V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis Pertumbuhan Investasi Pada Sektor Perekonomian di
Provinsi DKI Jakarta Sebelum Otonomi Daerah dan Pada Masa Otonomi Daerah
Pada masa sebelum otonomi daerah tahun 1995-2000, laju pertumbuhan PMA Nasional mengalami penurunan rata-rata sebesar US 4,7 milyar atau 11,92
persen. Sektor yang mengalami penurunan terbesar untuk nilai persetujuan PMA Nasional adalah sektor industri kimia dan farmasi, yaitu rata-rata sebesar US 2,2
milyar atau 12,11 persen. Pada masa otonomi daerah tahun 2001-2005, laju pertumbuhan PMA Nasional juga tetap mengalami penurunan, yaitu sebesar
US 325 juta atau 2,14 persen per tahun lampiran 1. Laju pertumbuhan PMDN Nasional pada masa sebelum otonomi daerah mengalami kenaikan sebesar
Rp 5,4 trilyun atau 7,95 persen per tahun. Tetapi, pada masa otonomi daerah laju
pertumbuhan PMDN Nasional mengalami penurunan sebesar Rp. 1,6 trilyun atau sebesar 2,82 persen per tahun lampiran 2. Penurunan persetujuan PMA dan
PMDN Nasional pada masa otonomi daerah disebabkan karena biaya bunga masih tinggi dan iklim investasi yang masih belum kondusif di Indonesia.
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah terjadi penurunan laju pertumbuhan PMA di Provinsi DKI Jakarta sebesar US 144 juta
atau 3,57 persen per tahun. Sektor sekunder dan sektor tersier mengalami penurunan nilai persetujuan PMA masing-masing sebesar US 135 juta 16,87
persen dan US 18 juta 0,56 persen per tahun. Tetapi, untuk sektor primer nilai persetujuan PMA mengalami laju pertumbuhan investasi yang positif, yaitu rata-
rata sebesar US 9,3 juta 34,41 persen. Pada masa sebelum otonomi daerah ini sektor yang mengalami penurunan laju pertumbuhan PMA terbesar secara
keseluruhan di Provinsi DKI Jakarta adalah sektor pengangkutan, gudang dan komunikasi, yaitu rata-rata sebesar US 145 juta 8 persen.
Laju pertumbuhan PMA di Provinsi DKI Jakarta pada masa otonomi daerah mengalami kenaikan rata-rata sebesar US 801 juta atau sebesar 66,37
persen Tabel 5.1. Kenaikan PMA tersebut dipengaruhi oleh PDRB Provinsi DKI Jakarta yang juga mengalami kenaikan pada masa otonomi daerah sehingga hal ini
menarik minat investor asing untuk berinvestasi di Provinsi DKI Jakarta. Pada sektor primer laju pertumbuhan PMA di Provinsi DKI Jakarta mengalami
kenaikan rata-rata sebesar US 90 juta. Pada sektor sekunder laju pertumbuhan PMA di Provinsi DKI Jakarta juga mengalami kenaikan rata-rata sebesar US
49,4 juta. Pada sektor tersier laju pertumbuhan PMA di Provinsi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar US 661 juta.
Secara keseluruhan sektor yang mengalami laju pertumbuhan PMA terbesar pada masa otonomi adalah sektor pengangkutan, gudang dan komunikasi
yaitu sebesar US 572 juta per tahun. Sektor pengangkutan, gudang dan komunikasi mengalami kenaikan laju pertumbuhan PMA yang lebih baik
dibandingkan dengan pada masa sebelum otonomi daerah, dimana sektor tersebut sebelumnya memiliki laju pertumbuhan PMA yang paling kecil. Ini menunjukkan
bahwa minat investor asing untuk menanamkan modalnya pada sektor pengangkutan, gudang dan komunikasi di Provinsi DKI Jakarta pada masa
otonomi daerah sangat besar dibandingkan dengan masa sebelum otonomi daerah.
Tabel 5.1. Perubahan Nilai Persetujuan PMA di Provinsi DKI Jakarta Menurut Sektor Ekonomi Sebelum Otonomi Daerah dan Pada Masa Otonomi
Daerah
Sebelum Otonomi Daerah No.
Sektor Ekonomi Nilai Investasi
Perubahan Nila
Ribu US Investasi
Persen R
1995 2000
per tahun 2001
1 Tanaman Pangan Perkebunan
0,00 350,00
70,00 0,00
0,0 2 Peternakan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,0 3 Kehutanan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,0 4 Perikanan
3.750,00 3.0081,00
5.266,20 140,43
0,0 5 Pertambangan
23.325,00 43.230,00
3.981,00 17,07
93.202,0
Sektor Primer 27.075,00
73.661,00 9.317,20
34,41 93.202,0
6 Industri Makanan
342.906,00 5.737,00
-67.433,80 -19,67
29.064,0 7 Industri
Tekstil 19.268,00
37.788,00 3.704,00
19,22 12.124,0
8 Industri Barang dari Kulit Alas Kaki 1.411,00
1.516,00 21,00 1,49
2.700,0 9 Industri
Kayu 200,00
0,00 -40,00
-20,00 750,0
10 Industri Kertas Percetakan 21.800,00
900,00 -4.180,00
-19,17 1.000,0
11 Industri Kimia Farmasi 64.872,00
25.651,00 -7.844,20
-12,09 1.735,0
12 Industri Barang Karet Barang Plastik 0,00
6.675,00 1.335,00
0,00 893,0
13 Industri Mineral Non Logam 13.100,00
200,00 -2.580,00
-19,69 9.900,0
14 Industri Logam, Mesin Elektronik 161.685,00
26.431,00 -27.050,80
-16,73 27.663,0
15 Industri Alat Kedokteran, Optik Alat Ukur 0,00
667,00 133,40
0,00 0,0
16 Industri Kendaraan Bermotor Alat Transportasi 176.002,00
20.020,00 -31.196,40
-17,73 9.726,0
17 Industri Lainnya
3.550,00 566,00
-596,80 -16,81
5.675,0
Sektor Sekunder 804.794,00
126.151,00 -135.728,60
-16,87 101.230,0
18 Listrik, Gas Air Bersih 1.500,00
0,00 -300,00
-20,00 0,0
19 Konstruksi 434.894,00
147.643,00 -57.450,20
-13,21 13.608,0
20 Perdagangan Reparasi 17.290,00
1.318.594,00 260.260,80
1.505,27 296.835,0
21 Hotel Restoran
525.684,00 25.467,00
-100.043,40 -19,03
173.933,0 22 Pengangkutan, Gudang Komunikasi
1.821.931,00 1.092.851,00
-145.816,00 -8,00
73.177,0 23 Perumahan, Kawasan Industri Perkantoran
317.232,00 101.256,00
-43.195,20 -13,62
63.818,0 24
Jasa Lainnya
9.6041,00 438.374,00 68.466,60 71,29 384.817,0
Sektor Tersier 3.214.572,00
3.124.185,00 -18.077,40
-0,56 1.006.188,0
Total 4.046.441,00 3.323.997,00
-144.488,80 -3,57
1.200.620,0
Sumber: BKPM, beberapa edisi data diolah
Berdasarkan Tabel 5.2 pertumbuhan PMDN di Provinsi DKI Jakarta sebelum otonomi daerah mengalami penurunan sebesar Rp. 1,3 trilyun
atau sebesar 12,90 persen per tahunnya. Pada sektor primer laju pertumbuhan PMDN
di Provinsi DKI Jakarta mengalami pertumbuhan yang positif, yaitu sebesar Rp. 103 milyar atau 153,55 persen per tahunnya. Laju pertumbuhan PMDN pada
sektor sekunder di Provinsi DKI Jakarta mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 39 milyar atau 4,59 persen per tahun.
Laju pertumbuhan PMDN untuk sektor tersier di Provinsi DKI Jakarta pada masa sebelum otonomi daerah juga mengalami penurunan, yaitu rata-rata
sebesar Rp. 1,4 trilyun atau 14,77 persen. Secara keseluruhan laju pertumbuhan PMDN yang terbesar di Provinsi DKI Jakarta sebelum otonomi daerah berada
pada sektor pertambangan, yaitu sebesar Rp. 100 milyar atau 149,91 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa minat investor dalam negeri untuk
menanamkan modalnya pada sektor pertambangan di Provinsi DKI Jakarta sebelum otonomi daerah sangat tinggi, sehingga nilai persetujuan PMDN pada
sektor tersebut pun meningkat. Sementara itu laju pertumbuhan PMDN yang terkecil sebelum otonomi daerah berada pada sektor pengangkutan, gudang dan
komunikasi, yaitu hanya sebesar Rp. -289 milyar atau -8,87 persen per tahun. Ini menunjukkan bahwa pada masa sebelum otonomi daerah sektor pengangkutan,
gudang dan komunikasi kurang diminati oleh investor dalam negeri dan investor asing karena laju pertumbuhan PMA dan PMDN pada masa sebelum otonomi
daerah di sektor pengangkutan, gudang dan komunikasi merupakan yang paling
kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan investasi pada sektor-sektor lainnya di Provinsi DKI Jakarta.
Laju pertumbuhan PMDN pada masa otonomi daerah di Provinsi DKI Jakarta tetap mengalami penurunan, yaitu rata-rata sebesar Rp. 766 milyar atau
9,69 persen. Penurunan laju pertumbuhan PMDN pada masa otonomi daerah ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan penurunan laju pertumbuhan PMDN
sebelum otonomi daerah yang mencapai rata-rata sebesar Rp. -1,3 trilyun atau -12,90 persen. Pada sektor primer penurunan PMDN adalah sebesar Rp. 49 milyar
per tahun atau sebesar 13,74 persen Tabel 5.2. Namun, pada sektor sekunder laju pertumbuhan PMDN mengalami kenaikan rata-rata sebesar Rp. 121 milyar atau
53,26 persen. Laju pertumbuhan PMDN pada sektor tersier mengalami penurunan rata-rata sebesar Rp. 838 milyar atau sebesar 11,45 persen.
Pada masa otonomi daerah, sektor yang mengalami laju petumbuhan PMDN terbesar adalah sektor hotel dan restoran, yaitu sebesar Rp. 105 milyar
atau 10,70 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor hotel dan restoran banyak diminati oleh investor dalam negeri karena pada masa otonomi daerah
perkembangan bisnis pada sektor hotel dan restoran di Provinsi DKI Jakarta berkembang cukup pesat. Sementara itu sektor perumahan, kawasan industri dan
perkantoran mengalami laju pertumbuhan PMDN yang terkecil pada masa otonomi daerah, yaitu rata-rata sebesar Rp.-597 milyar. Hal ini menunjukkan
minat investor domestik untuk menanamkan modalnya pada sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran sangat kecil karena terkait dengan harga lahan
yang cukup tinggi di Provinsi DKI Jakarta setelah terjadinya krisis ekonomi.
Tabel 5.2. Perubahan Nilai Persetujuan PMDN di Provinsi DKI Jakarta Menurut Sektor Ekonomi Sebelum Otonomi Daerah dan Pada Masa Otonomi
Daerah
Sebelum Otonomi Daerah No.
Sektor Ekonomi Nilai Investasi
Perubahan Nilai
Juta Rupiah Investasi
Persen Jut
1995 2000
per tahun 2001
1 Tanaman Pangan Perkebunan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,0 2 Peternakan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,0 3 Kehutanan
0,00 0,00
0,00 0,00
0,0 4 Perikanan
0,00 12.220,00
2.444,00 0,00
43.000,0 5
Pertambangan 67.279,00 571.580,00 100.860,20
149,91 318.419,0
Sektor Primer
67.279,00 583.800,00 103.304,20 153,55 361.419,0
6 Industri Makanan
11.312,00 213.231,00
40.383,80 357,00 3.400,0
7 Industri Tekstil
38.266,00 4.895,00 -6.674,20
-17,44 750,0 8
Industri Barang dari Kulit Alas Kaki 15.000,00
0,00 -3.000,00
-20,00 0,0
9 Industri Kayu
5.893,00 2.063,00
-766,00 -13,00 0,0
10 Industri Kertas Percetakan
11.341,00 117.500,00
21.231,80 187,21
148.579,0 11
Industri Kimia Farmasi 1.659,00
21.950,00 4.058,20
244,62 0,0
12 Industri Barang Karet Barang Plastik
184.316,00 83.120,00
-20.239,20 -10,98
5.000,0 13
Industri Mineral Non Logam 276.907,00
35.679,00 -48.245,60
-17,42 0,0
14 Industri Logam, Mesin Elektronik
222.617,00 57.109,00
-33.101,60 -14,87
3.950,0 15
Industri Alat Kedokteran, Optik Alat Ukur 0,00
0,00 0,00
0,00 52.347,0
16 Industri Kendaraan Bermotor Alat Transportasi
103.008,00 135.230,00
6.444,40 6,26
14.525,0 17 Industri
Lainnya 0,00
0,00 0,00
0,00 0,0
Sektor Sekunder
870.319,00 670.777,00 -39.908,40 -4,59 228.551,0
18 Listrik, Gas Air Bersih
0,00 0,00
0,00 0,00
0,0 19 Konstruksi
3.915.509,00 58.250,00
-771.451,80 -19,70 1.205.500,0 20
Perdagangan Reparasi 88.660,00
80.295,00 -1.673,00
-1,89 92.754,0
21 Hotel Restoran
1.000.114,00 2.250,00
-199.572,80 -19,96 988.975,0
22 Pengangkutan, Gudang Komunikasi
3.261.159,00 1.815.325,00
-289.166,80 -8,87
578.012,0 23
Perumahan, Kawasan Industri Perkantoran 1.464.002,00
142.730,00 -264.254,40
-18,05 2.985.336,0
24 Jasa Lainnya
93.901,00 469.135,00
75.046,80 79,92 1.470.761,0
Sektor Tersier
9.823.345,00 2.567.985,00 -1.451.072,00 -14,77 7.321.338,0 Total
10.760.943,00 3.822.562,00 -1.387.676,20 -12,90 7.911.308,0
Sumber: BKPM, beberapa edisi data diolah
5.2. Analisis Rasio Investasi Provinsi DKI Jakarta dan Investasi Nasional