Interpretasi dan Evaluasi Model Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara

masyarakat cenderung akan menambah konsumsinya baik secara kuantitas maupun kualitasnya penambahan kuantitas secara langsung keragaman produk- produk berbasis kedelai dan penambahan kualitas membuat perubahan pola pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi protein rendah menjadi pangan karbohidrat rendah dengan protein tinggi hal ini juga mempengaruhi permintaan kedelai. Hal ini membuat peningkatan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap permintaan kedelai. Pendapatan perkapita mempengaruhi permintaan kedelai secara signifikan juga dikemukakan oleh Widjayanti 2005 dan Setiabekti 2013. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang menyebabkan peningkatan permintaan adalah peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Permintaan permintaan kedelai harus disikapi dengan positif dimana permintaan kedelai yang terus meningkat harus dilihat sebagai peluang pasar yang menjanjikan yang diperlukan untuk pergerakan ekonomi, sumber pendapatan masyarakat yang pada akhirnya diharapkan terwujudnya peningkatan kesejahtraan masyarakat.

4.3.3.2 Interpretasi dan Evaluasi Model Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Estimasi dilakukan pada persamaan penawaran QS dengan variabel independen harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU, harga riil jagung Provinsi Sumatera Utara HJG sebagai substitusi kedelai, dan luas areal panen Provinsi Sumatera Utara LPKSU dengan variabel instrumenpredeterminan antara lain, pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU, luas area panen Universitas Sumatera Utara kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU. Hasil estimasi adalah sebagai berikut: QS = -1415.21 + 10.87 HKDSU - 16.23HJG + 0.96LPKSU Prob t: 0.000 0.1919 0.1865 0.000 R 2 = 0,97 Prob F= 0.000 4.3.3.2.1 Hasil Estimasi dan Interpretasi Koefisien Determinasi Pada Model Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara Nilai dari koefisien determinasi dari persamaan permintaan bernilai 0.97. Nilai ini mengandung arti bahwa variasi faktor-faktor independen dalam persamaan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara mampu menjelaskan jumlah penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara sebesar 97 dan sisanya 3 dijelaskan oleh variabel lain diluar model. 4.3.3.2.2 Hasil Estimasi dan Interpretasi Uji F Pada Model Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara Nilai dari prob F pada persamaaan permintaan adalah 0.000 hal ini menandakan bahwa keseluruhan variabel independen yaitu harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU, harga riil jagung Provinsi Sumatera Utara HJG, dan luas areal panen Provinsi Sumatera Utara LPKSU berpengaruh terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS. Kesimpulan ini didapat dari nilai prob F sebesar 0.000 dimana nilai dari Prob F dibawah 0.05. 4.3.3.2.3 Hasil Estimasi dan Interpretasi Koefisien Regresi Pada Model Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara Variabel Harga riil Kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU berpengaruh positif terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS sesuai dengan Universitas Sumatera Utara hipotesis. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih besar dari nol. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila Harga riil Kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU naik sebesar seribu rupiah akan meningkatkan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS sebesar 10,870 ton. Hal ini sesuai dengan pendapat ahli seperti Desai 2010 yang mengungkapkan bahwa harga merupakan instrumen terpenting yang menentukan keputusan untuk menanam suatu komoditas. Harga sangat berhubungan dengan pendapatan sehingga apabila harga meningkat maka pendapatan meningkat. Peningkatan pendapatan tanpa diikuti oleh peningkatan biaya operasional ongkos produksi akan meningkatkan keuntungan. Keuntungan merupakan motif petani untuk menanam suatu komoditas pertanian produksi. Berdasarkan transmisi ini, dapat disimpulkan bahwa apabila apabila harga meningkat penawaran akan meningkat. Variabel Harga riil Jagung Provinsi Sumatera Utara HJG berpengaruh negatif terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS sesuai dengan hipotesis. Pengaruh negative ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih kecil dari nol. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila Harga riil Jagung Provinsi Sumatera Utara HJG naik sebesar seribu rupiah akan menurunkan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS sebesar 16,230 ton. Hal ini sesuai dengan teori, dimana dijelaskan oleh Desai 2010 bahwa peningkatan harga barangkomoditas pertanian lain akan membuat komoditas yang harganya relatif tidak meningkat tidak menarik bagi petani. Pada jangka panjang akan merubah pola tanam dari komoditas yang harganya kurang menarik yang pada akhirnya akan menurunkan penawaran. Hal ini membuat apabila harga Universitas Sumatera Utara jagung sebagai kompetitor dari kedelai meningkat akan menurunkan penawaran kedelai. Variabel Luas Areal Panen Kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU berpengaruh positif terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS sesuai dengan hipotesis. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih besar dari nol. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila Luas Areal Panen Kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU naik sebesar satu ha akan meningkatkan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS sebesar 0.96 ton. Hal ini sesuai dengan teori dimana apabila luas panen meningkat akan meningkatkan penawaran suatu produk pertanian Tambunan, 2003. Luas panen berpengaruh signifikan juga didapat oleh Fahma 2007 dan Hadipurnomo 2000 4.3.3.2.4 Hasil Estimasi dan Interpretasi Uji t Pada Model Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara Variabel Harga riil Kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU berpengaruh secara tidak signifikan terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS pada taraf kepercayaan α 5. