dimilikinya. Langkah korelasi dilakukan untuk memberikan makna terhadap materi pelajaran, baik makna untuk memperbaiki struktur pengetahuan yang
telah dimilikinya maupun makna untuk meningkatkan kualitas kemampuan berpikir dan kemampuan motorik siswa.
4 Menyimpulkan Generalization
Menyimpulkan adalah tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang telah disajikan. Langkah menyimpulkan merupakan langkah yang sangat
penting dalam strategi ekspositori, sebab melalui langkah menyimpulkan siswa akan dapat mengambil inti sari dari proses penyajian.
5 Mengaplikasikan Application
Langkah aplikasi adalah langkah unjuk kemampuan siswa setelah mereka menyimak penjelasan guru. Langkah ini merupakan langkah yang sangat
penting dalam proses pembelajaran ekspositori, sebab melalui langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan
pemahaman materi pelajaran oleh siswa. Teknik yang biasa dilakukan pada langkah ini di antaranya: 1 dengan membuat tugas yang relevan dengan
materi yang telah disajikan, 2 dengan memberikan tes yang sesuai dengan materi pelajaran Sanjaya, 2007:183.
2.1.9 Kemampuan Pemecahan Masalah
Krulik sebagaimana dikutip oleh Soedjoko 2004 mendefinisikan masalah adalah suatu situasi, besaran-besaran atau yang lainnya yang dihadapkan kepada
individu atau kelompok untuk mencari pemecahan, yang untuk itu para individu tidak segera tahu suatu solusi. Masalah adalah sesuatu yang tidak dapat
terpecahkan oleh seseorang. Gagne sebagaimana dikutip oleh Wena 2011: 52 mengatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu proses untuk
menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi yang baru dan tidak sekadar sebagai bentuk kemampuan
menerapkan aturan-aturan yang telah dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar terdahulu. Sedangkan menurut Hudojo sebagaimana dikutip oleh Aisyah 2007: 3
pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi
menjadi masalah baginya. Pemecahan masalah adalah proses mengorganisasikan konsep dan
keterampilan ke dalam pola aplikasi baru untuk mencapai suatu tujuan Akbar, 1991: 22. Ciri utama dari proses pemecahan masalah adalah berkaitan dengan
masalah-masalah yang tidak rutin. Halmos sebagaimana dikutip oleh NCTM 2000: 341 menuliskan pemecahan masalah merupakan
jantungnya matematikaā€¯, kesuksesan dalam pemecahan masalah membutuhkan pengetahuan dari muatan
matematika, pengetahuan tentang strategi pemecahan masalah, self monitoring yang efektif, dan disposisi yang produktif untuk menempatkan dan menyelesaikan
masalah. Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Hal ini sesuai dengan standar isi yang menjelaskan salah satu tujuan mata
pelajaran matematika bagi siswa adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model dan menafsirkan solusi yang diperoleh BSNP, 2006. NCTM 2000: 52 menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan satu
kesatuan dalam pembelajaran matematika dan tidak bisa dipisahkan dengan program matematika. Pemecahan masalah tidak berdiri sendiri dalam kurikulum
matematika tetapi harus melibatkan semua muatan dari standard. Menurut Hudojo, sebagaimana dikutip oleh Aisyah 2007, pemecahan masalah pada
dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai masalah itu tidak lagi menjadi masalah
baginya. Pemecahan masalah merupakan bagian dari proses berpikir bahkan sering dianggap merupakan proses paling kompleks diantara fungsi kecerdasan.
