Interpretasi dan Evaluasi Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Tabel 7. Tabel Hasil Pengujian Multikolinearitas Model Persamaan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara No PERSAMAAN R 2 M.2 QS = f{HKDSU, HJG, LPKSU} 0.97 M.2.1 HKDSU = f{HJG, LPKSU } 0.46 M.2.2 HJG = f{HKDSU, LPKSU } 0.44 M.2.3 LPKSU = f{ HKDSU, HJG} -3.73 Lampiran 10, Lampiran 11, Lampiran 12.

4.3.3 Intepretasi dan Evaluasi Model Permintaan dan Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Hasil estimasi sistem persamaan permintaan dan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara disajikan pada Lampiran 13. Hasil pedugaan model permintaan dan penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara menunjukan nilai koefisien determinasi masing-masing persamaan dalam model secara keseluruhan cukup kuat 0.94-0.97, dimana kedua persamaan yang diuji memiliki nilai koefisien lebih dari 0.67. Menurut Chin 1998 suatu model dikatakan kuat apabila koefisien determainasi terdapat pada rentang 0.67 hingga 1.00. Selanjutnya akan dibahas estimasi dari parameter-parameter yang mempengaruhi permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara maupun penawaran kedelai Provinsi Sumatera Utara.

4.3.3.1 Interpretasi dan Evaluasi Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Estimasi dilakukan pada persamaan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD dengan variabel independen harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU, pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP, dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU dengan variabel instrumenpredeterminan antara lain, pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Universitas Sumatera Utara Utara PKP, Harga riil Jagung Provinsi Sumatera Utara HJG, jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU, luas area panen kedelai Provinsi Sumatera Utara LPKSU dengan metode Two Stage Least Square TSLS. Hasil estimasi adalah sebagai berikut : QD = -66508.25 - 3.779 HKDSU + 6268.6 JPSU + 6681.15 PKP Prob t : 0.000 0.637 0.000 0.001 R 2 = 0,94 Prob F= 0.000

4.3.3.1.1 Hasil Estimasi dan Interpretasi Uji F Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Nilai dari prob F pada persamaaan permintaan adalah 0.000 hal ini menandakan bahwa keseluruhan variabel independen harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU, pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP, dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU berpengaruh terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD. 4.3.3.1.2 Hasil Estimasi dan Interpretasi Koefisien Determinasi Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara Nilai dari koefisien determinasi dari persamaan permintaan bernilai 0.94. Nilai ini mengandung arti bahwa jumlah permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD mampu dijelaskan oleh variasi faktor-faktor independen yaitu harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU, pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP, dan jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU sebesar 94 dan sisanya sebesar 6 dijelaskan oleh variabel lain diluar persamaan. Universitas Sumatera Utara 4.3.3.1.3 Hasil Estimasi dan Interpretasi Koefisien Regresi Pada Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara Variabel harga kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU berpengaruh negatif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD sesuai dengan hipotesis. Pengaruh negatif ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih kecil dari nol yaitu -3.779. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU naik sebesar seribu rupiah akan menurunkan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD sebesar 3,779 ton. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Desai 2010 dimana permintaan untuk produk pertanian dipengaruhi oleh harga komoditas. Secara umum senakin tinggi harga, semakin rendah jumlah yang diminta. Variabel jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU berpengaruh positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD sesuai dengan hipotesis. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih besar dari nol. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU naik sebesar satu juta jiwa akan meningkatkan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD sebesar 6,268 ton. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Menurut Pratama Mandala 2002, dimana pada suatu tingkat harga, peningkatan jumlah penduduk akan menyebabkan jumlah permintaan terhadap suatu komoditi akan meningkat. Variabel pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP berpengaruh positif terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD sesuai dengan hipotesis. Pengaruh positif ini dapat dilihat dari nilai koefisen regresi yang lebih besar dari nol. Berdasarkan koefisien regresi dapat disimpulkan bahwa apabila pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP naik sebesar satu juta rupiah Universitas Sumatera Utara akan meningkatkan permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD sebesar 17.293 ton. Hasil ini sesuai dengan beberapa pendapat Gorman 2009, menyebutkan bahwa faktor-faktor yang memepengaruhi permintaan adalah pendapatan, selain yaitu harga barang itu sendiri, harga barang dan jasa lainnya preferensi dan persepsi akan harga di masa depan. Menurut Pratama Mandala 2002 juga berpendapat bahwa penigkatan permintaan suatu komoditas terjadi dikarenakan perubahan tingkat pendapatan konsumen dimana dengan meningkatnya pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap suatu barang bertambah. Sebaliknya dengan menurunnya pendapatan konsumen maka permintaan untuk barang tersebut berkurang. Pada produk-produk pertanian seperti kedelai, Desai 2010 menjelaskan salah satu faktor penting yang mempengaruhi permintaan untuk komoditas pertanian adalah pendapatan rumah tangga. Ketika pendapatan per kapita mengalami peningkatan, masyarakat cenderung akan menambah konsumsinya sehingga kebutuhan akan bahan pangan pagan seperti kedelai atau demand kedelai akan meningkat..

