Efektivitas senyawa antimikroba terhadap jenis bakteri uji

terhadap ekstrak etanol berpengaruh nyata p0.05 dalam menghambat pertumbuhan kedua bakteri uji tersebut Lampiran 8. Menurut Ahmad et al. 1998, etanol merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan air dan heksana jika akan mengekstrak komponen antimikroba. Menurut Houghton dan Raman 1998, komponen yang larut dalam etanol adalah glikosida. Diduga aktivitas antibakteri ekstrak etanol disebabkan oleh adanya senyawa glikosida, yaitu saponin. Selain glikosida, senyawa tanin juga larut dalam etanol dan memiliki aktivitas antimikroba. Etanol merupakan pelarut yang bersifat polar. Menurut Naidu dan Davidson 2000, komponen yang banyak terdapat pada tumbuh-tumbuhan dan bersifat polar antara lain senyawa dari golongan fenolik. Mekanisme komponen antibakteri fenolik umumnya akan berinteraksi dengan protein yang ada pada dinding sel atau sitoplasma melalui ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Mekanisme lain kemungkinan adalah dengan mengganggu aktivitas enzim dalam sel.

2. Efektivitas senyawa antimikroba terhadap jenis bakteri uji

Senyawa antimikroba ekstrak biji teratai diuji aktivitasnya menggunakan metode uji difusi sumur terhadap empat jenis bakteri uji. Keempat bakteri uji tersebut adalah Eschericia coli, Bacillus cereus, Staphilococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa. Dari hasil pengamatan uji difusi sumur ekstrak etilasetat dan etanol, baik biji teratai mentah maupun kukus, memiliki aktivitas antibakteri meskipun dengan diameter penghambatan yang berbeda-beda pada setiap bakteri uji. Akan tetapi ekstrak-ekstrak tersebut memiliki spektrum penghambatan yang luas karena dapat menghambat pertumbuhan keempat bakteri uji yang masing- masing mewakili jenis bakteri Gram positif dan Gram negatif. Menurut Ray 2001, senyawa antimikroba yang memiliki spektrum penghambatan yang luas lebih diinginkan dalam pengawetan bahan pangan, karena senyawa antimikroba dapat secara efektif menghambat semua jenis mikroorganisme yang bersifat merusak ataupun patogen pada bahan pangan yang biasanya berupa bakteri, kapang, dan khamir. Gambar 11 menunjukkan diameter penghambatan pada keempat jenis bakteri uji oleh ekstrak teratai pada konsentrasi 30. Bakteri yang paling sensitif terhadap senyawa antibakteri pada ekstrak adalah Eschericia coli , terutama oleh ekstrak etilasetat mentah. Sedangkan bakteri lainnya memiliki diameter penghambatan yang lebih rendah baik oleh ekstrak biji teratai mentah maupun kukusnya. 23,1 18,2 11,28 8,2 12,85 7,38 8 5,25 11,4 4,63 7,2 6,63 12,83 8,75 7,53 7,83 5 10 15 20 25 ekstrak etil asetat biji mentah ekstrak etil asetat biji kukus ekstrak etanol biji mentah ekstrak etanol biji kukus D ia m e te r pe ng ha m ba ta n m m E. coli P.aeruginosa B. cereus S. aureus Gambar 11. Perbandingan penghambatan ekstrak pada jenis bakteri uji Eschericia coli merupakan bakteri Gram negatif. Bakteri Gram positif dan Gram negatif memiliki ketahanan yang berbeda terhadap senyawa antimikroba. Bakteri Gram negatif umumnya sensitif terhadap senyawa antimikroba yang bersifat polar karena dinding sel bakteri Gram negatif bersifat polar sehingga lebih mudah dilewati oleh senyawa antibakteri yang bersifat polar. Sebaliknya bakteri Gram positif lebih sensitif terhadap senyawa antibakteri yang bersifat nonpolar. Kesensitifan bakteri Gram positif terhadap senyawa antimikroba yang bersifat nonpolar disebabkan komponen dasar penyusun dinding sel bakteri Gram positif adalah peptidoglikan yang salah satu penyusunnya adalah asam amino alanin yang bersifat hidrofobik nonpolar. Senyawa antimikroba dapat bereaksi dengan komponen fosfolipid dari membran sel sehingga mengakibatkan lisis sel Branen dan Davidson, 1993. Kesensitifan bakteri uji berdasarkan hasil penelitian ini, berkaitan dengan senyawa aktif antibakteri dari biji teratai