Cara untuk mempersiapkan siswa menjadi problem solver yang efektif adalah dengan memberi mereka banyak contoh yang mencakup berbagai teknik problem
solving. Menurut Charles Lester sebagaimana dikutip oleh Baroody 1993: 2-8 kemungkinan pemecahan masalah yang sesungguhnya dipengaruhi oleh tiga
faktor, yaitu: 1 kognisi, 2 afeksi, dan 3 metakognisi. Faktor kognisi meliputi pengetahuan konseptual pemahaman dan strategi dalam menerapkan
pengetahuan pada situasi yang sesungguhnya. Faktor afektif mempengaruhi kepribadian siswa untuk memecahkan masalah. Metakognisi meliputi regulasi diri
yaitu kemampuan untuk berpikir melalui masalah pada diri sendiri. Jika siswa berlatih menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu
mengambil keputusan dalam kehidupannya sebab siswa itu menjadi mempunyai
keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil
yang telah diperoleh. Matematika yang disajikan melalui suatu masalah akan memotivasi siswa. Siswa akan merasa lebih puas ketika mampu menyelesaikan
soal. Menurut Jacobsen, et al. 2009: 250 pemecahan masalah memiliki dua tujuan yaitu:
1 Tujuan jangka pendek adalah agar siswa mampu memecahkan masalah dan
mampu memahami konten yang ada di balik masalah tersebut. 2
Tujuan jangka panjang adalah agar siswa memahami proses pemecahan masalah dan berkembang sebagai pembelajaran self-directed siswa mengatur
dan mengontrol belajar mereka sendiri. Sedangkan tujuan pemecahan masalah diberikan kepada siswa menurut
Ruseffendi 1991:341 adalah: 1 dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreativitas; 2 di samping memiliki pengetahuan
dan keterampilan berhitung, dan lain-lain, disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar; 3 dapat menimbulkan
jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, dan dapat menambah pengetahuan baru; 4 dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang
sudah diperolehnya; 5 mengajak siswa untuk memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat
evaluasi terhadap hasil pemecahannya; 6 merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi tetapi bila diperlukan
banyak bidang studi, serta dapat melibatkan pelajaran lain di luar pelajaran
sekolah; 7 merangsang siswa untuk menggunakan segala kemampuannya. Hal ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk menghadapi kehidupannya kini dan di
kemudian hari. Reys yang sebagaimana dikutip oleh Aisyah 2007: 18 mengemukakan ada
sebelas strategi yang sering digunakan dalam pemecahan masalah matematika yaitu : 1 beraksi; 2 membuat gambar atau diagram; 3 membuat pola; 4
membuat tabel; 5 menghitung semua kemungkinan secara sistematis; 6 menebak dan menguji; 7 bekerja mundur; 8 mengidentifikasi informasi yang
diinginkan dan diberikan; 9 menulis kalimat terbuka; 10 menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa; 11 mengubah pandangan. Menurut
Gagne Ruseffendi, 1991: 169, dalam pemecahan masalah biasanya ada 5 langkah yang harus dilakukan, yaitu: 1 menyajikan masalah dalam bentuk yang
lebih jelas; 2 menyatakan masalah dalam bentuk yang operasional dapat dipecahkan; 3 menyusun hipotesis-hipotesis alternatif dan prosedur kerja yang
diperkirakan baik untuk dipergunakan dalam memecahkan masalah itu; 4 mengetes hipotesis dan melakukan kerja untuk memperoleh hasilnya
pengumpulan data, pengolahan data, dan lain-lain, hasilnya mungkin lebih dari satu; 5 memeriksa kembali mengecek apakah hasil yang diperoleh itu
benar,atau mungkin memilih alternatif pemecahan yang terbaik. Ada beberapa tindakan yang harus dilakukan seorang siswa untuk dapat
sukses dalam pemecahan suatu masalah yaitu sebagai berikut Szetela Nicol, 1992: 1 memperoleh representasi yang tepat dari situasi suatu masalah; 2
mempertimbangkan strategi yang berpotensi tepat; 3 memilih dan menerapkan
strategi penyelesaian yang benar; 4 memantau penerapan sehubungan kondisi masalah dengan penyelesaiannya; 5 memperoleh dan mengkomunikasikan
penyelesaian yang diinginkan; 6 mengevaluasi kecukupan dan kewajaran solusi; 6 jika solusi tersebut salah maka diperbaiki dalam representasi masalah dan
proses dengan strategi baru atau mencari cara atau konsep yang salah. Pada Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506CKepPP2004
tanggal 11 November 2004 Wardhani, 2008:25 menyatakan bahwa indikator siswa memiliki kemampuan dalam pemecahan masalah adalah mampu: 1
menunjukkan pemahaman masalah; 2 mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah; 3 menyajikan masalah
secara matematik dalam berbagai bentuk; 4 memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat; 5 mengembangkan strategi pemecahan
masalah; 6 membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah ; 7 menyelesaikan masalah yang tidak rutin. Indikator kemampuan pemecahan
masalah menurut
Peraturan Dirjen
Dikdasmen Depdiknas
Nomor 506CKepPP2004 tanggal 11 November 2004 di atas merupakan indikator
kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini.
2.1.10 Disposisi Matematik