4.3.3.1.4 Hasil Estimasi dan Interpretasi Uji t Model Permintaan Kedelai Provinsi Sumatera Utara

Variabel harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU berpengaruh secara tidak signifikan terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD pada taraf kepercayaan α 5. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t harga riil kedelai Provinsi Sumatera Utara HKDSU yang bernilai lebih besar dari 0.05 yaitu 0.637. Harga riil kedelai tidak mempengaruhi naik turunnya permintaan terjadi akibat sifat kedelai merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia Sehingga kenaikan atau penurunan harga tidak terlalu mempengaruhi permintaan Universitas Sumatera Utara terhadap komoditas kedelai. Selain itu, kedelai sebagai bahan baku untuk industri pangan seperti tahu, tempe dan banyak bentuk lain. Kedelai merupakan komoditas bahan pokok yang tidak bisa digantikan oleh komoditas lain minim komoditas substitusi sehingga meskipun harga mengalami kenaikan maka kebutuhan demand kedelai harus tetap dipenuhi hal ini membuat kedelai tidak terlalu dipengaruhi harga hingga pada tingkat harga tertentu. Hasil harga kedelai yang tidak signifikan terhadap permintaan juga terjadi di Samarinda Rohana, 2008, Jawa Tengah Sahara, 2004 dan di Jawa Timur Fahma, 2007 Variabel jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD pada taraf kepercayaan α 5. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara JPSU yang bernilai lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.000. Hal ini sesuai dengan keadaan nyata dimana pada dasarnya setiap orang membutuhkan pangan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Kedelai merupakan masyarakat Indonesia dan Sumatera Utara yang sangat umum yang dikonsumsi dalam banyak varian produk dan merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat golongan bawah sehingga pertambahan dan penurunan jumlah penduduk sangat mempengaruhi banyaknya permintaan kedelai . Hal ini juga dikemukakan oleh Adetama 2011 dan Setiabekti 2013. Variabel pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP berpengaruh secara signifikan terhadap permintaan kedelai Provinsi Sumatera Utara QD pada taraf kepercayaan α 5. Kesimpulan ini dapat dilihat dari prob-t pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara PKP yang bernilai lebih kecil dari 0.05 yaitu 0.001. Ketika pendapatan per kapita mengalami peningkatan, Universitas Sumatera Utara masyarakat cenderung akan menambah konsumsinya baik secara kuantitas maupun kualitasnya penambahan kuantitas secara langsung keragaman produk- produk berbasis kedelai dan penambahan kualitas membuat perubahan pola pangan dari pola pangan karbohidrat tinggi protein rendah menjadi pangan karbohidrat rendah dengan protein tinggi hal ini juga mempengaruhi permintaan kedelai. Hal ini membuat peningkatan pendapatan berpengaruh signifikan terhadap permintaan kedelai. Pendapatan perkapita mempengaruhi permintaan kedelai secara signifikan juga dikemukakan oleh Widjayanti 2005 dan Setiabekti 2013. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa faktor utama yang menyebabkan peningkatan permintaan adalah peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan pendapatan masyarakat Provinsi Sumatera Utara. Permintaan permintaan kedelai harus disikapi dengan positif dimana permintaan kedelai yang terus meningkat harus dilihat sebagai peluang pasar yang menjanjikan yang diperlukan untuk pergerakan ekonomi, sumber pendapatan masyarakat yang pada akhirnya diharapkan terwujudnya peningkatan kesejahtraan masyarakat.

4.3.3.2 Interpretasi dan Evaluasi Model Penawaran Kedelai Provinsi Sumatera Utara