Penelitian Terdahulu TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Sehingga dengan didukung oleh kondisi ekonomi makro yang membaik saat ini, adanya Keppres No. 29 Tahun 2004 diharapkan dapat menarik dan mempercepat masuknya investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

2.2. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Malandow 2001 dalam skripsinya yang berjudul “ Investasi Publik Untuk Infrastruktur Terhadap Perilaku Investasi di Tingkat Regional”, disimpulkan bahwa pengeluaran pembangunan pemerintah yang berasal dari APBD I memiliki pengaruh bagi investasi swasta. Pengaruh tersebut terdiri dari dua hal. Pertama, pemerintah masih mempunyai variabel kebijakan untuk membantu perkembangan daerah dan variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap investasi swasta. Kedua adalah kemungkinan besar pengeluaran pembangunan diatur oleh pemerintah daerah itu sendiri melalui APBD, khususnya untuk pembangunan jalan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan investasi swasta. Selain itu, variabel yang menggambarkan aktivitas masyarakat swasta memiliki pengaruh langsung yang besar terhadap investasi swasta. Penelitian yang dilakukan oleh Saad 2002 menganalisis perkembangan investasi swasta di sub sektor industri makanan. Dari hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa investasi industri makanan di Indonesia memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Pengembangan investasi swasta pada sub sektor industri makanan juga memberikan sumbangan pada pengembangan wilayah dan perolehan devisa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Restuningsih 2004 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pertumbuhan Sektor-Sektor Perekonomian di Propinsi DKI Jakarta Pada Masa Krisis Ekonomi” dengan menggunakan metode analisis Shift Share menyimpulkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta dan laju pertumbuhan ekonomi secara nasional mengalami penurunan pada masa krisis ekonomi. Akan tetapi, penurunan laju pertumbuhan ekonomi di Provinsi DKI Jakarta cukup besar yakni mencapai 7,60 persen, dibandingkan dengan laju pertumbuhan secara nasional yang hanya mencapai 1,50 persen. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan sebagian besar sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta tidak dapat bersaing baik dengan sektor ekonomi di wilayah lainnya. Berdasarkan kelompok sektor perekonomian di Provinsi DKI Jakarta, sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan-hotel-restoran serta sektor keuangan-persewaan- jasa perusahaan merupakan kelompok sektor yang memiliki pertumbuhan yang lamban. Sektor listrik-gas-air bersih, sektor pengangkutan-komunikasi dan sektor jasa-jasa merupakan kelompok sektor perekonomian dengan pertumbuhan yang cepat. Menurut Ferdiyan 2006 dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Otonomi Daerah Terhadap Pertumbuhan Investasi di Provinsi Jawa Barat” dengan menggunakan analisis Shift Share dan Ordinary Least Square OLS disimpulkan bahwa sebelum otonomi daerah pada umumnya terjadi pertumbuhan investasi yang negatif pada sektor-sektor perekonomian di Jawa Barat. Sedangkan pada masa otonomi daerah terjadi pertumbuhan investasi yang positif hampir di seluruh sektor perekonomian di Jawa Barat. Selain itu, PMDN tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap PMDN di Jawa Barat dan inflasi berpengaruh negatif terhadap PMDN di Jawa Barat, sedangkan PDRB berpengaruh positif terhadap PMA di Jawa Barat.

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis