Metode DPPH Aktivitas Senyawa antioksidan

Aktivitas antioksidan yang terdapat dalam ekstrak biji teratai mentah berkaitan dengan kandungan senyawa flavonoid dan tanin berdasarkan uji fitokimia pada ekstrak tersebut. Menurut Harbone 1987, flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol. Menurut Johnson 2001, flavanoid sangat efektif digunakan sebagai antioksidan. Menurut Choi et al 1991 menyatakan bahwa flavanoid dapat menurunkan hiperlipidemia pada manusia. Pada kasus penyakit jantung, penghambatan oksidasi LDL dapat mencegah pembentukan sel-sel busa dan mencegah kerusakan lipid Meskin et al, 2002.

2. Metode DPPH

Pengukuran aktivitas antioksidan selanjutnya menggunakan metode DPPH free radical scavenging activity. Ekstrak yang memiliki nilai protection factor terbesar berdasarkan pengukuran aktivitas antioksidan metode ransimat akan diuji lanjut aktivitas antioksidannya menggunakan metode DPPH free radical scavenging activity. DPPH 1,1-dyphenyl-2-picrylhydrazyl adalah suatu radikal bebas stabil yang dapat bereaksi dengan radikal lain membentuk suatu senyawa yang stabil. Selain itu, DPPH juga dapat bereaksi dengan atom hidrogen membentuk DPPH tereduksi DPP Hidrazin yang stabil. Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya ditandai dengan semakin hilangnya warna ungu menjadi kuning pucat Molyneux, 2004. DPPH yang bereaksi dengan senyawa lain akan membentuk suatu senyawa yang stabil, sedangkan yang bereaksi dengan atom hidrogen dari suatu antioksidan membentuk DPPH tereduksi DPPH-H. Hasil dari kedua reaksi tersebut akan memunculkan senyawa yang tidak memiliki absorpsi maksimum pada kisaran panjang gelombang sinar tampak, sedangkan DPPH itu sendiri berwarna ungu. Prinsip penurunan nilai absorbansi semakin pudarnya warna ungu dari DPPH ini digunakan untuk mengetahui kapasitas antioksidan bahan pangan, yaitu kemampuan bahan pangan untuk mendonorkan atom hidrogen. Gambar 13 menunjukkan reaksi yang terjadi pada proses peredaman radikal bebas pada metode DPPH. AH merupakan donor molekul hidrogen dan A merupakan radikal bebas. Terjadinya reaksi di atas menyebabkan radikal bebas DPPH menjadi DPP Hidrazin yang stabil. Sebaliknya peredam radikal bebas yang kehilangan H + akan menjadi radikal baru yang reaktif. Banyak senyawa yang mampu meredam radikal bebas, akan tetapi suatu senyawa dapat digunakan sebagai peredam radikal bebas yang bermanfaat adalah jika setelah bereaksi dengan radikal bebas akan menghasilkan senyawa radikal yang stabil atau senyawa bukan radikal. Pada radikal bebas stabilitasnya dapat disebabkan oleh pengaruh resonansi, halangan ruang maupun oleh besarnya molekul. + A NO 2 DPPH ungu DPP-H tereduksi kuning pucat Gambar 13. Reaksi penangkapan radikal bebas stabil oleh antioksidan Molyneux 2004 Pengujian terhadap ekstrak etilasetat biji teratai mentah dilakukan pada beberapa konsentrasi, yaitu 50 mgml, 100 mgml, 200 mgml, 400 mgml, dan 800 mgml. Asam askorbat vitamin C digunakan sebagai standar pengukuran aktivitas antioksidan dalam metode DPPH. Aktivitas antioksidan masing-masing sampel dinyatakan dalam persentase aktivitas antioksidan yang dihitung dari rumus berikut ini. Kapasitas antioksidan = A kontrol negatif – A sampel x 100 A kontrol negatif Kemudian persamaan regresi hasil pengukuran absorbansi masing- masing konsentrasi dihitung, selanjutnya dari persamaan tersebut dihitung nilai IC 50 . IC 50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak mgml yang mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50. Nilai IC 50 menyatakan besarnya daya meredam radikal bebas larutan ekstrak dan dapat digunakan untuk membandingkan daya meredam radikal bebas di antara senyawa-senyawa peredam radikal bebas. Semakin kecil nilai IC 50 maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya. y = 0,0614x + 8,9496 R 2 = 0,9639 10 20 30 40 50 60 70 200 400 600 800 1000 konsentrasi ekstrak mgml akt iv it as a n ti o ksi d a n Gambar 14. Aktivitas antioksidan ekstrak etilasetat biji teratai mentah Berdasarkan kurva aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat biji teratai mentah Gambar 14, nilai IC 50 dari ekstrak etilasetat biji teratai mentah adalah 671.6 mgml. Sedangkan nilai IC 50 dari vitamin C adalah 0.6331 mgml. Kurva standar aktivitas antioksidan asam askorbat serta aktivitas antioksidan ekstrak biji teratai dapat dilihat pada Lampiran 12. Perbandingan nilai IC 50 antara ekstrak etilasetat dan asam askorbat cukup jauh. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan pada esktrak etilasetat biji teratai mentah lemah dibandingkan dengan aktivitas antioksidan yang terdapat dalam asam askorbat. Rendahnya nilai IC 50 esktrak etilasetat biji teratai mentah disebabkan oleh kandungan senyawa aktif dalam ekstrak etilasetat biji teratai mentah yang memiliki aktivitas antioksidan jumlahnya tidak banyak. Berdasarkan uji fitokimia ekstrak etilasetat biji teratai mentah tidak banyak mengandung senyawa fenol. Padahal menurut Meskin et al 2002, senyawa fenol dapat berfungsi sinergis dengan komponen lain dan berfungsi sebagai antioksidan dan pencegahan berbagai penyakit. Menurut Shahidi dan Wanasundara 1992 menyatakan senyawa fenol terbukti sebagai sumber antioksidan yang efektif penangkap radikal bebas dan pengkelat ion logam.

F. Uji Fitokimia