Senyawa Antimikroba TINJAUAN PUSTAKA A.

merupakan proses ekstraksi dengan penghancuran sampel menggunakan pelarut, perendaman beberapa hari dan dilakukan pengadukan, kemudian dilakukan penyaringan atau pengepresan sehingga diperoleh cairan. Digestion adalah ekstraksi yang dilakukan dengan bantuan pemanasan sekitar 60°C dan lamanya ekstraksi dapat berlangsung selama 24 jam. Perkolasi merupakan teknik ekstraksi komponen terlarut dari suatu sampel menggunakan aliran pelarut dengan pemanasan atau tanpa pemanasan. Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah heksan, etil asetat, dan etanol yang ketiganya berturut-turut merupakan senyawa nonpolar, semi polar, dan polar. Heksan merupakan pelarut yang bersifat nonpolar dan berfungsi melarutkan lemak. Heksan terdiri dari hidrokarbon alkana dengan rumus molekul C 6 H 14 . Heksan yang digunakan sebagai pelarut berupa cairan tak berwarna dan memiliki titik didih 69°C serta larut dalam air. Sedangkan etil asetat merupakan komponen organik semi polar dengan rumus molekul C 4 H 8 O 2 . Etil asetat bersifat volatil, nontoksik, dan tidak higroskopis. Pelarut ketiga adalah etanol dengan rumus molekul C 2 H 5 OH bersifat volatil.

D. Senyawa Antimikroba

Zat antimikroba adalah senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan aktivitas mikroba. Menurut Fardiaz 1989, zat antimikroba dapat bersifat bakterisidal membunuh bakteri, bakteristatik menghambat pertumbuhan bakteri, fungisidal, fungistatik atau menghambat germinasi spora bakteri. Kemampuan suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu : 1 konsentrasi zat antimikroba, 2 suhu lingkungan, 3 waktu penyimpanan, 4 sifat-sifat mikroba, meliputi jenis, jumlah, umur, dan keadaan mikroba, 5 sifat-sifat fisik dan kimia makanan termasuk kadar air, pH, jenis, dan jumlah senyawa di dalamnya Frazier dan Westhoff, 1988. Kriteria ideal suatu antimikroba antara lain harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut : aman, ekonomis, tidak menyebabkan perubahan flavor, citarasa dan aroma makanan, tidak mengalami penurunan aktivitas karena adanya komponen makanan, tidak menyebabkan timbulnya galur resisten, sebaiknya bersifat membunuh daripada hanya menghambat pertumbuhan mikroba Ray, 2001. Penghambatan aktivitas antimikroba oleh komponen bioaktif tanaman dapat disebabakan oleh beberapa faktor, antara lain : 1 gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, 2 peningkatan permeabilitas membran sel yang menyebabkan kehilangan komponen penyusun sel, 3 menginaktifasi enzim metabolik, dan 4 destruksi atau kerusakan fungsi material genetik Branen dan davidson, 1993. Senyawa antimikroba yang berasal dari tanaman sebagian besar diketahui merupakan metabolit sekunder tanaman, terutama dari golongan fenolik dan terpen dalam minyak atsiri. Sebagian besar metabolit sekunder dibiosintesis dari banyak metabolit primer seperti asam-asam amino, asetil ko- A, asam mevalonat, dan metbolit antara. Selain itu, beberapa senyawa yang bersifat antimikroba alami berasal dari tanaman di antaranya adalah fitoaleksin, asam organik, minyak esensial atsiri, fenolik dan beberapa kelompok pigmen tanaman atau senyawa sejenis Nychas dan Tassou, 2000

E. Bakteri Patogen dan Perusak Pangan