yang diduga bersifat semipolar sampai polar. Hal ini ditunjukkan dari penghambatan pertumbuhan bakteri hasil uji difusi sumur hanya terjadi pada ekstrak dengan pelarut yang bersifat semi polar etilasetat dan polar etanol. Penghambatan pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif oleh ekstrak etil asetat pada uji difusi sumur lebih besar dibandingkan ekstrak etanol. Hal ini disebabkan oleh ekstrak etil asetat yang bersifat semipolar, sehingga memiliki dua sifat kelarutan yaitu hidrofilik dan hidrofobik. Seperti dijelaskan sebelumnya, perbedaan bakteri Gram positif dan Gram negatif terletak pada penyusun dinding selnya, yang masing- masing bersifat nonpolar dan polar. Ekstrak etilasetat mampu berdifusi pada dinding sel kedua jenis bakteri tersebut dengan efektivitas lebih baik dibandingkan ekstrak etanol yang hanya memiliki satu kelarutan lebih polar. Naufalin 2005 melaporkan bahwa mekanisme aktivitas antibakteri ekstrak etilasetat bunga kecombrang dalam menghambat bakteri patogen maupun perusak pangan adalah senyawa antimikroba merusak dinding sel dan masuk melewati dinding sel bakteri. Selanjutnya penetrasi dan merusak bagian membran sitoplasma dapat menyebabkan terganggunya permeabilitas, terjadi kebocoran isi sel dan mengganggu pembentukan asam nukleat. Bakteri yang sensitif terhadap ekstrak antibakteri dapat terjadi kerusakan pada dinding sel dan membran sitoplasma, sedangkan bakteri yang resisten kerusakan terjadi pada dinding sel. Struktur dinding sel bakteri Gram positif berbeda dengan dinding sel Gram negatif. Pada bakteri Gram positif dinding selnya mengandung 90 peptidoglikan serta lapisan tipis asam teikoat dan asam teikuronat yang bermuatan negatif. Pada bakteri gram negatif, lapisan dinding selnya mengandung 5-10 peptidoglikan, selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida dan lipoprotein. Lapisan ini merupakan lapisan lipid kedua yang disebut lipopolisakarida LPS. Lapisan ini tidak tersusun semata-mata oleh fosfolipid saja, seperti yang terdapat pada membran sitoplasma, tetapi juga mengandung polisakarida dan protein Madigan et al. , 2003. Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung tiga polimer yang terletak di luar lapisan peptidoglikan yaitu lipoprotein, porin matriks, dan lipopolisakarida. Menurut Helender 1998, ekstrak etanol dan etilasetat dapat masuk ke dalam membran plasma bakteri Gram negatif melalui protein porin. Bakteri Gram negatif memiliki susunan molekuler membran luar yang mengandung lipopolisakarida dan memiliki selaput khusus berupa molekul protein porin yang memudahkan difusi pasif senyawa hidrofilik dengan berat molekul rendah Parhusip, 2006. Menurut Moat et al. 2002, porin pada S. typhimurium dan E. coli yaitu OmpC, D, dan F dan PhoE, merupakan protein trimer yang menembus kedua permukaan membran luar. Protein ini membentuk pori- pori yang relatif tidak khusus yang memungkinkan difusi bebas zat-zat hidrofil kecil menembus membran. Porin dari spesies yang berbeda mempunyai batas berdifusi yang berbeda, dari bobot molekul 600 kda pada E. coli sampai lebih dari 3000 kda pada P. aeruginosa. Semakin tinggi berat molekul protein semakin sulit untuk menembus permukaan membran luar Jawetz et al, 1996. Berdasarkan Gambar 11, diameter penghambatan berbagai ekstrak biji teratai terhadap P. aeruginosa lebih rendah dibandingkan E. coli. Menurut Robinson 2000, P. aeruginosa memiliki kemampuan untuk memproduksi berbagai jenis enzim ekstraseluler yang dapat melindungi bakteri ini dari beberapa jenis senyawa antimikroba. Salah satu produk ekstraselulernya adalah mucoid exopolysaccharide yang berbahan dasar alginat dan berfungsi sebagai zat proteksi sel dari senyawa antibiotik dan desinfektan. Hal ini diduga menjadi penyebab rendahnya penghambatan berbagai ekstrak biji teratai terhadap Pseudomonas aeruginosa.

E. Aktivitas Senyawa antioksidan