1, M.1.2, M.1.3. Tabel 6. Tabel Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Persamaan Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara No PERSAMAAN R 2 M.1 QD = fHKDSU, JPSU,PKP 0.94 M.1.1 HKDSU = fJPSU,PKP 0.32 M.1.2 JPSU = fHKDSU,PKP 0.79 M.1.3 PKP = fHKDSU, JPSU 0.78 Lampiran 7, Lampiran 8, Lampiran 9. Hasil pengujian multikolinearitas dari model persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara disajikan pada tabel 7. Persamaan pengujian multikolinearitas persamaan penawaran M.2 merupakan regresi dari variabel penawaran QS terhadap variabel harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU, variabel harga riil Jagung Provinsi Sumatera Utara HJG dan luas lahan panen kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU. Nilai koefisien determinasi R 2 QS adalah 0.97. Universitas Sumatera Utara Persamaan M.21 merupakan hasil regresi dari harga riil kedelai terhadap variabel harga riil jagung HJG dan luas areal panen jagung LPKSU. Hasil regresi dari M.2.1 adalah 0.46 hasil estimasi disajikan pada lampiran 10. Persamaan M.2.2 merupakan hasil regresi dari variabel-variabel penjelas dari QS yaitu harga riil jagung Provinsi Sumatera Utara HJG terhadap variabel penjelas lain seperti Harga riil Kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU dan luas areal panen kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU. Koefisien determinasi dari M.2.2 adalah 0.44 hasil estimasi disajikan pada lampiran 11. Persamaan M.2.3 merupakan hasil regresi dari variabel variabel penjelas dari QS yaitu luas areal panen kedelai kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU terhadap variabel penjelas lain seperti harga riil jagung Provinsi Sumatera Utara HJG dan harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU. Koefisien determinasi dari M.2.3 adalah -3.73 hasil estimasi disajikan pada lampiran 12. Bedasarkan nilai-nilai dari M.2, M.2.2, M.2.3 didapatkan kesimpulan bahwa pada persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara tidak terjadi multikolinearitas. Hal ini ditandai dengan nilai koefisien determinasi variabel dependen lebih besar dari koefisen determinasi variabel-variabel independennya M2 M.2.1, M.2.2, M.2.3. Sehingga dapat disimpulakan baik pada persamaan permintaan M.1 maupun penawaran M.2 tidak terjadi masalah multikolinearitas. Setelah dilakukan pengujian baik pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara maupun persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara dapat disimpulkan bahwa seluruh persamaan tidak terjadi multikoliniearitas dan memenuhi asumsi klasik multikoliniearitas. Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Tabel Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Persamaan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara No PERSAMAAN R 2 M.2 QS = f{HKDSU, HJG, LPKSU} 0.97 M.2.1 HKDSU = f{HJG, LPKSU } 0.46 M.2.2 HJG = f{HKDSU, LPKSU } 0.44 M.2.3 LPKSU = f{ HKDSU, HJG} -3.73 Lampiran 10, Lampiran 11, Lampiran 12.

4.3.3 Intepretasi dan Evaluasi Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara