Pengujian golongan flavonoid Pengujian golongan glikosida

d. Pengujian golongan tanin

Satu gram sampel dicampur dengan 10 ml akuades panas dan dipanaskan kurang lebih 1 jam. Larutan kemudian didinginkan, disaring, dan filtratnya diolesi dengan FeCl 3 1 . Bila sampel mengandung tanin maka akan terbentuk warna biru tua atau hitam kehijauan.

e. Pengujian golongan fenolik

Sampel sebanyak 0.5 gram sampel ditambah dengan 2 ml metanol. Larutan kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat yang dihasilkan dan dicampur dengan NaOH 10 dan dipanaskan. Bila mengandung komponen fenolik pada sampel maka akan timbul warna merah.

f. Pengujian golongan flavonoid

Sampel sebanyak 0.5 gram dalam labu colf 50 ml dicampur dengan 10 ml metanol p.a. sampel kemudian dipanaskan dan biarkan hingga mendidih selama 10 menit. Larutan kemudian disaring dalam kedaan panas ke dalam corong pemisah dan ditambah 5 ml petroleum bensin. Pada lapisan bawahnya dimasukkan ke dalam pinggan penguap dan dipanaskan pada suhu 40 °C hingga terbentuk larutan kental. Larutan tersebut kemudian ditambahkan etilasetat dan dibagi menjadi 2 tabung. Tabung pertama ditambah Zn dan 1 ml HCl 2 N dan HCl pekat. Bila terdapat flavonoid maka akan terbentuk warna merah. Tabung kedua ditambah Mg dan HCl pekat. Bila terdapat flavonoid maka akan terbentuk warna merah.

g. Pengujian golongan glikosida

Sampel sebanyak 3 gram dalam labu colf 50 ml dicampur dengan 30 ml 21 ml etanol dan 9 ml air dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit. Sampel kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat yang dihasilkan kemudian ditambahkan 2 ml Pb asetat sebesar 5 dan isopropanol. Lapisan bawah dimasukkan ke dalam cawan pinggan penguap dan dipanaskan hingga 40 C. Setelah cairan kental ditambah 2 ml metanol ke dalam tabung reaksi menjadi 5 bagian. Tabung pertama diuapkan hingga kering dan ditambahkan dengan 10 tetes H 2 SO 4 dan 5 ml asam asetat anhidrat. Bila terbentuk warna biru hijau, maka sampel tersebut mengandung glikosida Tabung kedua diuapkan hingga kering dan ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes molish dan 2 ml H 2 SO 4 . Bila terbentuk cincin ungu maka sampel positif mengandung glikosida Tabung ketiga ditambah dengan 2.9 ml metanol dan baljet. Bila terbentuk warna merah jingga, maka sampel positif mengandung glikosida jantung Tabung keempat ditambah dengan 2 ml KOH 0.1 N dan 2 ml Kadede. Bila terbentuk warna merah ungu, maka sampel positif mengandung glikosida jantung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.

Rendemen dan Proksimat Ekstrak Biji Teratai Ekstraksi bubuk atau tepung biji teratai baik dalam kondisi mentah maupun dikukus dilakukan dengan proses maserasi dengan tiga pelarut secara bertingkat. Pelarut tersebut dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu heksanaa yang mewakili pelarut nonpolar, etilasetat mewakili pelarut semi polar, dan etanol yang bersifat pelarut polar. Pemilihan ketiga pelarut tersebut didasarkan pada tujuan identifikasi komponen aktif dari ekstrak biji teratai yang masih belum diketahui sifat-sifatnya, terutama sifat kepolarannya. Pelarut-pelarut yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pelarut yang bersifat teknis. Pemilihan pelarut teknis ini terkait dengan dasar pertimbangan ekonomis jika akan diaplikasikan pada industri. Selain harganya yang jauh lebih murah juga lebih mudah diperoleh dibandingkan dengan pelarut yang bersifat absolut. Proses ekstraksi dari biji teratai baik mentah maupun kukus dilakukan dengan cara maserasi bertingkat, masing-masing tahapan ekstraksi dibutuhkan waktu 24 jam. Kemudian dilakukan penyaringan dengan alat penyaring vakum. Filtrat yang dihasilkan selanjutnya dipekatkan untuk menghilangkan pelarut dengan alat rotary evaporator. Pada proses ini, pelarut yang berada dalam filtrat ekstrak diuapkan pada suhu tertentu. Penentuan suhu yang digunakan dalam proses ini sangat mempengaruhi komponen aktif yang terdapat dalam filtrat. Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kerusakan komponen-komponen bioaktif dalam ekstrak, sehingga suhu 45-55ºC dianggap sesuai dan diharapkan kerusakan senyawa aktif dalam ekstrak dapat dihindari. Setelah dipekatkan dengan rotary evaporator, ekstrak dihembus dengan N 2 untuk menghilangkan sisa pelarut yang mungkin masih ada dalam ekstrak sehingga ekstrak tersebut yang dihasilkan benar-benar murni dan bebas dari pelarutnya. Masing-masing pelarut yang berbeda sifat kepolarannya tersebut melarutkan komponen-komponen bioaktif yang berbeda. Menurut Hougton dan Raman 1998, ekstrak heksana nonpolar mengandung komponen yang