Pembelajaran Matematika Landasan Teori

matematika terdiri atas fakta-fakta matematika, keterampilan-keterampilan prosedur-prosedur matematika, konsep-konsep matematika, dan prinsip-prinsip matematika. Objek-objek tak langsung dari pembelajaran matematika meliputi kemampuan berpikir logis, kemampuan memecahkan masalah, kemampuan berpikir analitis, sikap positif terhadap matematika, ketelitian, ketekunan, kedisiplinan, dan hal-hal lain yang secara implisit akan dipelajari jika siswa mempelajari matematika Bell, 1981:109. Pada penelitian ini, yang berkaitan dengan teori Gagne adalah pada pembelajaran matematika mengenai objek tak langsungnya, diharapkan siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah matematik dan tingkat disposisi matematik yang tinggi, meliputi kepercayaan diri, fleksibilitas, bertekad kuat untuk menyelesaikan tugas-tugas matematika, ketertarikan dan keingintahuan, refleksi, mengaplikasikan matematika, serta mengapresiasi matematika.

2.1.4 Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar Chalil Hudaya, 2008:1. Menurut Suparno 1997:13 pembelajaran berdasarkan makna lesikal berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Guru mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas belajar bagi siswanya untuk mempelajarinya. Sehingga dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran ada tiga unsur utama yaitu siswa, pendidik dan sumber belajar. Interaksi siswa dan pendidik sangatlah penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran. Selain itu, dalam pembelajaran seorang pendidik harus memiliki sumber belajar yang tepat sehingga materi yang disampaikan dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran dan dapat diterima oleh siswa dengan baik. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dikelompokkan ke dalam mata pelajaran eksakta. Belajar matematika berbeda prinsipnya dengan mempelajari mata pelajaran lainnya. Hal ini karena matematika berkenaan dengan ide-ide yang abstrak yang diberi simbol-simbol yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Sehingga dapat dikatakan bahwa belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi. Cockroft 1982: 1-5, mengemukakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena alasan sebagai berikut: 1 selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; 2 semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; 3 merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; 4 dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; 5 meningkatkan kemampuan logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan 6 memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan karena masalah kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran matematika menurut kurikulum KTSP sebagai berikut: 1 memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2 menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3 memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4 mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah; dan 5 memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah Depdiknas, 2006: 2.

2.1.5 Pembelajaran kooperatif