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t Harga riil Kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU yang bernilai lebih besar dari 0.05 yaitu 0.1919. Variabel harga kedelai berdasarkan uji statistik tidak berpengaruh terhadap supply kedelai. Hal ini didukung oleh kenyataan di lapangan, dimana petani menganggap kedelai merupakan tanaman selingan yang ditanam setelah jagung atau padi tergantung pola pergilirannya sehingga adanya kenaikan atau penurunan harga kedelai tidak mempengaruhi petani dalam menanam kedelai. Hal ini juga dikemukakan oleh penelitian Fahma 2008. Selain itu, Universitas Sumatera Utara peningkatan ongkos produksi yang selalu meningkat yang tidak diimbangi oleh peningkatan harga kedelai tidak cukup membuat insentif bagi petani untuk menanam kedelai. Faktor lain yang membuat harga kedelai tidak signifikan terhadap penawaran kedelai adalah kedelai bukanlah komoditas pemimpin pasar pada pertanian pangan secara khusus maupun pertanian lain di Sumatera Utara. Harga nominal kedelai selalu dibawah rata-rata nasional. Hal ini mengindikasikan petani kedelai Sumatera Utara tidak sepenuhnya menanam karena motif harga namun pada motif kebiasaan. Harga tidak berpengaruh signifikan terhadap penawaran juga dikemukakan oleh Hadipurnomo 2000, Fahma 2003 dan Al- Mudatsir 2009. Variabel Harga Riil Jagung Provinsi Sumatera Utara HJG berpengaruh secara tidak signifikan terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS pada taraf kepercayaan α 5. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t Harga riil Jagung Provinsi Sumatera Utara HJG yang bernilai lebih besar dari 0.05 yaitu 0.186. Jagung di banyak penelitian merupakan kompetitor utama dari kedelai di banyak tempat seperti Jawa Timur dan Jawa Barat seperti yang diteliti oleh Gusti 1995, namun pada kasus di Sumatera Utara bahwa pada sentra-sentra kedelai Sumatera Utara seperti Deli Serdang dan Simalungun kompetitor utama dari kedelai dari segi penggunaan lahan adalah tanaman perkebunan dan permukiman. Hal ini membuat harga jagung berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap penawaran kedelai. Sehingga perlu diteliti lebih lanjut bagaimana pengaruh harga komoditas-komoditas perkebunan terhadap penawaran kedelai di Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Variabel Luas Areal Panen Kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara QS pada taraf kepercayaan α 5. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob- t Luas Areal Panen Kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU yang bernilai lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.000. Hal ini sesuai dengan keadaan empiris dimana penurunan luas panen akan mengakibatkan penurunan penawaran secara signifikan. Variabel Luas Areal Panen Kedelai berpengaruh secara signifikan terhadap penawaran kedelai juga pernah dikemukakan oleh Fahma 2003 dan Pratiwi 2008 Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling menentukan penawaran kedelai lokal adalah luas areal panen. Luas panen merupakan tantangan yang harus ditanggapi secara positif dengan menemukan strategi dan kebijakan yang tepat. Peningkatan luas panen kedelai melalui peningkatan mutu intensifikasi dalam peningkatan produktivitas yang sangat berhubungan dengan teknologi dan penambahan baku lahan PBL yang erat hubungannya dengan pencetakan lahan baru. Penerapan teknologi ditempuh melalui penerapan panca usaha yang meliputi peningkatan kualitas benih untuk meningkatkan kualitas benih, penerapan mekanisasi pertanian untuk pengolahan tanah yang lebih baik, pengelolaan air yang berwawasan lingkungan, pemakaian pupuk berimbang dan pengendalian hama dan penyakit untuk mempertahankan mengamankan luas areal panen. Penambahan bahan baku lahan PBL dilakukan dengan penambahan areal lahan. Hal ini tidak dapat diserahkan pada pasar, hal ini berdasarkan data dimana harga komoditi tidak signifikan berpengaruh pada penawaran kedelai. Hal ini Universitas Sumatera Utara membuat kebijakan pemerintah mengenai HPP dan kebijakan Impor tidak dapat berjalan dengan baik. Pemerintah hanya melakukan intervensi terhadap harga pada saat ini. Kebijakan yang dilakukan tidak berdampak pada kenaikan penawaran kedelai dimana penawaran kedelai tetap menurun dengan kebijakan yang telah dilakukan. Hal ini merupakan indikator bahwa pemerintah harus mengubah strategi kebijakan. Dalam rangka memberikan stimulus bagi penambahan luas lahan kedelai dapat dilakukan dengan merubah kelembagaannya dimana negara berubah dari lembaga penjaga stabilisasi dan regulasi menjadi lembaga yang melakukan penjaminan harga di masa depan dengan kontrak serta lembaga pemasar yang mempu memasarkan produk-produk pertanian. Hal ini sudah dilakukan oleh perusahaan perusahaan retail besar di Indonesia dan dapat berjalan dengan baik. Mekanisme penjaminan harga di masa depan dengan kontrak biasa disebut dengan kontrak pertanian farming contrac. Hal ini sudah dilakukan pada beberapa negara seperti Senegal, dan beberapa amerka latin. Harga yang telah ditentukan di massa depan Future Price akan meningkatkan gairah petani untuk memakai lahannya untuk menanam kedelai. Berdasarkan harga masa depan yang ditentukan pada saat ini dapat dihitung margin keuntungan, berdasarkan margin keuntungan maka dapat diputuskan oleh petani melakukan produksi willing to produce atau berpindah ke komoditas lain. Selain merubah kelembagaan, maka pemerintah juga dapat membuka perusahaan yang berorentasi kepada produksi-produksi bahan pangan seperti kedelai. Hal ini berhubungan dengan perizinan dan sumberdaya manusia dimana apabila telah menjadi badan usaha milik negara maka akan dikelola dengan lebih baik dimana perusahaan mempunyai kekuatan kapital yang lebih kuat dalam Universitas Sumatera Utara menjalankan fungsi produksi dan mempunyai daya tawar yang baik dalam harga kedelai dan bahan pangan lainnya. Universitas Sumatera Utara KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan